Penyesalan

735 122 7
                                    

Pemuda dengan pakaian pasien, nampak menggeliat beberapa saat di atas brankar guna mencari posisi nyaman untuknya tidur. Selang infus memang sudah di lepas dan memudahkannya untuk bergerak, namun tetap saja brankar terlalu sempit baginya.

Sampai suara pintu terbuka mengalihkan pandangan si pemuda dari bantal yang tengah ia peluk.

"Apakah kalian dari NIS?" Pertanyaan yang memang seharusnya ia tanyakan, saat beberapa orang memasuki ruang rawatnya dengan pakaian rapi.

Taehyung pemuda berpakaian pasien itu bangkit dari posisi berbaringnya, ia menatap dua pria yang tak kunjung menjawab pertanyaannya itu. Keduanya terus saja berjalan mendekat dengan tatapan yang tak lepas darinya.

Rasa curiga bercampur dengan panik, ia hanya seorang diri dan begitu mengesalkan jika ia harus mengeluarkan tenaga untuk melayani dua pria asing itu.

"Sebaiknya kalian berhenti, jangan membuat keputusan yang akan kalian sesali." Taehyung mengacungkan jarinya, menatap nyalang dua pria yang kini mengeluarkan sebilah belati dari dalam saku jas masing-masing.

***

Di tempat lain, Jimin tengah berlari sekencangnya dari penyebrangan. Ia berulang kali berusaha mengubungi Taehyung, namun tak ada satupun panggilannya yang terjawab. Langkahnya tak sedikitpun memelan di sepanjang lorong, ia hanya ingin segera memastikan bila saudaranya itu dalam kondisi baik.

Ia sempat melihat beberapa orang berpakaian rapi meninggalkan lorong dengan langkah tergesa, tak ambil pusing akan hal itu Jimin segera menuju ruang rawat Taehyung yang nampak ramai di depan pintu ruangan.

"Permisi." Jimin berusaha membelah kerumunan dan memasuki ruang rawat, Minhyun ada di sana dan memberikan tatapan kurang bersahabat padanya.

"Hyung, apa yang terjadi?" Minhyun yang tadinya hanya menatap dalam diam menarik lengan Jimin untuk keluar dari ruang rawat.

Cukup jauh Minhyun membawa Jimin, hingga keduanya tiba di tangga darurat. Minhyun dengan tatapan tajam bebepa kali berdecih singkat.

"Mengapa kau tak mengatakan apapun?"

Jimin mengernyit, berusaha memahami ucapan Minhyun. Ia sedang tak ingin membahas apapun saat ini, Taehyung adalah prioritasnya dan ia hanya ingin memastikan jika Taehyung baik-baik saja.

"Aku ingin menemui Taehyung, kita bisa bicara nanti." Langkah Jimin di hentikan oleh Minhyun, sepertinya pria itu tak akan melepaskan Jimin sebelum mendapatkan jawaban yang ia mau.

"Kau akan dalam masalah jika menemui mereka sekarang." Jimin terdiam, pemuda itu mendongakkan kepalanya menatap langit-langit seraya menghela napas berat.

Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan dan kemungkinan yang membuat para member akan memperlakukannya demikian.

"Bisakah hyung mengatakan padaku apa yang terjadi?" Suara Jimin begitu lirih dan terkesan seperti memohon, ia sungguh ingin tau kondisi Taehyung dan para member.

"Taehyung diserang beberapa orang, beruntung saja Seokjin datang tepat waktu dan berhasil melumpuhkan mereka."

"Aku harus menemui Taehyung!" Minhyun tak dapat menghentikan langkah Jimin kali ini, tenaga Jimin terlalu kuat dan berhasil mendorong Minhyun menjauhi tubuhnya.

Langkah cepat Jimin membawa pemuda itu tiba di ruang rawat Taehyung, semua member menatapnya bahkan Taehyung yang tengah mendapat pengobatan dari Daniel.

Jimin baru saja melangkah maju, sampai sebuah pukulan membuatnya tersungkur. Seokjin disana menatap Jimin nyalang dengan tangan yang mengepal kuat, Jimin tak membalas ataupun menanyakan alasan amarah Seokjin, ia tau kecerobohannya karena meninggalkan Taehyung seorang diri.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang