"Taehyung-ah." Seorang pemuda tengah memanggil pemilik ruangan seraya mengetuk pintu kayu yang menjadi penghalang.
"Tae, bisa kau buka pintunya." Kembali pemuda itu berusaha membujuk. Sementara itu Tehyung tengah menggulung tubuhnya dibalik selimut, ia nampak enggan untuk bangkit dan membuka pintu.
Ia menatap kotak almond yang berada di atas nakas dengan tatapan jengah.
"Kalian benar-benar tak bisa menghargai sesuatu." Taehyung bergumam seraya menyibak selimutnya. Pemuda itu berjalan mendekati pintu yang sedari tadi tak hentinya diketuk.
"Kau baik-baik saja Tae?" Taehyung kini tengah bertatapan dengan hyung tertuanya. Seokjin menatap Taehyung cemas namun pemuda itu hanya berlalu melewati Seokjin dan keluar dari kamarnya.
"Tae, tidaklah kau terlalu kasar mengatakan hal itu pada Yoongi?" Taehyung menghentikan langkahnya seraya menarik sudut bibirnya.
"Jinjja?" Pemuda itu membalik badanya dan menatap pemuda yang lebih tua darinya itu.
"Hal ini terjadi juga bukan karena keinginannya, jadi berhentilah bersikap seperti ini." Seokjin melangkah mendekati Taehyung yang masih setia ditempatnya.
"Apakah hyung pikir aku menginginkan ini terjadi?" Taehyung menatap Seokjin lama, pemuda itu menuntut jawaban dari sang kakak.
"Tae kita bisa membicarakannya lagi, kau hanya perlu mengerti."
"Apa yang harus ku mengerti? Menerima jika apa yang terjadi itu sebuah kecelakaan? Takdir? Atau karena ketidak pedulian?" Taehyung semakin memojokkan Seokjin.
"Tae, kau juga berada disana saat itu bukankah kau juga tau bagaimana kondisinya."
"Ya, ku akui aku berada disana. Dan aku juga mengakui aku sangat menyesal karena tak ikut masuk bersama Jimin saat itu. Jika aku tau Min Yoongi akan meninggalman Jimin sendiri didalam rumah itu!"
"Kim Taehyung!" Secara spontan Seokjin melayangkan pukulannya pada wajah Taehyung dan membuat pemuda itu tersungkur karena tidak siap dengan pukulan Seokjin yang tiba-tiba.
"Wae? Kau masih ingin memukulku hyung?" Taehyung menatap Seokjin yang tengah mengontrol emosinya.
"Sebaiknya kau jaga ucapanmu Kim Taehyung." Suara Seokjin kembali normal, ia bahkan sempat mengulurkan tangannya guna membantu Taehyung bangkit. Namun pemuda itu menepis tangan sang kakak.
"Aku bisa sendiri, ini tak lebih menyakitkan dari lukaku selama ini." Taehyung bangkit seraya menusap rahangnya yang mulai terasa nyeri. Sementara Seokjin hanya bisa menyesali hal yang telah ia perbuat.
"Cooky, kajja aku ingin memakan ice cream saat ini." Taehyung berucap dengan nada cerianya tak luput dengan senyuman yang merekah dibibirnya.
Seokjin yang terkejut karena Taehyung yang menyebut nama Jungkook membalikkan badannya. Disana Jungkook tengah berdiri dengan membawa segelas Jus. Oh.......ayolah apakah Jungkook melihat dan mendengar semuanya?
"Ah....n....ne kajja hyung, aku akan menemanimu." Jungkook berjalan melewati Seokjin yang masih terpaku di tempatnya dan mulai mendekat kearah Taehyung.
Seokjin tetap disana melihat kedua adiknya yang mulai menuruni anak tangga dan menghilang di anak tangga terakhir.
"Bisakah aku berharap kau kembali Jim, walaupun itu hal yang mustahil." Seokjin menatap pintu yang tertutup tepat disamping kamar Taehyung. Pintu kayu yang bertuliskan 'chim-chim room'.
***
Kondisi yang cukup senyap di sebuah apartement hanya suara dentingan gelas yang terdengar kala sang empu meletakkannya diatas meja kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger
FanfictionPara pemuda dengan sejuta mimpi yang telah hancur bersama kobaran api. Berusaha mengumpulkan kembali kepingan mimpi itu dan berharap dapat kembali utuh. Walaupun mereka tau sesuatu yang hancur tak dapat lagi sempurna. Suspicous season 2 ( bagi yang...