Target

602 96 10
                                    

"Tae, kau yakin akan ikut dengan kami?" Yoongi yang sebenarnya begitu jauh dari sifat perhatian, membuka suara ketika Taehyung datang ke markas dan mengambil belatinya.

"Mengapa tidak, aku ingin membalaskan semuanya dengan tanganku sendiri."  Tekat bulat Taehyung sungguh tak dapat lagi dirubah, amarah dan kecewa telah menelan pemuda itu dalam ketakpedulian. Bahkan jika ia harus mati, setidaknya ia tak akan memiliki penyesalan.

Member 007 hari ini berencana untuk menyergap beberapa komplotan yang diketahui berada di salah satu motel di pinggir kota, tempat para pembunuh itu bersembunyi sangat sulit dilacak. Entah itu karena gerak cepat yang mereka miliki atau taktik para petugas hukum yang terlalu lamban.

Motel yang sudah lama di tutup itu, menjadi tempat mereka menyebarkan obat-obatan terlarang dan juga senjata gelap yang mereka dapat dari pengiriman melalui laut perbatasan. Mungkin kali ini para member 007 memilih untuk bersabar, karena jika tidak bisa saja kesempatan besar untuk menangkap dalang dari semua ini akan gagal.

Jungkook dan Hoseok yang berjaga di sekitar motel hanya mendapat sedikit informasi dari warga sekitar, sebuah kedai ayam goreng di ujung persimpanganpun tak terlalu dapat memberi informasi.

Para warga hanya sesekali melihat orang keluar masuk di sekitar bangunan, tak ada yang tau pasti apa yang terjadi di dalam motel itu.

"Bukankah sebaiknya kita terus memantau hyung?" Jungkook merasa apa yang di perintahkan Namjoon sedikit kurang memuaskan. Bagaimana bisa mereka pergi tanpa melakukan apapun.

"Mereka bisa curiga jika kita tetap disini, aku sudah memsang kamera pengawas dan alat penyadap, jangan khawatir tentang hal itu." Namjoon benar-benar melakukan tugasnya dengan sangat rapi, bahkan Seokjin dibuat berdecak kagum dengan kemampuan adiknya itu.

"Akan lebih mudah jika Jimin ada di pihak kita." Gumaman Hoseok mendapat tatapan tak suka dari Taehyung.

"Mengapa demikian? itu sudah keputusannya untuk pergi, ini lebih baik daripada harus ada penghianat diantara kita." Taehyung beranjak setelah melempar kaleng sodanya, ia terlalu muak untuk memikirkan penghianat itu.

***

"Ambil ini!" Tatapan mata seorang pemuda terarah pada earphone yang tersodor kehadapannya.

"Untuk apa ini hyung?" Yeonjun si pemuda itu menerima earphone yang jimin sodorkan dengan kening berkerut. Jimin yang belum menjelaskan semuanya pada Yeonjun menarik senyum tipis.

"Aku ingin kau membantu member 007 dalam penyergapan dalam waktu dekat ini. Mereka akan menangkap para pengedar gelap di pelabuhan perbatasan, kuharap kau bisa melakukan ini."

Yeonjun masih tak mengerti, ia menatap Jimin yang masih tersenyum. Entah apa yang terjadi, tetapi Yeonjun merasa ada yang tidak beres.

"Jadi, hyung ingin aku menembak para komplotan pengedar gelap itu?"

"Ya, earphone ini terhubung dengan milikku, aku akan mengatakan apa yang harus kau lakukan nanti." Tak ada lagi tatapan ragu dari Yeonjun, pemuda itu memasukkan benda pemberian Jimin kedalam saku jaketnya.

Udara dingin malam ini, membat keduanya terhanyut dalam pikiran masing-masing. Aliran air Sungai Han nampak begitu tenang, namun siapa tau ketika kau masuk kedalamnya nyawamu akan menghilang dengan cepat.

Mungkin seperti itu juga hal yang bergejolak pada Jimin, ia ingin terlihat baik-baik saja walau rasa bersalah yang terus membunuhnya lambat laun.

Ingin rasanya Jimin lebih lama menikmati malam ini, namun Soobin terlebih dulu meghubunginya dan meminta sang kakak untuk segera pulang ke apartemen. Entah hal penting apa yang ingin  Soobin katakan, pemuda berlesung pipi itu hanya berkata Jimin akan tau setelah sampai.

Tak ingin membuang waktu, Jimin segera pergi bersama Yeonjun. Ada rasa khawatir pada diri Jimin, apakah Daniel datang ke apartemennya? Entahlah apapun itu, Jimin tetap memiliki pikiran negatif.

Nampak dari depan, tak ada masalah dengan apartemenya. Jimin segera membuka pntu dan masuk kedalam, disana Soobin dan Beomgyu tengah berusaha menahan tubuh seorang pemuda yang terus bergerak kehilangan arah.

"Tae?"

Jimin beranjak, dan mencoba membuat Taehyung duduk di sofa. Berbagai umpatan Jimin dengar dari mulut Taehyung untuk dirinya, Taehyung dalam kondisi mabuk dan sampai di apartemenya, entah bagaimana keadaan para saudaranya yang lain saat mengetahui jika Taehyung menghilang.

"Yeonjun siapkan mobil, aku akan mengantar Taehyung pulang." Sementara Soobin membantu Jimin memapah Taehyung menuju lantai dasar, Yeonjun terlebih dulu menyiapkan mobil di depan pintu keluar.

Jimin memutuskan untuk pergi sendiri, ia tak ingin jika akan menambah masalah saat Soobin ataupun Yeonjun ikut bersamanya.

Kediaman keluarga Kim nampak sepi, Jimin yang masih menahan tubuh Taehyung di depan pintu sembari menekan bel beberapa kali. Sampai seorang pria paruh baya yang ia kenali keluar dengan rau wajah lelah.

"Tuan Kim." Jimin mengalihkan pandangannya, seakan tak sanggup menatap sosok yang sudah seperti ayahnya itu.

"Jim, bisakah kau antar Taehyung ke kamarnya. Aku tak sanggup membawanya seorang diri."  Tanpa penolakan, Jimin mengiyakan hal itu. Setelah  memastikan kondisi Taehyung, Jimin kembali turun dan hendak berpamitan.

"Tunggu sebentar, yang lain tengah pergi mencari Taehyung. Bisakah kita bicara sebentar aku sudah mendengar masalahmu dengan yang lain." Jimin tak mengatakan apapun, ia tak lagi memiliki wajah yang dapat ditunjukkan. Ia terlalu pengecut untuk dapat menatap Tuan Kim.

"Aku tau kau tak akan melakukan hal itu bukan?" Bukannya menjawab, Jimin memilih untuk segera beranjak dari sana.

"Aku kemari hanya untuk mengantar Taehyung, aku pergi sekarang." Tanpa menunggu jawaban dari Tuan Kim, Jimin terlebih dulu pergi terlalu menyakitkan baginya untuk tetap disitu. Apakah ia sanggup mengatan pada Tuan Kim jika salah satu putranya akan mati di penyergapan itu.

***

Entah apa yang terjadi pagi ini di kediaman keluarga Kim, keributan terjadi begitu saja karena Taehyung yang merasa muak karena rekaman yang ia dengan dari Namjoon.

"Sudah kukatakan jika Jimin akan melakukan hal itu." Suara rekaman yang meraka dapat dari alat penyadap yang Yoongi letakkan di apartement Jimin, kini membuat mereka semua tau jika pemuda Park itu akan meninggalkan korea bersama Bogum di hari penyergapan.

"Bogum adalah dalang dari semuanya dan kini ia ingin melarikan diri." Tehyung menggenggam kuat hingga membuat urat tangannya menonjol.

Tak ada yang bisa menenangkan pemuda itu kali ini, bahkan Tuan Kim yang memilih untuk bungkam.

"Aku ingin segera menghabisi mereka semua, aku tak peduli walaupun Jimin harus menerima lemparan belatiku."

Hari yang benar-benar kacau, sampai Namjoon mendapat berita dari Chang wook jika penyergapan akan mereka lakukan dalam waktu dua hari kedepan. Semua member menyiapkan apapun yang mereka perlukan, bahkan Seokjin yang biasanya lebih diam memilih untuk selalu bersama Namjoon mengunjungi kantor NIS.

Sementara itu di sisi lain, Daniel tengah bertemu dengan rekan barunya. Entah mengapa kali ini membuatnya merasa begitu bahagia saat memikirkan bagaimana saat Jimin menghabisi salah seorang anggota 007.

"Yak, kau harus menyiapkan dirimu baik-baik. Aku ingin anggota 007 yang kau pilih nanti segera menemui ajalnya di hadapanku." Tak menanggapi itu, Jimin sibuk menyesap wine yang tinggal bersisa sedikit didalam gelasnya.

"Park Jimin, aku sangat menantikan hari itu."










Bersambung................

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang