Bab 14: kesedihan Hannah

17K 796 15
                                    

Warning ⚠: kalo ada typo tandai ya, aku gak baca ulang soalnya.

Happy reading

Hannah mengusap perut ratanya dengan wajah gelisah, bagaimana jika tetangga dan warganya tau jika dirinya sedang berbadan dua, Hannah tidak sanggup membayangkan di usir di kampungnya ini, hanya tempat ini yang Hannah miliki, tidak ada sanak saudara yang mencarinya dan tidak ada tempat singgah baginya. Hanya dia seorang yang tahu tentang kehamilannya, Devon bahkan belum tahu ada darah dagingnya di dalam perutnya Hannah.

"Kenapa Lo ada sih huh!" Ucap Hannah kepada perutnya yang rata itu.

"Gue bahkan gak baik jadi seorang ibu, gue belum pantes kenapa lo ada sih!!" Frustasi Hannah sambil memukul perutnya.

"Gue hamil bahkan ayahnyapun benci sama gue!" Monolong Hannah bersandar di ranjang dengan wajah mendongak ke atas, gelisah terlalu takut untuk menghadapi semua ini.

Perut Hannah tiba-tiba merasakan keram luar biasa, Hannah meringis pelan ketika sakit itu terus bertambah membuatnya tidak kuat.

"Ini sakit banget, plis jangan kenapa-napa," ringis Hannah, terkejut saat melihat darah mengalir dari kakinya.

"Tolong," lirihnya tidak kuat untuk berteriak, wajahnya langsung pucat pasi, dia tidak ingin kenapa-napa.

Tok

Tok

Tok

Hannah melihat ke arah pintu. "Hannah ini gue Dian!" Panggil Dian di luar kontrakan Hannah. Hannah tidak bisa menggapai pintu itu, dirinya tidak kuat untuk berdiri.

"Dian," panggilnya lirih

"Hannah," panggil Dian.

Hannah merasakan perutnya sakit luar biasa, "Dian..." Suaranyapun tidak keluar. Hannah tidak kuat,  Hannah rasa kelopak matanya semakin membuat, sedetik kemudian pandanganya menggelap, tubuh Hannahpun tergeletak tidak berdaya.

Dian yang masih belum mendapat sahutan membuat dirinya sendiri berinisiatif membuka pintu kontrakan Hannah, saat sudah berada dalan Dian terkejut melihat Hannah tergeletak begitu saja di lantai dengan bersimbah darah di ujung kaki Hannah.

Dian berlari menghampiri Hannah, "Hannah! Bangun!"

"Tolong, siapapun di luar!" Wajah Dian sangat pucat pasi melirik Hannah tidak berdaya.

"Pak tolong teman saya, ke rumah sakit sekarang," ujar Dian kepada supir yang mengantarnya.

"Iya Non,"

***

Saat di rumah sakit Hannah sudah mendapatkan penanganan medis.

"Di mana keluarganya," tanya seorang dokter begitu keluar dari ruangan Hannah di rawat.

"Saya temannya dok," ujar Dian membuat sang dokter mengerutkan keningnya.

"Sumi Nona Hannah di mana?"

"Suami!" Ucap Dian membuat dokter mengagguk.

"Kita bahkan baru SMA dok," Dokter itu mengerutkan keningnya namun sedetik kemudian mengagguk faham.

"Nona Hannah sedang Hamil, kehamilannya sudah memasuki satu Minggu, dia harus banyak istirahat dan jangan banyak pikiran, di usia kandungan yang masih muda ini harus di jaga, jika tidak akan berakibat patal pada keduanya." Ucap Dokter membuat Dian mengagguk sekaligus terkejut dengan tuturan itu.

"Makasih dok,"

"Sama-sama, mari kalo ada apa-apa panggil saya," ujar dokter itu langsung pergi.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang