13. Gio Budek?

167 19 34
                                    

Mereka berlima kini sedang duduk dengan wajah yang saling menelisik satu sama lain, terutama Kevin yang sedari tadi menatap Ghea dengan penuh kecurigaan. Rio yang tak tahu menahu dengan urusan 4 bocah itu pun hanya fokus terhadap handphone yang ada di tangannya.

Gio, pemuda itu sesekali mencuri pandang ke arah Dera. Muka kesal Dera saat ini sangatlah lucu baginya, dengan bibir yang ia manyunkan dan gerutuan-gerutuan yang selalu keluar dari mulut Pink-nya membuat dirinya gemas dan ingin mencubit pipi Dera.

Rio menghela napas pelan, rasa bosan melanda dirinya. Semenjak dia duduk di kursi ini pun entah kenapa keadaan menjadi sangat canggung. Di antara mereka berlima tak ada satupun yang memecahkan keheningan. Tanpa pikir panjang Rio pun bangkit dari kursinya.

Krakk

"Gue ke toilet bentar, selesaiin masalah kalian, diem nggak bakal buat semuanya selesai. Dan kalian," Tunjuk Rio ke arah Gio dan Kevin yang sedari tadi menatapnya.

"Kalian cowo, tanyain dulu baik-baik, jangan asal bicara sesuai kesimpulan sendiri." ucap Rio dan setelah itu pergi meninggalkan meja mereka, membuat gadis yang sedari tadi menatapnya mendesah kecewa.

Gio dan Kevin saling pandang, lalu pandangan Kevin beralih ke arah Ghea. Saat ini Ghea juga sedang menatapnya dengan takut, dirinya lupa mengabari Kevin akan pertemuannya dengan 2 sahabat dekatnya ini, yakni Reya dan Dera.

"Jadi ... Ada yang bisa jelasin, kenapa kalian di sini?" tanya Kevin yang memulai pembicaraan dan membuat Dera yang sedang menunduk memainkan handphone langsung menatap Kevin cepat, lalu beralih menatap Ghea.

Mulut Ghea terbuka, dia ingin menjawab pertanyaan yang dilontarkan Kevin tadi. Namun, ada seseorang yang lebih cepat memotongnya sehingga dirinya mengurungkan niatnya untuk berbicara.

"Kak Kevin kepo ihh, yang jelas, kita di sini tuh mau makan! Bukan ngejamet ataupun nyari cowo." jawab Dera dengan lancang.

"Tampang-tampang kek lo mah emang cocok banget buat ngejamet. Lah, Ghea. Muka polos gitu, mau lo ajak kek gituan, sahabat apaan tuh, buat dosa kok Ngajak-ngajak," cetus Gio asal sehingga membuat puncak kemarahan Dera meningkat.

Dera menatap Gio sengit, kedua tangannya mengepal kuat, ingin rasanya menonjok muka jelek Gio sekarang juga.

Brakk

"Heh! Lo ada dendam apa sih sama gue, lagipula lo itu budek apa conge sih, jelas-jelas tadi gue bilang, gue sama Ghea kesini mau makan, bukan mau ngejamet!" maki Dera dengan lantangnya. Seluruh pelanggan yang ada di kafe pun langsung menatap ke arah meja Ghea dan Dera dengan tatapan bingung.

Ghea memegang pundak Dera, lalu mengelusnya, dia mencoba untuk menenangkan Dera. "Udah, Der, lo nggak malu apa, kita diliatin semua orang tau," bisik Ghea tepat di samping telinga Dera. Dera pun mengangguk mengiyakan dengan tatapan yang masih mengarah ke arah Gio.

Kevin mencubit lengan Gio kencang. Membuat si empunya mengaduh kesakitan. "Lo apaan sih, Kev!" protes Gio seraya menatap tajam Kevin.

"Lo yang apaan, bisa nggak sih sehari aja, ngalah. Nyari masalah terus lo, lagipula, menurut gue ucapan Dera tuh ada benernya juga loh," sungut Kevin seraya memainkan kembali handphone-nya dan membuat Gio makin bingung saja. Mengapa sahabatnya yang satu ini selalu tidak ada di pihaknya, sebucin itu kah Kevin kepada Ghea? sampai-sampai yang dia pihak Ghea dan Dera terus.

Gio mendekatkan dirinya ke arah Kevin. "Maksud lo ada benernya?" tanya Gio penasaran.

Kevin menoleh lalu tersenyum dan mengangguk. "Ya, iya. Ucapan Dera tadi tuh emang ada benernya juga," jawab Kevin.

Ghea dan Dera yang sedari tadi menyimak itu pun langsung menatap Kevin serius. "Kan emang pada dasarnya gue itu kalau ngomong sesuai fakta, So, nggak usah diraguin lagi kalau gue dateng ke lo bawa bahan buat ghibah," ucap Dera seraya memilin rambutnya dan menatap Ghea dengan tersenyum.

Gio mensentil dahi Dera pelan, sehingga akhirnya dia kembali menatap ke arah Kevin meminta jawaban atas perkataan yang dia lontarkannya tadi. "Bacot lo jelek ... Coba jelasin, di mana benernya kata-kata si jelek! Jelas-jelas setiap yang dia omongin itu hoax semua!" kata Gio meminta penjelasan.

Mata Dera membulat, dia kesal sekesal kesalnya dengan manusia di hadapannya saat ini. Dia tak habis pikir, mengapa masih ada saja manusia mengesalkan dan meresahkan seperti Gio.

"Heh! Jel-"

"Oke, pertama-tama gue mau nanya dulu, jujur sama gue dan yang lain apa bener lo punya riwayat penyakit budek?" tanya Kevin to the point.

Dan ya! Belum sempat Dera menyelesaikan protesnya, Kevin pun sudah dulu memotongnya. Namun mendengar ucapan yang dilontarkan kakak kelasnya tadi, entah kenapa dirinya tak bisa menahan tawa. "Pftt ... BHAHAHAHAH ... jadi yang gue katain itu bener, lo punya penyakit budek? BHAHAHAHAH ... anjir nggak nyangka gue," melihat ketawa Dera yang seperti itu, tanpa sadar Ghea pun ikut tertawa. Semua orang yang ada di kafe langsung menatap heran mereka, lagi.

Gio memelototkan matanya tak terima, apa-apaan Kevin ini, mana mungkin cowok setampan dirinya bisa memiliki riwayat penyakit seperti itu. Gio mengganti arah pandangnya jadi menatap Dera dan Ghea bergantian, dia menatap Dera dengan tajam. Giginya menggertak, dengan tangan yang ia kepal.

Dukkk

Sebuah tendangan mendarat begitu saja di betis Kevin, Kevin mengeluh kesakitan dengan tangan yang mengusap betis yang tadi ditendang oleh Gio. "Lo apaan sih, sakit bego!" rintih Kevin.

Ghea yang melihatnya pun langsung berdiri mendekati Kevin, dia berlutut di depan Kevin seraya menatap khawatir kaki Kevin. "Kamu nggak papa kan? Yang mana yang sakit? Mau diobatin nggak? Ahh ... Oneng banget sih lo Ghe di sini mana ada obat, ehh eumm bawa ke Rumah sakit aja yah? Gimana? Iihh ... Kevin jawab dong!" Kevin melongo dengan pertanyaan beruntun pacarnya. Mana bisa dia menjawab bila sedari tadi pacarnya ini terus saja mengoceh.

Sedangkan, Dera dan Gio hanya memutar bola mata malas melihat pasangan bucin di depannya itu. Dera menatap Gio yang kini sedang menatapnya juga. Dia mensiniskan tatapannya ke arah Gio.

"Nggak usah liat-liat. Gue tau, gue cantik. So, jangan salahin gue kalau lo naksir!" ujar Dera dengan pedenya yang membuat Gio merubah tatapannya menjadi jijik.

Satu kata yang ada di pikiran Gio saat ini.

Gila!

****

"Key mohon Kak, Key mau kakak jadi pacarnya kak Veya lagi, Key nggak mau ngeliat Kak Veya kayak gitu lagi. Key sakit, Kak. Cuman Kak Zi yang bisa nenangin Kak Veya," bujuk Veya yang entah sudah keberapa kalinya.

Zilo menghela napas pelan. "Hmm-,"


Bersambung...

****

Next?
Jangan lupa Voment^^
See you in the next part🍁

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang