"Aku yakin jika melihat orang itu! dia yang membunuh Tuan Nam dan mengurungku di tempat itu!" Taehyung menaikkan folume suaranya dengan terus memberontak untuk keluar dari ruang rawatnya, beberapa saat lalu ia berkelilig rumah sakit bersama Jungkook. Menurutnya ia telah melihat seseorang yang ia kenali.
Jimin dan Seokjin tak yakin benar akan hal itu, namun ketakutan nampak jelas dimata pemuda Park itu. Minhyun dan Chang wook duduk di samping brankar berusaha menenangkan Taehyung, dan bertanya secara perlahan guna memastikan kebenarannya.
Seokjin keluar dari ruang rawat dan berusaha menghubungi memeber lain yang tengah kembali kerumah bahkan Jungkook juga menghilang entah kemana saat ini.
Jimin berdiri tak jauh dari brankar dengan memperhatikan penjelasan Taehyung, bukan maksud Jimin untuk membela Bogum, namun terasa sulit untuknya mengatakan yang sebenarnya.
"Tae, mungkin saja itu halusinasimu." Ucapan Jimin membuat Taehyung terdiam dan menatap tajam saudaranya itu.
"Kau tak mempercayaiku Jimin-ah?"
"Yang dikatakan Jimin benar, bisa saja kau mengalami trauma atas kejadian itu. Istirahatlah dengan baik, aku akan meminta beberapa intel untuk berjaga di sekitar rumah sakit." Chang wook beranjak, menepuk sekilas bahu Taehyung dan segera meninggalkan ruangan.
Jimin turut beranjak dari sana, meinggalkan Taehyung bersama Minhyun yang tengah membenahi letak infus yang sudah mengalirkan darah dari punggung tangan Taehyung karena pemberontakan Taehyung beberapa saat lalu.
Sebuah pesan masuk kedalam ponsel Jimin yang membuatnya harus meninggalkan rumah sakit, taxi yang menjadi kendaraan Jimin berhenti di sebuah apartement di sudut kota. Tak semewah apartemen lain, dan lebih terkesan kumuh.
Pesan di ponselnya meminta pemuda itu untuk menuju lantai 6 dan ruangan nomor 342, sedikit ragu sampai akhirnya Jimin menekan bel di tepi pintu. Seseorang keluar dengan aroma asap rokok yang sungguh mengganggu.
"Masuklah." Pria itu mempesilahkan Jimin masuk, memperhatikan sekitar guna memastikan tak ada orang lain sebelum menutup pintu.
"Ada apa kau memintaku kemari?" Jimin duduk di salah satu sofa lusuh dengan barang yang memenuhi sekitar sofa itu.
Do hwan si pria itu menyisihkan sisa cup makanan dan meletakkan sebuah arloji di atas meja, Jimin meraih arloji itu dan menatapnya beberapa saat. Sebuah ukiran di pinggir arloji itu membuat keningnya mengernyit sesaat. Jimin pernah melihat arloji ini sebelumnya, jika tidak salah tiga tahun lalu sebelum tragedi yang menimpanya. Saat itu arloji ini berada di tangan Chang wook.
"Bukankan ini milik Detektif Ji?" Do hwan mengangguk sembari menyalakan rokok di tangannya.
"Chang wook punya satu begitu juga denganku, kami berteman sebelum aku bergabung dengan CIA." Jimin tak mengerti, mengapa ia harus mendengar hal itu.
"Jadi, untuk apa aku harus mengetahuinya?"
"Dalang dibalik semua ini, memiliki arloji yang sama. Orang itu berkeliaran di sekitar kalian, jadi berhati-hatilah." Penjelasan Do hwan terdengar sangat rumit, apakah maksudnya Jimin harus mencari orang itu? mengapa Do hwan tak mengatakannya secara langsung jika sudah mengetahuinya.
"Taehyung sudah melihat Park Bogum, mungkin sebentar lagi identitasnya akan terungkap. Aku tak tau harus melakukan apa lagi." Jimin meletakkan arloji itu sembari menghela napas berat, sepertinya tak ada akhir untuk masalah ini.
"Pikirkan tawaranku Jimin-ah, ikut denganku maka semuanya akan beres."
***
"Untuk apa kau kemari? apakah kau takut karena Taehyung sudah melihatmu?" Bogum berdiri di hadapan seorang pria dengan tatapan nyalang, ada keinginan di hatinya untuk menebas ataupun menembak pria itu saat ini.
"Berhenti melakukan semua ini, aku tak lagi mencampuri urusamu. Jadi biarkan aku pergi bersama Jimin."
"Tak semudah itu, kau harus berlutut bersama adikmu dihadapanku terlebih dulu." Pria itu menarik senyum kemenangan, lain halnya dengan Bogum yang menahan emosi yang bisa meledak kapan saja.
"Kang Daniel! Tutup mulutmu, jangan kau pikir aku akan membiarkan Jimin dalam kendalimu. Kau akan membusuk di neraka, aku bersumpah akan menghabisimu dengan tanganku sendiri!"
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan, semua orang akan lebih mempercayaiku terutama Jimin yang selama ini lebih dekat denganku. Kau hanya akan menggali kuburanmu sendiri Bogum-ah." Daniel, beranjak dari ruangan itu meninggalkan Bogum seorang diri, dengan segala pikiran yang menguasai kepalanya.
"Brengsek kau Daniel!" Berbagai barang disana menjadi pelampiasan pria itu, bahkan tubuhnya sendiri tak luput dari pelampiasan emosinya.
Daniel menyusun semuanya dengan baik, dengan bertanggung jawab atas hasil forensik dan membantu para member dalam perawatan. Semua itu ia lakukan demi tujuan kotornya untuk membalaskan dendam Tuan Jeon yang menjadi orang tua angkatnya.
Bogum benar-benar sangat ingin membunuh Daniel, namun ia tak dapat melakukan hal itu sebelum Jimin mempercayainya secara penuh. Ia tak ingin mengorbankan adiknya, walaupun Jimin bukan adik kandungnya tanggung jawab Bogum tak berkurang sama sekali.
"Aku akan segera mengakhiri ini, bagaimanapun caranya ini semua harus segera berakhir."
Bersambung............
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger
FanfictionPara pemuda dengan sejuta mimpi yang telah hancur bersama kobaran api. Berusaha mengumpulkan kembali kepingan mimpi itu dan berharap dapat kembali utuh. Walaupun mereka tau sesuatu yang hancur tak dapat lagi sempurna. Suspicous season 2 ( bagi yang...