Kesetiaan

1.6K 208 20
                                    

"Mereka tak mengatakan apapun, sungguh aku mengacungi jempol atas kesetiaan mereka." Detektif Ji berujar pada tujuh pemuda dihadapannya. Mereka saat ini berada di ruang rawat Yoongi.

Hari telah berganti, tetapi para pria terduga pelaku pembunuhan tak kunjung buka mulut.

Kondisi Beomgyu lebih stabil saat ini setelah melakukan serangakaian operasi. Semua orang juga bergantian menjaganya karena pemuda itu masih berada di ICU. Jimin baru saja kembali bersama Taehyung dan ikut ambil bagian dari pembicaraan.

"Oh...... Jim kau sudah menghubungi guru Beomgyu? Kapan ia dapat bertemu?" Detektif Ji menatap pemuda Park yang baru saja meraih kaleng soda.

"Dia masih mengurus beberapa hal di sekolah karena kasus Beomgyu, dan ia mengatakan akan datang besok pagi untuk meminta maaf." Jelas Jimin yang dibalas dengan anggukan oleh semua orang yang ada di sana.

"Sebenarnya orang seperti apa yang mereka incar? Setiap kasus mereka akan memilih orang dengan berbagai profesi, apakah mereka memilih secara acak?" Hoseok menyuarakan pemikirannya seraya menyuapkan strawberry kepada Yoongi.

"Kurasa ada pola di baliknya, melihat bagaimana mereka bekerja dan menyusun rencana." Yoongi berujar setelah menelan potongan strawberrynya.

"Ya.... setudaknya ada yang mereka lakukan dengan baik dengan tulisan tangan itu." Jungkook bangkit dari sofa dan keluar dari ruang rawat.

"Aku akan membeli beberapa kotak susu pisang, apakah hyung ada yang mau?" Ujar Jungkook kembali sebelum menghilang dibalik pintu.

Bahkan pemuda itu tak memberikan waktu menjawab bagi para saudaranya, kalau begitu apa gunanya ia bertanya?

"Dasar bola bulu menyebalkan." Umpat Taehyung seraya mengejar Bunny itu.

***

"Permisi!" Seorang pria paruh baya memasuki ruang rawat Beomgyu, baru saja pemuda itu dipindahkan karena kondisinya perlahan membaik.

Beomgyu baru saja tertidur setelah menyantap sarapannya. Didalam ruangan hanya ada Yeonjun dan Taehyung, karena yang lain sibuk dengan urusan mereka.

"Oh..... silahkan, apakah anda wali kelas Beomgyu?" Sapa Taehyung seraya tersenyum ramah.

"Ne, Beomgyu di tikam saat berada di rumahku. Detektif kemarin memintaku untuk kerumah sakit dan menjelaskannya di sini."

"Ah.... jadi begitu, semua sedang sarapan bagaimana jika anda menununggu di sini? Saya akan memberi tau yang lain." Pria paruh baya itu mendudukkan tubuhnya di samping Yeonjun, sementara Taehyung pergi keluar ruang rawat untuk memghubungi Namjoon.

Sekitar 10 menit berlalu Namjoon dan yang lain kembali, minus Hoseok dan Seokjin karena mereka harus menemani Yoongi.

"Tuan Nam?" Detektif Ji mendekat seraya menyapa dengan nada tannya, pria paruh baya itu tentu saja bangkit guna menyambut beberapa orang yang baru tiba.

"Ah.... ne, Nam Han Su imnida." Tuan Nam mengulurkan tangannya dan dibalas dengan hangat oleh Detektif Ji.

"Jadi bisa kita mulai?" Tanya Detektif Ji seraya menatap Tuan Nam.

"Apakah anda pernah memiliki masalah dengan orang lain dan adanya ancaman?"

"Anni." Tuan Nam menggeleng untuk pertanyaan pertama Detektif Ji.

"Mungkinkah anda meminta Beomgyu untul datang kerumah anda kemarin malam?"

"Sebenarnya kami tidak ada janji sebelumnya, tetapi Beomgyu sering datang kerumah saya untuk membahas beberapa soal ujian. Dia cukup berbakat di bidang Matematika." Semua orang mengangguk hal yang disampaikan Tuan Nam sama dengan yang Beomgyu jelaskan.

"Apakah kebetulan anda mengenal beberapa orang ini?" Namjoon menyodorkan 4 foto pria yang sebelumnya telah menjadi korban.

Tuan Nam nampak ragu sebelum ia menganggukkan kepala.

"Ne, aku mengenal mereka."

***

Suara benturan benda yang memang tak cukup keras namun membuat semua orang menolehkan kepala ke sumber suara.

"Sudah kuduga ini pasti masalah para konglomerat, pastinya salah satu dari mereka adalah otak semua ini."  Taehyung sebagai pelaku pelemparan kaleng berujar dengan percaya dirinya.

"Yak, pungut kaleng itu!" Jimin yang baru saja tiba menatap jengkel Taehyung, kaleng yang pemuda Kim itu lempar meleset dari tempat sampah dan menggelinding cukup jauh.

"Jim, kau tak ikut kami mengunjungi kantor NIS?" Namjoon baru saja selesai membereskan beberapa dokumen menatap kearah Jimin yang berjalan menuju pintu utama.

"Aku akan berusaha menyusul nanti, Beomgyu dan Yoongi hyung hanya ditemani oleh Yeonjun aku akan kesana. Ah..... dan Minhyun hyung memintaku untuk menemuinya hari ini."

"Aku ikut denganmu." Taehyung bangkit dari duduknya dan berlari kecil kearah Jimin.

"Baiklah kalau begitu, sebaiknya kalian menyusul setelah semua selesai." Jimin dan Taehyung tersenyum kecil sebelum mereka beranjak dari kediaman Keluarga Kim.

.
.

"Eum..... Jimin-ah." Pemuda Kim yang sedari tadi hanya diam dan memandangi saudaranya yang tengah sibuk dengan ponsel tak mampu lagi menahan diri.

"Wae?" Jimin menatap Taehyung yang duduk disebelahnya, mereka saat ini berada di dalam bus untuk pergo ke rumah sakit.

"Apakah kau pernah memikirkan ini?"

"Maksudmu?" Taehyung menghela napas sesaat dan memandang keluar jendela.

"Kurasa aku terlalu egois, seharusnya aku tak memaksamu menjadi sniper lagi."

"Hey..... itu tak masalah Tae, lagi pula kurasa tanganku masih dapat diajak kerja sama." Jimin menarik senyum dan menepuk pelan pundak saudaranya itu.

"Jika kau lelah kau bisa mengatakannya padaku." Ujar Taehyung seraya menatap manik hazel Jimin.

"Eum..... jika kau merasa takut kau bisa pergi, jangan mengatakannya padaku. Karena aku bahkan lebih penakut dari mu." Kikik Jimin dengan terus menatap Taehyung yang nampak kesal.

"Aku tak sedang bercanda Jimin-ah."

"Aku juga tidak Tae."

"Dasar anak ayam tak tau diri." Umpat Taehyung pada Jimin.

"Apa katamu? Yak...... bisa kau katakan padaku dari sisi mana aku terlihat seperti anak ayam?"

"Dari segala sisi, apakah kau tak pernah berkaca?"

"Diam atau kulempar kau menuju lubang hitam?!"

"Anak ayam sepertimu tak akan mampu."

"Yak...... Kim Taehyung!"

"Tampan." Sahut Taehyung melanjutkan teriakan Jimin.

Bersambung............

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang