Bab 4: suka

16.5K 760 5
                                    

Happy reading

Kendaraan berlalu lalang di jalan raya, Hannah masih menunggu angkutan umum untuk pergi ke sekolah, sudah jam 06:50 Hannah masih berdiri di trotoar jalan, jika dalam waktu sepuluh menit saja dia telat masalahnya akan berurusan dengan guru BK yang terkenal kiler dan tentunya gerbang akan di tutup oleh anggota OSIS yang selalu berjaga jika ada murid yang telat.

"Kenapa ngeselin sih," keluh Hannah terus memandang jam tangannya.

Tin

Tin

Tin

Hannah mundur satu langkah, saat melihat mobil hitam pekat berhenti di hadapannya. Hannah tau siapa dia. Kaca mobil di turunkan, terlihat seseorang yang akan setiap Hannah liat rasanya ingin muntah dengan tampang tidak berdosanya.

"Bareng sama gue yuk, bentar lagi masuk," ucap Devon, cowok semalam yang gila dance, sekaligus cowok yang membuatnya ilfil.

"Ngapain Lo di sini,"

"Gak sengaja gue liat Lo, cepet naik kalo gak mau berurusan sama BK," ujar Devon membuat Hannah terdiam, antara ikut dengannya atau menolaknya, Hannah tidak ingin dekat-dekat dengan cowok ini.

Devon masih memperhatikan Hannah yang masih terdiam, "oke, kalo lo gak mau, gue duluan," ujarnya menyalahkan mobil.

"Ehk... Ehk lo kan ngajak gue, tungguin," ucapnya tanpa dosa langsung membuka pintu mobil dan duduk dengan gelisah.

Devon tersenyum tipis, "nah kalo nurut kan gue jadi suka,"

Hannah mendelik, "jangan macem-macem gue gak suka," ucapnya membuat Devon mengerutkan keningnya.

"Semale-"

"Syuttttt! Gue gak suka, anggap aja itu kesalahan," ucap Hannah tidak ingin mengingat memori dirinya dengan cowok badung di sebelahnya.

Devon menghela nafas, dan menancap gas mobilnya menuju sekolah. Hannah terdiam dirinya bingung sekaligus malu untuk melihat wajah Devon saja, biasanya seorang Hannah akan tersenyum manis di sepanjang jalan, namun beda cerita jika dirinya harus tersenyum dengan orang yang tidak ada akhlak seperti Devon.

Mobil sampai di parkiran SMA Cakradarma, masih banyak murid-murid yang berlarian untuk masuk gedung sekolahnya, Hannah membuka pintu mobil begitupun Devon.

"Lo gak mau ngucapin sesuatu gitu?" Ujarnya saat melihat Hannah ingin menyelonong begitu saja.

Hannah menghentikan langkahnya, "makasih, untuk tumpangannya,"

Devon tersenyum, dan berlari ke arah Hannah memegang tangan Hannah erat, "senyumnya mana,"

"Apa sih lo, lepasin tangan gue," ucapnya sambil menarik tangannya yang di pegang Devon.

"Gini aja,"

"Apa-apaan, ehk!"

Devon menarik tangan Hannah kedalam untuk memasuki koridor, tepat koridor kelas XII ada di lantai tiga, banyak yang memandang Devon dan Hannah dengan rasa penasaran, jika di bandingkan gengnya Sevan, Devon juga termasuk most wanted SMA Cakradarma.

Devon menghentikan langkahnya di tengah-tengah tangga saat melihat geng Sevan hendak turun. Tanpa menghiraukan Sevan menubruk tubuh Devon lumayan kencang. Hannah yang masih berada di sampingpun kaget dengan perlakuan Sevan kepada Devon, Devon menunduk dalam.

Hannah masih melihat Devon yang terdiam, dia enggan untuk berbicara jika situasinya jadi sesunyi ini. Hannah menepuk punggung Devon, "Lo gakpapa," ucapnya membuat Devon kembali ke dunianya.

"Gue gakpapa, yuk," ucapnya menarik Hannah kembali untuk melanjutkan langkahnya.

"Lo ada masalah ya," ujar Hannah menyempatkan bertanya di sela-sela langkahnya, dan jangan lupa pula tangannya masih di genggam Devon.

"Gitu deh, urusan cowok,"

"Cih, urusan cowok emang ribet, jangan berhubungan deh sama Sevan dia anaknya nekatan," ucap Hannah membuat Devon menghentikan langkahnya.

"Lo sebegitu taunya tentang Sevan," Ujar Devon melihat Hannah.

Hannah tersenyum tipis, "gue kenal Sevan karena keluarganya mereka baik," ucap Hannah langsung memudarkan senyumnya ketika Devon menanyai privasinya.

Devon tanpa tau tersenyum, "Lo lucu deh!"

"Selain ngeselin lo emang tukang kepo, dasar rujak" kesal Hannah menginjak kaki Devon, menarik tangannya dan berlari masuk ke kelasnya, tanpa menghiraukan Devon yang ke sakitan.

"Hannah!!" Geramnya, membuat Devon mengikuti Hannah masuk.

***

Kesal, ingin rasanya Hannah melemparkan sepatunya ke wajah Devon yang sendari tadi mengikutinya kemanapun. Sampai pulang sekolahpun Hannah memberengut tidak suka.

"Kenapa ngikutin gue Mulu sih," kesal Hannah tepat berada di parkiran sekolah.

"Lo tau kan, lo partner gue,"

"Partner, partner, partner. Gue muak sama lo, jadi Lo harus jauh-jauh dari gue," ucapnya.

Devon menghalangi jalan Hannah, "Lo mau kemana?"

"Pikir dong, ini waktunya pulang, gue mau pulang," ucapnya membuat Devon tersenyum.

"Lo pulang sama gue,"

"Ehk! Lo udah mulai ngelunjak ya, jangan pikir gue tadi senyum sama lo dan mau satu bangku sama lo, gue mau gitu deket-deket sama lo, ogah!" Ucapnya membuat Devon tidak menghiraukannya.

"Sana minggir,"

"Lo harus pulang sama gue,"

"Oh, jadi lo mau jadi supir gue gitu,"

"Apa salahnya sih kita berteman," ujarnya membuat Hannah memutar bola matanya.

"Gue gak mau temenan sama lo,"

"Gue mau gimana dong?!"

"Terserah," ujar Hannah mendorong Devon dan langsung pergi begitu saja.

Devon menghela nafas, senyumnya mengembang tercetak jelas di bibirnya saat pertamakali masuk ke dalam kelas Devon sudah tertarik dengan cewek yang manis tengah tertidur di bangkunya, bukan tanpa alasan saat melihat cewek itu, hatinya langsung berdesir, Devon memang tipikal orang yang mudah jatuh cinta.

"Kenapa lo gemesin sih Han," ujarnya menggeleng tidak percaya.

Untuk hari ini Devon akan membebaskan Hannah pulang sendiri, namun jangan harap untuk selanjutnya.

***

Devon memarkirkan mobilnya di halaman rumah yang sangat besar, terdapat dua mobil yang berjajar ketika Devon keluar dari mobilnya dirinya menghela nafas sebentar, dan memasuki rumahnya.

Saat masuk kedua orangtuanya tengah berkumpul di ruang tamu, Devon menghampiri mereka.

Ira, dan Helmi ibu dan ayah kandung Devon yang sangat dia sayangi, Devon bersalaman, sudah lama dirinya tidak pernah melihat ibu dan ayahnya kedua orangtuanya adalah tipe orang yang pekerja keras sehingga tidak pernah membagi waktunya dengan dirinya.

"Ayah harap kamu mengerti Devon," ucapnya langsung to the point membuat Devon mengerenyitkan keningnya.

"Ada apa ayah, Devon lakuin kesalahan lagi?" ucapnya membuat Ayah yang sedang membaca koran langsung meletakan di atas meja begitu saja, Devon melihat ibunya namun terlihat menunduk.

"Yah kesalahan kamu, yang katanya berantem dengan anaknya rekan kerja papa," ucapnya membuat Devon menghela nafas.

"Devon udah minta maaf, lagian Sevan juga udah gak keberatan," ucapnya membela diri.

Helmi menghela nafas, "ayah gak mau ngebahas ini, ayah pikir kamu sudah dewasa menyikapinya,"

"Apa?"

"Ayah sudah menjodohkan kamu dengan rekan kerja ayah."


Jangan lupa vote coment dan follow akun wattpad aku oke

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang