Tetapi

2.1K 243 50
                                    

Hari semakin siang, mentari juga semakin tinggi seorang pemuda dengan mantel hangatnya baru saja turun dari taxi yang mengantarnya.

Pemuda itu mulai melangkah menuju bangunan dihadapannya. Tujuannya saat ini adalah kediaman keluarga Kim, baru saja tangannya akan menarik gagang pintu, namun hal itu harus diurungkan karena pintu sudah lebih dahulu terbuka.

"Kau sudah datang Yoongi-ah?" Pria paruh baya itu nampak terkejut akan kedatangan Yoongi.

"Wae appa? Apa ada masalah?" Yoongi mengikuti pandangan Tuan Kim yang menerawang jauh kebelakang Pemuda Min itu.

"Kau tak bertemu dengannya?" Yoongi dibuat bingung oleh arah pembicaraan Tuan Kim.

"Ah....maksudnya orang yang appa minta untuk mengantar barang dari Ji Hyung?"

"Ne, ka....kau bertemu dengannya bukan?"

"Eum.....aku bertemu dengannya, ia memberikan amplop ini padaku." Pemuda Min itu menunjukkan sebuak amplop coklat pada Tuan Kim.

"Kau tak mengenalnya?" Tuan Kim menatap Yoongi yang nampak kebingungan.

"Ah......ini pertama kalin aku bertemu dengannya. Kalau tak salah namanya Soobin?" Yoongi mengerutkan keningnya berusaha mengumpulkan memori tentang pertemuannya tadi.

Tuan Kim hanya dapat menunjukkan raut kecewanya, dimana Jimin? Mengapa ia tak menemui Yoongi?

***

"Jimin hyung" Pemuda dengan lesung pipinya tengah berjalan mendekati kursi taman, tempat sang kakak menunggunya.

"Kau sudah datang? Ku pikir akan lebih lama." Pemuda Park itu menggeser tubuhnya untuk memberi tempat pada Soobin.

"Ini coklat panas untukmu. Ah......namun tak lagi panas." Soobin menyodorkan cup coklat pada Jimin, Pemuda Park itu menerimanya dengan senyum simpul.

"Wae?" Ucapan tiba-tiba Soobin membuat Jimin menghentikan laju tangannya yang akan mengantarkan minuman pada mulutnya.

"Wae?" Pemuda Park yang tidak paham itu hanya mengulangi kalimat Soobin.

"Mengapa hyung tak mau menemuinya?" Kini Jimi tau apa yang dimaksud Soobin, helaan napas berat keluar dari mulut pemuda itu. Jimin tak lagi berniat meminum coklatnya, dan memilih untuk meletakkan cup coklat itu di atas kursi.

"Kau pikir aku bisa bertemu dengan mereka dalam kondisi seperti ini?" Manik hazel Jimin menatap tajam Pemuda yang berada di dekatnya.

"Hyung, kau sendiri yang mengatakan jika kalian adalah keluarga. Namun mengapa sekarang kau yang menjadi seperti ini." Soobin membalas tatapan Jimin yang mulai nampak sayu.

"Aku tau, tapi aku takut jika kelak aku hanya menjadi beban."

"Tak ada kata beban dalam keluarga."

"Hah.....jangan memberi ungkapan seperti itu Soobin-ah semuanya tak ada artinya untukku." Jimin menundukkan kepalanya seraya menarik sudut bibirnya.

"Apa lagi maksudmu hyung?"

"Aku sering mengatakan hal seperti itu untuk menguatkan sesuatu, seperti halnya 'tak ada kata maaf dan terimakasih dalam sebuah persahabatan' atau 'tak ada kata berpisah diantara kita' namun akhirnya aku sendiri yang melanggar semua itu." Pemuda Park itu bangkit dari duduknya dan mulai beranjak.

"Kau tau Soobin-ah, aku bahkan telah berhenti berharap pada tangan kananku." Jimin mulai jauh melangkah.

"Hyung, aku hanya ingin kau sekedar tau. Coklat itu adalah pesanan Yoongi hyung untukmu setiap ia datang ke cafe selama tiga tahun ini, dan apa kau tau coklat itu akan tetap utuh." Sesaat Jimin terkejut dengan ucapan Soobin, Pemuda Park itu menghentikan langkah dan mulai membalikkan badanya.

Soobin sudah tidak lagi duduk pada kursi taman, pemuda itu sudah beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Jimin bersama secup coklat yang belum sempat ia minum.

"Aku memang seorang pengecut Soobin-ah."

***

"Ok, Yoongi hyung baru saja mendapat bukti baru dari Ji hyung. Kami sudah membahasnya sedikit tadi, dan ternyata ada orang lain di bar itu yang bertemu dengan Tuan Jung dan Tuan Lee." Namjoon mulai membuka suara setelah beberapa kali ia memeriksa foto di tangannya.

"Jinja? Apakah ia termasuk kalangan atas?" Pertanyaan Seokjin mendapat anggukan dari Namjoon.

"Eum, dia Tuan Han Jae Wook pendiri beberapa panti sosial yang cukup terpandang." Namjoon meletakkan foto yang ia dapat diatas meja.

"Menurutmu apakah ia pelakunya?" Namjoon mengangkat bahunya atas pertanyaan Hoseok.

"Kita tak bisa menyimpulkan hanya melalui foto ini." Yoongi mendekatkan tubuhnya pada meja dan memilih untuk menopang dagunya.

"Aku akan menemui Ji hyung dan Tuan Han besok dan melihat bagaimana reaksinya." Namjoon kembali memasukkan foto itu kedalam amplop.

"Omong-omong dimana Taehyung?" Namjoon yang baru saja sadar ketidak hadiran si bungsu Kim mulai mencari keberadaannya.

"Tae-tae hyung sedang beristirahat dikamarnya, ia baru saja membuat celengan babi milik Hoseok hyung jatuh menimpa kakinya yang digips." Jungkook yang kini menjadi pusat perhatian tengah sibuk menyesap susu pisangnya.

"Jadi kalian berdua yang memecahkan pinky?" Hoseok yang sedari tadi tengah meratapi celengan babi yang telah ia rawat sejak tak berisi. Merasa terguncang setelah mengetahui faktanya.

"Ah.........aku tidak tau apapun." Jungkook menggeser posisi duduknya mendekati Seokjin.

"Yak!" Pekik Hoseok semakin geram

"Cooky, bukankah kau mengatakannya tadi?" Seokjin menyambar susu pisang dari tangan maknae tersebut, dan suksea membuat bibir maknae itu megerucut.

"Tae-tae hyung tak mengijinkanku mengatakannya pada Hoseok Hyung."

"Jadi katakan padaku, apa benar kalian berdua yang memecahkan celengan itu?" Yoongi menatap Jungkook yang sibuk merebut susu pisangnya dari tangan Seokjin.

"Sebenarnya itu tidak sengaja. Awalnya kami hanya bercanda dan membayangkan bagaimana reaksi Hoseok Hyung saat tau celenganya pecah. Namun tiba-tiba celengan itu jatuh dan menimpa kaki Tae-tae hyung."

"Yak.....kelinci tadi kau tak mau menjawab pertanyaanku, lalu apa sekarang?!"

"Tae-tae hyung meminta untuk tidak mengatakannya pada Hoseok Hyung dan itu tidak berlaku untuk yang lain!" Jungkook yang merasa dipojokkan mulai tak terima.

"Aku bisa mendengarnya buntalan bulu!" Hoseok masih tak mau kalah.

"Aku tak memintamu mendengarnya." Cukup, jawaban Jungkook membuat pemuda Jung itu kehabisan keaabaran. Ia memilih untuk beranjak dan kamar Taehyung lah tujuannya saat ini.

Ketiga pemuda yang lain hanya dapat tertawa melihat kelakuan ajaib saudara mereka. Lain halnya dengan Jungkook yang kembali sibuk dengan susu pisangnya.

"Aish.......hyung!!" Pekikan Taehyung menjadi hal yang semakin membuat tawa mereka meledak.



hyung!!" Pekikan Taehyung menjadi hal yang semakin membuat tawa mereka meledak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang