Bab 21: Tidak Terduga?

19.7K 958 96
                                    

Happy reading

Kalo ada typo tandai oke.



Hannah sedang menimang bayinya untuk tidur, malampun sudah datang. Dari tadi siang Hannah sudah mengunci dirinya di kontrakan supaya tidak di ganggu siapapun termasuk ibu kost yang tadi sore mendatangi rumahnya dan Hannah jelas menghampiri dan mengusirnya secara halus.

Hannah butuh sendiri, remaja sembilan belas tahun yang hidupnya di tuntut memaksa untuk menjadi dewasa. Hannah masih lemah jika menyangkut hidupnya, Hannah juga menyesali sudah bertatap muka dengan Devon. Ia memikirkan bagaimana nasib esok dan kedepannya.

Hannah ingin anaknya di akui oleh ayahnya, tapi apakah harus secepat ini dengan kondisi yang sangat rumit. Hannah bisa saja ikut dengan Devon ke Jakarta. Tapi Hannah takut bagaimana pandangan kedua orangtua Devon dan juga Naura selaku tunangannya.

Hannah takut jika yang di harapkan kedatangannya hanya Arsen saja.

"Suttt sayang tidur ya udah malem," ucap Hannah kepada Arsen yang masih belum tertidur.

Hannah tersenyum mengelus kening anaknya dengan lembut. "Kamu seneng tadi di gendong ayah. Iya." Monolong Hannah kepada Arsen yang masih setia memperhatikan dirinya.

"Seandainya Mama gak egois buat jauhin kamu sama ayah kamu, tapi mama harus apa nak, mama takut kehilangan kamu."

Arsen yang mulai terlelappun tidur dengan nyaman, Hannah tersenyum saat anaknya sudah tidur.

"Mama mau bikin donat dulu buat jualan besok, kamu yang tenang tidurnya ya." Ujar Hannah meletakan Arsen di box bayinya.

Hannah beranjak untuk ke dapur, berbagai alat-alat yang setiap malam Hannah gunakan untuk mencetak kue terpampang jelas di depan mata.

"Semangat,"

***

Di sisi lain Devon sedang berada di tepi kolam berenang merenung memikirkan cara agar semuanya berjalan lancar. Ia akui dia bodoh memohon kepada Hannah untuk mengikuti keinginannya. Devon memang berniat memperjuangkan Hannah namun dia tidak berpikir seluas itu bagaimana dengan Naura.

Perusahaan yang sekarang ia jalani bersama ayahnya adalah modal dari perusahaan ayahnya Naura, sesuai kesepakatan jika Naura dan Devon bertunangan, modal, saham bahkan sebagian harta Ayah Naura akan jatuh ketangannya.

Namun Devon harus berpikir lagi, jika ia memutuskan pertunangannya maka kerja sama yang sudah maju setengah jalan ini akan di batalkan dan perusahaan Ayahnya akan merosot turun tiba-tiba.

Devon menatap pelastik transparan di tangannya, di dalamnya ada beberapa helai rambut yang sudah ia potong dari bayi Hannah. Devon memang brengsek ia memang ingin membuktikan sesuatu agar semua jelas.

"Pak!" Panggil Devon kepada supirnya.

"Iya Den,"

"Besok antarkan saya ke rumah sakit?!"

"Tapi Den, besok kepulangan Aden ke Jakarta,"

"Kita undur aja pak, Devon ajuin izin ke kampus besok,"

"Yasudah Den,"

Devon mengagguk dan membiarkan pak supir pergi.

"Tunggu gue Han,"

Drettttt... Drettttt... Drettttt

Devon mengambil handphonenya di sebelah tubuhnya, nama Nauralah yang tertera di layar canggihnya.

"Hallo yang!" Ucap di sebrang sana.

"Hai,"

"Kamu kenapa sih yang, kok lemes gitu."

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang