Happy reading
•
•
•Keesokkan harinya Hannah seperti biasa keluar mengantarkan donat, niatnya akan membawa Arsen namun saat di depan pintu Hannah mengurungkan niatnya itu, sesaat melihat Devon berada tepat di depannya membuat Hannah mematung.
Tidak tanggung-tanggung Devon yang datang biasanya membawa tangan kosong kini Devon membawa semua peralatan bayi, Hannah lihat semua terlihat seperti baru, box donat yang Hannah pegang langsung ia letakan di meja. Dan menghampiri Devon dengan tatapan bingungnya.
"Ngapain Lo ke sini?" Tanya Hannah.
Devon tersenyum senang, "gimana kabar Arsen," seolah mengalihkan pembicaraan Hannah melihat Arsen dalam gendongannya.
"Baik,"
Devon mengagguk faham, dirinya bingung harus memulai percakapan dari mana.
"Ngapain Lo di sini gue tanya?"
Devon mengangkat kepala, "gue mau nemuin lo sana Arsen lah,"
"Gitu! Terus kenapa bawa beginian?" Ujar Hannah menunjuk barang-barang yang berada di bawah kakinya.
"Ini semua buat Arsen," ucap Devon.
Hannah menghela nafas. "Arsen gak butuh ini semua," ujar Hannah acuh membawa box donat lagi bergegas ingin pergi namun tangannya langsung di tahan oleh Devon.
"Kasih gue kesempatan buat Deket sama Arsen Han," ujar Devon membuat Hannah terdiam menatap wajah Arsen yang sedang tertidur.
Hannah tersenyum culas, "Lo udah yakin Arsen anak Lo!?"
Devon terdiam menundukan kepalanya, Hannah yang melihat Devon terdiampun mengerti langsung menghela nafas kasar.
"Lo aja masih ragu, gimana gue mau deketin anak gue sama Lo,"
"Setelah hasil tes keluar Han, itu semua bakal ngebuktiin kalo Arsen anak gue,"
"Oh ya, gue harus apa? Berlutut di kaki Lo supaya Lo gak bawa Arsen pada saat pengumuman hasil tes itu, atau apa?!"
Devon tersenyum miring, "Bener kan Arsen anak gue Han," ucap Devon membuat Hannah menggeleng kan kepalanya.
"Han, Lo gak bakalan bisa kabur sekarang dari gue," ujar Devon kepada Hannah.
"Apa sih salah gue?" Ucap Hannah menatap manik Devon.
Devon diam tanpa menjawab, apakah dia keterlaluan kepada Hannah.
"Lo gak salah, kalo hasil tes itu keluar dan positif DNA nya sama persis Lo harus ikut gue ke Jakarta, gue bakal tanggung jawab Han."
Hannah bingung tanpa tahu banyak beban hinggap di benaknya, iapun ragu untuk kembali ke Jakarta, Hannah rasa di sini sudah cukup aman untuknya tanpa kembali lagi ke sana.
"Hannah sama gue mau nikah," ucap suara seseorang membuat Hannah melihat ke arah belakangnya, dirinya mematung mendapati Zero menghampiri dirinya.
Devon yang melihat Zero berada di sini membuatnya berpikir yang tidak-tidak, tanpa kata Devon langsung menghajar Zero membuat Hannah terjungkit kaget.
Devon terus memukuli Zero begitupun sebaliknya mereka berdua terus saling hajar, Hannah beringsut ketakutan.
Warga yang sedang berada di luarpun langsung memisahkan keduanya.
"Kalian apa-apaan ini, berantem kok di tempat sempit gini." Ujar Bapak-bapak yang memegangi tubuh Zero.
Para ibu-ibu menghampiri Hannah langsung mendudukan Hannah yang terlihat syok. Arsen yang berada di gendongannya menangis mungkin karena keributan yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
Teen FictionHannah gadis periang tidak pernah menyangka jika dirinya akan terjerat masalah yang begitu berat baginya, kehadirannya membuat Hannah frustasi, mimpi, harapan dan juga ketenangan tidak akan ia dapatkan dalam waktu dekat. Kehadirannya membuat Hannah...