Bab 22: Memulai

18.7K 938 125
                                    

Happy reading





Hannah akui jika sekarang hatinya tengah terombang-ambing, pertemuan tidak terduga dengan kedua orang yang ingin dia hindari membuatnya tidak karuan, sebagai seseorang yang menjadi korban Hannah merasa berat harus menjalani kehidupan di antara Devon dan juga Zero.

Entah apa yang tengah mereka rencanakan, Devon yang ingin dia kembali tanpa kepastian atau Zero yang menyatakan cinta atas kesalahannya dulu.

Kini Hannah sedang berada di trotoar jalan membawa box donat yang sudah kosong, Arsen seperti biasa di titipkan di tempat ibu Rati, selepas ini Hannah akan mengambilnya ia sekarang menjadi sangat khawatir jika Devo kembali datang ke tempatnya membawa Arsen tanpa sepengetahuannya.

Itu menjadi trauma Hannah tersendiri, Devon memang sangat brengsek ingin membawanya dengan gampang dan tanpa rasa dosa memintanya kembali ke Jakarta.

Zero. Selepas mengatakan hal yang membuat Hannah terdiam dia memilih pergi tanpa Hannah jawab.

"Apa gue pindah aja ya?" Gumamnya memandang jalan dengan tatapan kosong.

"Kalau gue pindah, bakalan susah lagi nyari kontrakan! Kenapa mereka berdua ada di sini sih!"

Hannah melanjutkan langkahnya kembali, namun di depan sana terdapat gerombolan preman menghadangnya, Hannah rasa ia selalu melewati jalan ini tanpa ada yang pernah mengganggu, namun sekarang di depannya banyak sekali preman yang bermuka seram dan badan besar.

Hannah mundur satu langkah untuk pergi, namun salah satu dari mereka mencekal tangannya membuat box yang tadi ia pegang sudah tidak berada di genggamannya.

"Mau apa kalian! Lepasin!"

"Neng cantik gini,"

"Lepasin gue!"

"Ikut nongkrong yuk,"

"Kalo kalian gak lepasin gue, gue bakalan teriak!"

"Teriak aja neng," satu preman lagi menghadangnya tanpa malu mencolek dagunya. Otomatis Hannah menghindari tangan nakal itu.

"Tolong lepasin gue," Hannah mengutuk tidak ada pengendara yang lewat bahkan pejalan kaki sekalipun.

"Main-main dulu aja, kita asik kok orangnya,"

"Gak!"

"Tolong!"

"Sial bawa jang ka markas,"

(Bawa Jang ke markas)

Hannah berontak mencoba melepaskan tangannya dari cekalan mereka, Hannah terus bergerak membuat sesuatu dalam perutnya nyeri seketika.

"Arkh..." Rintih Hannah saat preman itu sengaja mendorong perutnya.

"Makannya diem, bawa!" Suruh salah satu preman kepada temannya.

Hannah tidak mau mengikuti preman itu.

"Tolong!"

"Tolong!"

Bugh!

Dorongan dari seseorang membuat preman yang mencekal Hannah terhuyung ke belakang sampai jatuh.

Hannah mendongakkan kepalanya melihat Devon yang berusaha membogem preman lainnya dengan kepalan tangannya.

Devon menarik salah satu preman yang masih memegangi Hannah, langsung membuat satu tonjokan yang membuat preman itu terpental ke aspal jalan.

Hannah langsung menghindar bersembunyi di balik punggung Devon, dengan peluh di sekitar dahinya Devon menghampiri kedua preman itu dengan mata tajam menyiratkan kemarahan.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang