Hujan baru saja reda bebarapa saat lalu, seorang pemuda nampak melangkahkan kakinya ringan melewati genangan yang tercipta di sepanjang trotoar.
Sesekali ia harus memperlambat langkahnya ketika seseorang berjalan dihadapannya.
Sampai langkah pemuda itu terhenti di sebuah kantor polisi di pusat kota. Langkahnya membawa tubuh pemuda itu memasuki bangunan dihadapannya.
"Apakah detektif Ji ada?" Pemuda itu menghentikan langlahnya sejenak dan bertanya kepada seorang polisi yang tengah berjaga.
"Detektif ada diruangannya." Setelah mendapat jawaban dari pertanyaannya, pemuda itu melanjutkan langlahnya.
Sebuah pintu kayu dihadapanya membuat pemuda itu sempat berpikir sejenak.
"Haruskah?" Pertannyaan yang berputar tanpa jawaban yang tentu. Belum sampai otaknya memberikan jawaban, seorang pria dengan setelan kemeja dan jaket kulit yang baru tiba-tiba muncul dari balik pintu sukses membuat pemuda itu terkejut.
"Ah, kau sudah datang rupannya." Detektif Ji menyambut tamunya ramah, namun berbeda dengan pemuda itu yang nampak kikuk.
"Bagaimana perkembangannya?" Pertanyaan detektif Ji membuat pemuda itu menurunkan hodie yang menutupi kepalanya. Pemuda itu tersenyum tipis sebelum ia membuka suara.
"Cukup baik, hanya tinggal menunggu dari hasil forensik." Sebuah map berpindah tangan dari pemuda itu kepada Detektif Ji.
***
"Tae-tae hyung!" Suara yang mengusik pagi, belum genap jam menunjukkan pukul 07.00 seorang pemuda telah mengitari rumah dengan meneriakkan hal yang sama."Tae-tae hyung!"
"Yak aku tak tuli Jungkook!" Pemuda yang baru saja tiba nampak mengorek telinganya.
"Aish........kupikir kau pergi dari rumah lagi" Jungkook melemparkan sebuah map kearah Taehyung.
"What is this?" Taehyung membolak-balik map tersebut dengan tatapan bingung.
"Kasus baru, appa memintaku untuk memberikanya padamu."
"Hah........aku tak peduli." Taehyung melempar map tersebut keatas meja dan berlalu begitu saja. Tentusaja hal itu mendapat tatapan kecewa dari Jungkook.
"Hyung.......ayolah..........hyung!"
"Berikan saja pada yang lain!" Teriak Taehyung sebelum pemuda itu benar-benar menghilang dibalik pintu.
Pemuda Kim itu melangkahkan kakinya menuju dapur, ia tak memperdulikan keberadaan Hoseok dan Seokjin yang tengah memasak disana. Pemuda itu mengambil air dan meneguknya hingga tandas, sebelum kembali beranjak.
Disisi lain Seokjin dan Hoseok pun tak ingin mengusik Taehyung.
"Kau mau buah Tae? Jika mau akan kukupas untukmu." Seokjin menunjukkan sekotak mangga dan kiwi.
"Anni, aku tidak berminat." Taehyung pergi begitu saja, tujuannya saat ini adalah taman belakang rumah. Tempat pelarian yang begitu nyaman untuk pemuda itu.
Manik hazel Taehyung menatap yang tertancap pada pohon apel. Pemuda itu tak ada niat untuk menyentuh apalagi sampai mencabut belati itu dari tempatnya.
"Aku benci kau!" Senyum miring yang muncul di sudut bibir pemuda itu dapat memberi tau kondisinya saat ini.
***
Matahari telah mencapai puncak tertinggi, kondisi kediaman keluarga Kim nampak jauh dari kata tenang. Seorang dari mereka nampal tak setuju dengan pemikiran anggota keluarga yang lain.
"Aku tak akan lagi melakukan hal itu!"
"Kim Taehyung!" Suara bariton milik Tuan Kim membuat Taehyung menatap sang ayah jengah.
"Apa lagi yang kalian harapkan dariku eoh?!" Taehyung menatap saudaranya satu persatu.
"Tae, kita baik-baik saja sebelum kedatangannya dan sekarang kita juga harus seperti itu saat dia tidak ada." Namjoon berusaha tenang menghadapi sikap Taehyung yanh semakin berontak.
"Dengan mudahnya kalian melupakannya, terserah. Namun tidak denganku." Taehyung memang tak lagi meninggikan volume suaranya, namun ucapanya begitu memyakitkan bagi saudaranya yang lain.
"Tae, sudah cukup!" Seokjin bangkit dan meninggalkan ruang pertemuan. Pemuda itu tak mau lagi berurusan dengan Taehyung.
"Kau puas Tae, ini sudah tahun ke tiga. Jadi berhenti bersikap kekanakan, aku mentoleransi sikapmu selama ini namun tidak lagi sekarang. Semua ada batasnya Kim Taehyung, jadi jangan kau berani lewati batas itu." Namjoon menutup laptopnya dan menyusul langkah Seokjin.
Tuan Kim, Jungkook dan Hoseok menatap Taehyung mereka menunggu balasan dari pemuda Kim itu.
"Tiga tahun bagi kalian, namun bagiku itu baru terjadi kemarin." Lirih pemuda itu menahan gejolak dihatinya. Sebelum memutuskan untuk pergi dengan disusul bantingan pintu yang cukup keras.
Sekepergian Taehyung Tuan Kim hanya bisa menghela napas berat. Tak ada yang bisa pria paruh baya itu lakukan lagi.
Tak ada yang membuka suara, sampai Tuan Kim melontarkan sebuah pertanyaan.
"Dimana Yoongi? appa tidak melihatnya dari tadi pagi." Hoseok menatap Tuan Kim seraya membereskan kertas diatas meja yang berantakan karena ulah Taehyung.
"Yoongi hyung keluar sejak pagi, ia mengatakan akan segera kembali. Namun kurasa tidak."
Tuan Kim hanya mengangguk sebagai respon, ia tau benar kondisi putranya saat ini. Luka yang sana namun dengan pengalihan yang berbeda.
Sementara itu Yoongi tengah duduk disebuah kafe dengan secangkir kopi di tangannya. Aroma seduhan kopi membuat pemuda itu lebih tenang.
Secangkir coklat panas yang tidak lagi panas samasekali tidak tersentuh. Yoongi meraik ponsel di atas meja dan nampak mengotak-atiknya beberapa saat.
Ia nampak menghubungi seseorang, setelah menekan tombol panggilan Yoongi meletakkan ponselnya kembali keatas meja. Yang ia lakukan hanya menatap ponsel itu sampai akhirnya panggilan terputus.
Kembali pemuda itu menghubungi pemilik nomor, kali ini dengan pesan singkat.
'Jim, aku menunggumu di cafe. Ada coklat panas untukmu kapan kau akan datang?' Entah sudah pesan keberapa yang Yoongi kirim.Keseratus? Keseribu? Tak ada yang tau pasti, bahkan Yoongi sendiripun. Setelah selesai meneguk kopi terakhirnya, Yoongi bangkit meninggalkan mejanya. Mentap sekilas secangkir coklat yang tak akan pernah diminum.
Beberapa pramusaji menyapanya saat pemuda itu melangkah keluar dari cafe, sejenak ia berhenti menatap langit dengan berharap.
"Kuharap kau akan datang besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger
FanfictionPara pemuda dengan sejuta mimpi yang telah hancur bersama kobaran api. Berusaha mengumpulkan kembali kepingan mimpi itu dan berharap dapat kembali utuh. Walaupun mereka tau sesuatu yang hancur tak dapat lagi sempurna. Suspicous season 2 ( bagi yang...