Happy reading
"Lo apa-apaan sih, lepasin gue," ucap Hannah merintih saat tangannya di cekal oleh Devon dengan erat.
Devon menghentikan langkahnya di lorong sepi, dan menatap Hannah intens, "apa yang Lo lakuin di sini?"
"Menurut Lo,"
Devon mendelik, "oh jadi Lo kerja di sini, pantesan kerjaan Lo tidur mulu di kelas, apa paedahnya sih kerja di sini," ucap Devon meremehkan, Hannah menatapnya tidak suka, lagian apa urusannya pekerjaan dia dengan Devon.
"Apa sih urusan lo, jangan ikut campur deh ini urusan gue," ucap Hannah hendak pergi namun cekalan di tangannya membuat Hannah diam.
"Gue bisa aja laporin lo ke guru BK kalo lo masih tetap kerja di sini,"
"Apa sih mau lo?"
"Mau gue, lo berhenti kerja di sini, ini terlalu bahaya buat lo Han,"
"Siapa lo sih, jangan karena kita satu bangku lo bisa ngatur-ngatur hidup gue, lagian silahkan lo mau lapor ke guru BK gue bakalan benci seumur hidup gue sama lo. Ngerti." Ucapnya berlalu begitu saja.
Waktu berharga untuk mencari rupiahnya terhalang beberapa jam, Hannah tidak mau sebenarnya berkerja di tempat ini, memang banyak godaan di tempat terkutuk ini. Bahkan Hannah juga seolah sudah bersahabat dengan minuman keras, namun Hannah masih menjaga lidahnya dari minuman haram itu, walaupun pekerjaan terbilang sangat tidak mungkin di usianya Hannah sebisa mungkin untuk menjaga dirinya.
Hannah kembali ke pantry meletakan nampan yang tadi di genggamnya, Bara yang sedang melayani pelanggan pun melihat Hannah hanya menghela nafas pasrah.
Hannah duduk dengan tenang, waktu sudah menunjukkan pukul satu malam, mengantuk bahkan Hannah meninggalkan dunia mudanya demi berkerja paruh waktu sekedar menyambung hidup.
Duk
Hannah memutar bola matanya malas, Devon duduk di hadanya dengan tidak tahu diri meneliti wajah Hannah dengan wajah memuja.
"Apa Lo lihat-lihat," sentak Hannah.
"Gue di sini pelanggan, jadi Lo jangan macem-macem buat jutekin gue,"
"Gue bisa jutekin semua orang yang ada di bar dengan keadaan sadar,"
Devon mendelik tajam, "gue pesen minuman Oren jus,"
Hannah memandang Devon malas, tanpa kata Hannah langsung membuatkannya dan meletakan gelasnya kasar.
Tuk
Devon memekik, "jutek banget, gak papa tapi Lo cantik," ucapnya mengkerling jahil.
Hannah tidak menanggapi, "Lo gak ada kerjaan apa, udah mau subuh, pulang sana," usir Hannah membuat Devon meletakkan gelasnya santai.
"Gue mau tunggu Lo, lagian cewek cantik kayak Lo gak mungkin pulang sendiri kan," ujarnya membuat Hannah memutar bola matanya malas.
"Gak guna Lo,"
Devon tersenyum tanpa sadar dia memandangi Hannah entah kenapa malam ini Hannah terlihat cantik dan seksi.
"Ngapain Lo liatin gue!" Tegur Hannah sontak membuat Devon mengalihkan perhatiannya.
"Lo balik sama gue,"
"Gak tau malu banget sih lo, jangan lo kira gue kenal lo, lo seenak jidat memutuskan sesuatu"
Devon tidak menanggapi dan langsung beranjak menuju Dace floor, menari ria tanpa rasa malu membulak-balikan badannya menjadi rebutan cewek-cewek.
Hannah menggelengkan kepalanya, "Gila!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
Teen FictionHannah gadis periang tidak pernah menyangka jika dirinya akan terjerat masalah yang begitu berat baginya, kehadirannya membuat Hannah frustasi, mimpi, harapan dan juga ketenangan tidak akan ia dapatkan dalam waktu dekat. Kehadirannya membuat Hannah...