Ancaman

1.4K 205 50
                                    

Seorang pria dari lantai atas telah berhasil melesatkan pelurunya ke arah Jimin, pemuda itu seketika tersungkur karena luka yang ia dapat tepat mengenai dada kirinya.

Jungkook yang menyaksikan hal itu segera mengambil pistol dari tangan Jimin dan dengan membabi buta melesatkan rentetan peluru ke arah pria itu. Tak peduli akankah tubuh pria itu akan hancur karena pelurunya.

Setelah rentetan tembakan pria itu tersungkur dengan darah yang mengalir mengotori anak tangga. Aroma anyir menyeruk di penjuru rumah usang itu.

"Hyung..... Jimin hyung.... jebal......!" Jungkook tak lagi dapat berpikir jernih, ia berusaha menahan darah yang terus keluar dari dada kiri sang kakak. Air matanya bahkan tak meminta ijin untuk keluar, membuat isakan kecil mulai lolos dari mulut si pemuda.

Jimin yang hanya dapat merintih dengan mata yang mulai terpejam, Yeonjun yang berada di luar mendengar semua tembakan.

Kali ini netranya berhasil menangkap keberadaan seseorang di balik bangunan yang tengah mengacungkan pistol ke dalam bangunan. Ia bergerak sigab dan mulai menyiapkan amunisi pada senapannya.

"Yeonjun kau bisa melakukannya." Pemuda itu membidik sasarannya dan mulai melesatkan sebuah peluru.

Suara tembakan itu terdengar memekakan, Jungkook masih dalam mode waspada. Suara tembakan itu membuatnya semakin khawatir.

"Hyung kita harus pergi dari sini." Dengan sekuat tenaga pemuda itu membawa Jimin di punggungnya.

"Jungkook hyung!"

"Yeonjun? Hubungi Detektif Ji dan yang lain. Aku akan membawa Jimin hyung ke rumah sakit."

"Ah.... n.....ne..... ini kunci mobilnya."

"Gomawo." Jungkook bergegas menyahut kunci mobil dari tangan Yeonjun dan berlari menuju mobil yang terparkir cukup jauh.

"Hyung, kumohon jangan pejamkan matamu." Jungkook mendudukkan Jimin dan memasangkan safety belt pada pemuda Park itu.

"Aku......akh...... baik-baik saja.......akh...." suara parau Jimin dan senyuman yang begitu dipaksakan membuat Jungkook semakin kalut.

Jungkook melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota, tak lagi peduli pada rambu batas kecepatan di tepi jalan. Bisa saja semua rambu itu hanya dianggap hiasan semata olehnya.

Mungkin saja kamera pangawas akan melacak nomor kendaraannya dan memberikan surat tilang, ia tak peduli lagi.

Tangan kanan Jungkook sesekali meraih tangan Jimin yang terkulai di samping tubuhnya, sekan memberi kekuatan pemuda itu menggenggam erat tangan sang kakak. Jimin telah terpejam, sungguh kenyataan berbeda dari ucapan.

"Siapapun tolong!" Jungkook memekik kala ia sampai di depan pintu UGD, beberapa perawat segara tiba seraya membawa brankar dan membantu pemuda itu.

Jimin yang terbaring diatas brankar nampak semakin pucat dengan berkurangnya darah pada tubuhnya.

Jungkook tak bisa berbuat apapun selain meracau di depan pintu UGD, pikirannya kacau saat ini.

"Jungkook?"

"Yoongi hyung..... hiks.... hyung..... bagaimana ini.... Jimin hyung.....!"

"Hei.... tenanglah semua akan baik-baik saja." Yoongi yang masih mengenakan pakaian pasien itu segera melesat ke UGD saat mendengar jika Jimin terluka.

Saat ia tiba Jungkook tengah meringkuk di sana dengan pakaian yang penuh darah. Rambut hitam Jungkook yang dibasahi peluh dan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir dari netra pemuda tampan itu.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang