Happy reading
Hannah memutuskan untuk tidak membawa Arsen untuk mengantar donat ke warung-warung, Hannah merasa kasihan kepada anaknya itu jika terus ia bawa kemana dia pergi, dan untuk itu juga Hannah sekarang cukup harus waspada saat ibu kost memberi tahunya kemarin jika ada seseorang ingin bertemu dengannya.
Hannah memang mengasingkan diri dari orang-orang terdahulu yang pernah menyakitinya, Hannah rasa itu lebih baik. Hannah sangat sakit hati saat kata umpatan yang keluar dari mulut orang yang tidak bisa mempertanggung jawabkan apa yang terjadi, Hannah muak saat melihat Zero yang berada di kota ini apalagi ini ada yang ingin menemuinya.
Saat ibu kost menyampaikan ciri-cirinya Hannah jelas merasa tidak asing lagi, jika benar dia, maka Hannah tidak mau bertemu dengannya.
"Bu Donatnya abis?" Tanya Hannah saat ibu warung menyerahkan uang kepada Hannah.
"Iya nak Hannah, donatnya selalu selalu kena borongan, katanya enak."
"Allhamdullillah buk, Hannah nitip lagi ya, sekarang 3 box aja, Hannah gak bikin banyak soalnya."
"Iya gak papa, apalagi nanti sore ini donat bakalan abis di borong sama orang,"
Hannah mengerenyitkan keningnya. "Di borong orang buk?"
"Iya, setiap hari malah,"
Hannah mengagguk, "allhamdullillah kalo gitu buk, Hannah pergi dulu ya,"
"Assalamualaikum,"
"Waallaikumsalam."
Hannah memasukan uang kedalam saku celananya, Hannah rasa ia akan pulang cepat, berpisah beberapa jam saja dengan bayinya membuat Hannah rindu, apalagi Hannah menitipkan pada ibu kostnya yang sudah membantu banyak selama ini.
"Hannah!" Panggil seseorang membuat Hannah menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya ke arah belakang.
"Ada apa?" Tanya Hannah saat orang itu sudah berada di hadapannya.
"Gue mau kasih tahu sama Lo," ujar Zero dengan nafas tidak teratur mungkin karena berlari.
Ya, Zero yang menemuinya.
"Apa?" Tanya Hannah yang jengah dengan tingkah Zero selalu mengikutinya.
"Lo harus tinggal sama gue," ucapnya sepontan.
Hannah mendelik tidak suka, "maksud Lo apa sih. Ngaco!"
"Devon sekarang ada di Bandung, dan Lo dalam bahaya,"
Hannah sudah menduga jika waktu ini akan tiba.
"Gue udah gak percaya sama Lo, jadi sekarang Lo jauhin gue Zero." Ujarnya membuat Zero menjenggut rambutnya.
"Han ini demi lo, Lo gak mau kan bayi Lo di bawa sama Devon!"
"Apa yang salah, Devon ayahnya Zero!"
"Masalahnya, kalo Devon mau ambil Arsen doang Lo gimana!?" Ujarnya membuat Hannah terdiam.
"Gak mungkin, dan gak bakalan pernah mungkin. Gue tetep gak mau," ujarnya dengan melangkah pergi meninggalkan Zero.
Zero yang melihat kepergian Hannah hanya menghela nafas pasrah. "Gila aja itu cewek, emang susah di bilangin," umpatnya langsung pergi begitu saja.
***
Hannah berjalan ke rumah yang berpagar, niatnya akan mengambil Arsen dari rumah ibu Rati. Namun saat di depan gerbang rumah ibu Rati, Hannah menghentikan langkahnya dan terdiam saat melihat seseorang menatapnya dengan tatapan rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
Teen FictionHannah gadis periang tidak pernah menyangka jika dirinya akan terjerat masalah yang begitu berat baginya, kehadirannya membuat Hannah frustasi, mimpi, harapan dan juga ketenangan tidak akan ia dapatkan dalam waktu dekat. Kehadirannya membuat Hannah...