Bersama

1K 137 22
                                    

Bogum tengah duduk dan menikmati istirahat makan siangnya bersama Minhyun, beberapa pembicaraan ringan terjadi di antara keduanya.

Sampai seorang pria dengan jas putihnya mendekat membuat Bogum beranjak dari tempatnya.

"Selamat siang Dokter Park, apakah anda sudah menikmati makan siang?" Daniel meletakkan nampan makan siangnya di samping Minhyun, Bogum tak tertarik lagi melanjutkan istirahatnya dan segera beranjak dari sana.

Minhyun yang mengerti kedua dokter itu tak pernah akur memilih melanjutkan menyesap americanonya. Daniel menatap Minhyun beberapa saat sebelum melontarkan pertanyaan.

"Ah... Minhyun-ah, tentang pasien luka tembak kemarin bagaimana kondisinya? Apakah kau tau sesuatu?" Minhyun meletakkan cup kopinya yang sudah kosong dan mengangkat bahunya singkat.

Minhyun tak tau banyak tentang pasien itu, Bogum hanya mengatakan jika pasien akan dipindahkan le rumah sakit militer.

"Kondisinya cukup stabil saat ia dipindahkan, tapi aku tak tau apapun lagi sekarang. Bogum yang bertanggung jawab atas pasien itu. Apakah ada masalah?" Daniel menggeleng cepat, Dokter Kang tak lagi tertarik melanjutkan pembicaraan.

***
"Taehyung sudah siuman, beberapa tim intel berjaga di luar. Mereka akan menanyakan beberapa hal setelah kondisinya mulai stabil." Namjoon berujar di hadapan para saudaranya yang lain, tak ada yang tenang walaupum Taehyung sudah di temukan.

Berbagai pertanyaa mulai muncul di benak semua orang, bagaimana Taehyung bisa berada di pinggir jalan. Serta siapa yang sudah mengurungnya selama ini.

Nampaknya semua berjalan baik, Taehyung menjawab semua pertanyaan tim intel dengan Jimin yang menemaninya.

"Kau benar-benar tak memgetahui pimpinan mereka?" Chang wook memberikan pertanyaan terakhir seraya membuka kembali catatannya.

"Aku tak pernah melihatnya, tapi ada seorang pria yang datang menemuiku pertama kali dan membunuh Tuan Nam. Hanya saja aku tak pernah lagi melihatnya setelah itu." Tangan Taehyung mengepal kuat, sementara Jimin masih setia di samping pemuda itu.

"Apakah ka pernah melihat pria ini?" Beberapa lembar photo kepada Taehyung.

"Ne.... mereka yang mengurungku."

"Mereka semua telah terbunuh, bahkan seorang lainnya meninggal di rumah sakit militer." Chang wook cukup menyesali hal itu, akan sangat sulit mencari tersangka lainnya sekarang.

"Tapi, ada seorang pria lagi. Dia yang membunuh Tuan Nam tak ada di photo."

***

"Makan sedikit lagi hyung." Jungkook dengan kegigihan yang tak ada habisnya terus berusaha menyuapkan bubur ke mulut Taehyung. Ia sedikit kesal karena Yoongi sama sekali tak berniat membantunya.

"Aku sudah kenyang Jungkook-ah."

"Tidak bisa, hyung harus makan ini. Aku membelinya di luar pasti hyung suka." Bukan masalah suka atau tidak suka, perut Taehyung benar-benar sudah kenyang.

Semua saudaranya setiap kali datang akan membawa banyak makanan dan meminta Taehyung melahap semuanya.

"Tae... lihat, aku membawakan pangsit untukmu." Kini giliran Jimin yang datang dengan menenteng kantung plastik.

Melihat hal itu, Taehyung menghela napas dan mulai menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Tae.... apa yang kau lakukan, ayo makan." Jimin menyibak selimut itu dan berusaha membantu Taehyung untuk duduk.

"Aku kenyang, astaga.. kalian sedari tadi memberikan  semua makanan itu padaku." Keluh Pemuda Kim itu seraya mendorong mangkuk pangsit yang Jimin sempat sodorkan.

"Hyung, dokter mengatakan kau kekurangan nutrisi dan kami hanya berusaha mengembalkkannya." Jungkook tak mau kalah dan kembali menyodorkan sesendok bubur.

"Aku tidak mau!"

"Baik, terserah padamu!" Jimin meletakkan makanan yang ia bawa di atas meja dengan raut wajah kesal.

Jimin bahkan tak memperdulikan Taehyung yang memanggil namanya. Memang seperti itulah Jimin jika sudah merasa kesal karena suatu hal.

"Baiklah, aku akan makan." Pada akhirnya Taehyung memilih untuk mengalah, ia tak ingin membuat masalah dengan Jimin sekarang.

"Ok, cepat duduk dan makan pangsit ini." Dengan senyuman lebar Jimin berbalik dan segera mengbil kantung plastik yang sempat ia letakkan tadi.

Ke tiga magnae 007 itu sibuk dengan dunia mereka sendiri, mengabaikan atensi Yoongi yang menatap mereka jengah.

"Ini yang....." Belum sampai Jimin menyelesaikan ucapannya, pintu rawat Taehyung terbuka cukup keras banhkan sampai membangunkan Yoongi yang baru saja akan terlelap.

"Di sini kau rupanya, Dokter Park mencarimu sedari tadi." Minhyun berdiri di ambang pintu dengan tatapan mematikan yang ia berikan pada Jimin.

Hari ini jadwalnya melepas jahitan oprasi, tetapi sejak pagi pasien penurut itu menghilang dari ruang rawatnya. Sungguh insiden yang sangat menyenangkan bagi Minhyun.

"Aku hanya menemui Taehyung." Elak Jimin seraya menyuapkan potongan terakhir pangsit di sumpitnya pada Taehyung.

"Sungguh?" Rasa tak percaya lebih dominan pada Minhyun.

"Sungguh, bukankah begitu Taehyung-ah?"

"N...ne..." dengan ragu dan mulut penuh Taehyung berusaha menjawab.

"Yak... Jungkook-ah, katakan iya." Jimin mendorong lengan Jungkook agar pemuda itu dapat di ajak bekerja sama dalam situasi genting ini.

"Ah, ne. Jimin hyung di sini sedari tadi, bukankah begitu Yoongi hyung?" Lanjut Jungkook dengan menatap Yoongi di sofa, bahkan Jimin dan Taehyung berharap jika Yoongi akan membantu mereka.

"Aku tidak termasuk sekutu mereka." Jawaban Yoongi membuat senyum di wajak ketiga pemuda itu luntur seketika.

"Aish... hyung!" Secara kompak ketiga pemuda itu menatap jengah Yoongi yang kini merebahkan tubuhnya di sofa.

"Park Jimin, kemari kau!" Minhyun beranjak dari tempatnya dan mulai menarik telinga Jimin dengan wajah kesal.

"Kau tau, seharian telingaku panas mendengar omelan Dokter Park. Sekarang cepat kesana dan temui dia, semoga Bogum tak mencincangmu." Setelah tangan Minhyun terlepas dari telinganya, Jimin segera berlari keluar dan masih sempatnya pemuda itu berhenti.

"Dasar psikopat!"

"Yak... Park Jimin! Jangan sampai kau bertemu denganku hari ini!"















Bersambung.......

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang