Happy reading
Malam kelam langit berbintang terhampar di samudra yang luas, di meja belajar dekat dengan jendela kamar yang terbuka Devon menengadahkan wajahnya dengan lesu, banyak pikiran yang bersarang di otaknya, baru saja dia mendapatkan seseorang yang cocok dengannya ayahnya sudah berulah lagi, bukannya Devon menolak tapi Devon rasa urusan hatinya biarlah dia sendiri yang urus.
Tidak mengelak juga ayahnya memang sangat pemilih soal pasangan, tapi bukan Devon juga yang harus di korbankan, dulu ayahnya juga menjodohkan kakak laki-lakinya yang kini sudah beristri bahkan mempunyai anak satu memang kakaknya atas suka saling suka begitu di jodohkan ayahnya setuju.
Devon menghela nafas, jika dirinya di jodohkan bagaimana dengan hatinya yang sudah terpaut pada seorang gadis yang baru menemaninya ini "Hannah," satu nama yang kini menguasai hati seorang Devon.
Tepukan di pundaknya membuat Devon melihat ke arah sang empunya, "Kamu kenapa ngelamun sayang," suara Ira ibunya yang kini ikutan duduk di kursi belajarnya.
"Bu, kalo Devon nolak perjodohan ini boleh, Devon udah punya pacar," ucapnya membuat Ira tersenyum mengelus rambut putranya sayang.
"Devon udah besar ya, ibu bukannya tidak mau membantu kamu tapi keputusan ayah kamu selalu mutlak di mata semua orang," ucap Ira masih tersenyum, Devon menundukan kepalanya.
"Devon gak pernah nolak kemauan ayah sama ibu, Devon selalu lakuin apa kata kalian, tapi Bu— soal hati biar Devon yang tanggung sendiri," ucapnya memegang tangan ibunya mengelusnya dengan ikhlas.
"Devon harap ibu ngerti sama Devon kali ini aja," ucapnya memohon.
Ira yang melihat sang putra sepertinya bersungguh-sungguh sangat ingin memilih pendamping hidupnya sendiri, ibu mana yang tega jika anaknya menderita karena cintanya yang tidak dia harapkan.
"Ibu usahakan bicara sama ayah kamu," Ira menghela nafas, "kakak kamu besok pulang sama istrinya, kebetulan ayah ngadain acara makan malam, sebisa mungkin kamu bawa pacar kamu, perkenalkan dia" ucap Ira langsung beranjak dari duduknya.
"Sekarang tidur, udah malam," ucap Ira seraya melangkah pergi dari kamar Devon.
Devon menghela nafas, bagaimana bisa dia membawa Hannah besok, sedangkan Devon dengan Hannah baru bertemu dan apa tadi memperkenalkan Hannah ke dalam keluarganya yang sangat pasif. Sudah gila, Devon harus mencari alasan supaya Hannah besok bisa mau menemui kedua orangtuanya. Soal pacar Devon benar-benar belum mempunyai pacar untuk di ajak serius, bagaimana ini satu-satunya cara hanya Hannah seorang yang kini sedang dekat dengannya.
Devon terdiam, sedetik kemudian bibirnya menyunggingkan seringain.
***
Di bar Hannah sudah sangat lelah baru jam 1 malam, akhir-akhir ini Hannah sering kecapean dan berakhir lesu saat sekolah maupun bekerja. Menjadi sebatang kara memang tidak mudah di lakukan Hannah, terkadang jam makannya teratur dan terkadang juga tidak, bahkan untuk menjadi bartender saja Hannah harus berdandan jika ada acara pesta seperti malam ini.
Dari pengusaha hingga anak SMA masih tertangkap basah oleh Hannah yang terkadang sering Hannah tanggapi dengan riang dan terkadang jutek saat ada seseorang yang terus mengusiknya.
Hannah mengambil gelas di atas lemari, Bara yang menjadi partner nya kini sedang tidak masuk, di gantikan oleh bartender lain yang kini sedang menuangkan minuman kepada cewek-cewek gila yang sedang depresi dengan ketampanan bartender laki-laki yang sudah berumur.
Hannah bergidik ngeri lalu membuang muka saat ada salah-satu pengunjung yang sedang melakukan tindakan tidak senonoh untuk anak remaja seperti dia, Hannah mengakui sepertinya matanya sudah tidak suci karena terlalu sering melihat hal yang menjijikan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
Teen FictionHannah gadis periang tidak pernah menyangka jika dirinya akan terjerat masalah yang begitu berat baginya, kehadirannya membuat Hannah frustasi, mimpi, harapan dan juga ketenangan tidak akan ia dapatkan dalam waktu dekat. Kehadirannya membuat Hannah...