Coretan

2.1K 264 59
                                    

Seorang pemuda bermarga Min, dengan langkah kecilnya menembus dinginnya udara. Bahkan matahari tak mampu lagi membuat pemuda itu merasa hangat pada tubuhnya.

Tangannya merapatkan mantel yang membalut tubuhnya, uap panas secara teratur keluar dari mulutnya yang nampak bergetar.

"Oh, astaga ini sangat dingin." Yoongi melihag kafe yang ia tuju sudah tak terlalu jauh, pemuda itu memilih untuk berlari kecil.

Lonceng kafe berdenting kala pemuda Min itu membuka pintu.
"Tolong satu latte dan coklat panas." Yoongi berucap pada salah satu pramusaji sebelum menuju meja yang selalu ia tempati.

Namun langkah pemuda itu terhenti kala melihat mug yang masih terisi penuh coklat panas.
"Permisi, apakah ada yang duduk dimeja ini?" Seorang pramusaji mendekat kearah Yoongi seraya membawa latte pesanan pemuda itu.

"Tidak ada tuan, seseorang memesan coklat panas itu dan meninggalkannya untuk anda. Dan ini pesanan anda silahkan." Pramusaji itu meletakkan secangkir latte di meja.

Yoongi pada awalnya tak peduli dengan coklat panas dihadapannya, sampai secarik kertas di bawah mug menarik perhatiannya.

Pemuda Min itu menarik kertas yang berada di bawah mug. Siapa juga orang yang meletakkan kertas itu disana?

'Kita bertemu di taman akhir pekan' Pemuda itu mengernyit sesaat. Pesan macam apa yang ia terima, tanpa asal yang jelas dan begitu tak masuk akal.

"Permisi bisakah anda menyingkirkan coklat panas ini? Dan berikan aku coklat panas yang baru." Yoongi mengangkat tangannya untuk memanggil pramusaji yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

Coklat panas Yoongi telah diganti, pemuda itu mulai sibuk dengan ponselnya nampai ia mengetikkan sesuatu disana.

'Kau tak datang hari ini? Aku sudah memesankan coklat panas untukmu' Yoongi menatap sejenak layar ponselnya dan mulai menekan tombol kirim.

Satu jam berlalu, latte yang ia pesan juga sudah tak bersisa. Pemuda itu bangkit dari kursinya dan mulai melangkah keluar dari kafe.

Ia menghentikan langkahnya, merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan kertas yang ia dapat di bawah mug.

"Orang bodoh mana yang mengirim pesan seperti ini." Yoongi meremas pesan itu dan membuangnya pada tempat sampah di pojok dinding kafe.

Baru saja Yoongi akan kembali melangkah, benda pipih disaku mantelnya bergetar. Pemuda itu kembali merogoh saku mantelnya dan menarik keluar ponsel pintarnya.

Taklama ponsel itu menyala menunjukkan nama seseorang dilayarnya.

"Halo!" Seru Yoongi mengawali panggilan.

'Hyung, bisakah kau ke kantor polisi sekarang? Tuan Han tewas dirumahnya!'

"Apa? Bagaimana bisa? Ok, aku kesana sekarang." Yoongi mengakhiri panggilannya secara sepihak. Dan kembali memasukkan ponsel pintarnya kedalam saku mantel.

Namun ada sesuatu yang tak pemuda itu sadari, andai saja ia lebih teliti memeriksa ponselnya.

***

Hari telah menjelang malam, mentari mulai kembali pada persembunyiannya. Namun 6 orang pemuda dan beberapa petugas kepolisian nampak masih sibuk menggeledah kediaman Tuan Han.

Tak ada bukti memuaskan yang mereka dapat selain remahan roti dan sebuah botol obat dan jarum suntik.

"Ayolah dapatkan sesuatu yang lebih baik dari ini." Seorang pemilik marga Jeon itu nampak membolak balik tumpukan buku.

"Tak adakah CCTV disini?" Namjoon berjalan mendekati Detektif Ji yang berada di kamar mandi guna memeriksa lokasi mayat Tuan Han ditemukan.

"Tidak ada, kedua putra Tuan Han mengatakan jika CCTV dirumah baru saja rusak dan dikirim untuk perbaikan."

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang