16. Benci

232 26 72
                                    

"Murahan!" maki Ghea seraya mencekal lengan Keysa agar keluar dari persembunyiannya.

"Sini, lo." bentak Ghea seraya memelintir lengan Keysa.

Keysa mengaduh kesakitan. "Aahh ... Sakit, Kak," rintihnya yang membuat Zilo menatapnya dengan khawatir.

"Ghe ud—"

"DIEM LO! LO NGGAK BAKAL TAU SEBERAPA SAKITNYA REVA TERUS MENERUS DIKHIANATIN SAMA CO—"

"STOP GHE!" bentak Zilo dengan rahang yang mengeras dan tangan yang semakin mengepal kuat. Menurutnya sikap Ghea sekarang sangatlah keterlaluan, dan Zilo pun tak bisa apabila melihat Keysa diperlakukan seperti itu, walaupun dengan teman kekasihnya sendiri, dia sangat tak tega.

Zilo melangkakan kakinya mendekati Ghea dan Keysa dengan tatapan yang tertuju ke arah Ghea. Tak lepas dari itu, tangannya pun langsung melepaskan cekalan tangan Ghea di lengan kecil Keysa. Zilo menarik lengan Keysa dan menyembunyikan tubuh mungil Keysa di belakang tubuhnya.

Matanya masih menatap Ghea dengan sengit. "Nggak usah ganggu, Keysa!" ancam Zilo seraya menekankan di setiap katanya.

Ghea? Terkejut, tentu saja. Dimana akal pikiran Zilo sekarang, mana mungkin dia lebih membela adik kelas pelakor itu daripada dirinya, yang notabenya ...

... Ah, lupakan saja. Lagipula Ghea pun sudah tak mengangganya.

Plakk

Namun, saat Ghea sedang memikirkan semua itu, sebuah tamparan sudah mendarat mulus di pipi Zilo, kini, ada seseorang yang menatapnya penuh kebencian dengan muka yang sudah memerah, pertanda dirinya sangat marah.

"Dasar brengsek! Bisa-bisanya lo ngomong gitu di depan gue sama Ghea!" maki Dera dengan penuh kemarahan.

Dera meraih kerah seragam Zilo, lalu mencengkram nya dengan kuat. "Ini yang dinama—"

"Kk-kak u-dah," timpal Keysa dengan suara yang bergetar. Dia menatap mata Dera yang sudah berlinang, tangannya terangkat untuk melepaskan cengkraman lengan Dera di kerah baju Zilo.

Ghea menghempaskan lengan Keysa yang kini sedang berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Zilo. "Nggak usah pegang-pegang! Gue nggak sudi, tangan sahabat gue di pegang sama tangan kotor lo!" bentak Ghea dengan lancang dan membuat Keysa semakin takut.

Semua murid yang baru saja memasuki gerbang sekolah pun langsung mengerumuni mereka berempat, dengan ekspresi yang berbeda-beda. Membuat tubuh Keysa yang berada di sebelah Zilo semakin bergetar. Tangan dan dahinya sudah dipenuhi dengan keringat yang sedari tadi bercucuran.

Lain dengan semua siswa-siswi yang sekarang ini tengah mengabadikan moment pertengkaran Dera, Zilo dengan Ghea, Keysa. Satu persatu dari mereka mulai mengeluarkan handphone dari sakunya dan bersiap-siap untuk merekam mereka berempat.

Dera tersenyum miring, dia rasa ini kesempatan yang bagus untuk mempermalukan dua orang licik di hadapannya ini. Dera menatap Keysa dengan sinis. Lalu, bibirnya pun bergerak mengatakan sesuatu, "Permainan dimulai jalang kecil" gumamnya dengan sangat pelan sampai orang di dekatnya pun tak bisa mendengarnya.

Pak ... Pak ... Pak ...

"Perhatian sebentar, guys!" ujar Dera seraya menepuk kedua tangannya agar semua murid yang ada di sana memfokuskan pandangannya ke arah dirinya saat ini.

Perasaan tidak enak mulai muncul dibenak Zilo, dia hanya menatap Dera dengan tatapan khasnya, datar, dingin, dan menyeramkan. Tangannya pun mengambil lengan Keysa dan menggenggamnya dengan sangat erat. Dingin, itu yang Zilo rasakan di saat mengenggam lengan mungil Keysa. Zilo menatap Keysa yang saat ini menatapnya juga, dia tersenyum kecil, mencoba menenangkan Keysa agar adik kelasnya itu tidak semakin takut.

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang