Bab 25: Keraguan

11.8K 628 50
                                    

Happy reading





•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Kedua mata Hannah terbuka saat melihat jendela memantulkan cahayanya ke dua belah matanya, satu detik kemudian ia langsung mendudukan dirinya saat teringat ia tertidur di kamar Devon semalam. Hannah melirik ke arah kanan ia tidak menemukan Arsennya, Hannah buru-buru turun dari ranjang berjalan untuk membuka pintu kamar, namun sebelum menarik pintunya ada yang mendorong dari luar.

Kaki Hannah mundur dua langkah.

Ceklek

"Udah bangun?" Ucap Devon tersenyum sambil menggendong Arsen di tangannya.

Hannah melirik Arsen yang anteng di gendongan Devon, ia bersyukur Arsenya tidak di bawa oleh ayahnya kemana-mana.

"Han!" Panggil Devon membuat lamunan Hannah buyar.

Hannah mengusap wajahnya hampir saja dia khawatir berlebihan, "sorry gue sama Arsen tidur di sini semalem," ucapnya menatap Devon tidak enak.

Devon tersenyum lebar, "gakpapa, lagian kemarin Lo kaya kelelahan gitu, cape ya urus Arsen sendiri?" Tanya Devon kepada Hannah.

Devon masuk ke kamarnya dan mendudukkan dirinya di ujung kasur dengan menggendong Arsen di tangannya. Hannah menghampirinya.

"Arsen nangis gak?"

"Jam 2 malam dia nangis, tapi Lo gak bangun jadi gue yang ngeboboin dia lagi, untung aja susunya masih ada di botol," ucapnya.

Hannah menghela nafas lega, "kayanya gue harus pulang sama Arsen,"

Devon terdiam, ada rasa berat untuk melepas Arsen dan juga Hannah, dirinya baru saja menikmati satu hari kebahagiaan yang entah kapan akan datang lagi.

Devon menatap Hannah, "bisa gak, Lo tinggal lama di sini,"

Hannah menggeleng pelan dan tersenyum kecil, "gue harus pulang, di sini gak aman nanti kalo asisten rumah tangga atau supir Lo tahu, mereka bakal mikir apa!?" Ucapnya.

Devon mengagguk, ini juga demi keamanan anaknya juga, "gue bakal sering ngunjungin kalian," Devon menggenggam satu tangan Hannah. "Dan makasih Han Lo mau nerima gue dan maafin kesalahan gue,"

Hannah menunduk menggenggam tangan Devon, "yakinkan gue kalo Lo bisa bawa gue sama Arsen kepelukan Lo," ucapnya dengan mata berkaca-kaca, namun hati Hannah mengapa tidak tenang begini.

"Gue janji Han,"

Hannah menunduk menghapus air mata yang akan mengalir.

"Gue nitip Arsen dulu, gue mau ke kamar mandi," ucapnya langsung beranjak dari tempat tidur.

Devon mengamati punggung Hannah sampai pintu kamar mandi di tutup Devon langsung mengalihkan perhatiannya kepada anaknya.

"Maafin papa belum bisa bawa kamu tinggal di sini, baik-baik sama mama ya." Ucapnya langsung mengecup kening anaknya lama.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang