"Permisi apakah anda ingin sekotak cookis?!"
Pintu kayu terbuka sedikit, seorang pria paruh baya nampak mengintip dari celah pintu.
"Tuan, anda ingin cookis?"
"Siapa kalian?"
"Penjual cookis." Kedua remaja itu menyodorkan sekeranjang kue ke arah Tuan Han.
Merasa tak ada yang aneh, Tuan Han mulai membuka lebar pintu kayu yang menjadi penghalang. Pria paruh baya itu menatap kedua remaja dengan keranjang kue mereka.
"Berapa harganya?"
"Sebenarnya ini cookis terakhir, jadi kami akan memberinya dengan harga yang tuan ingin."
"Hei, kalian berjualan bagaimana bisa seperti itu?"
"Lalu?" Kedua remaja itu menapat tuan han dengan penuh tanya.
"Kalian tetap harus tentukan harganya." Tuan Han tengah sibuk membuka dompetnya guna mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Bagaimana jika ku minta nyawamu sebagai bayarannya?"
***
"Hei cepat sekali kalian kembali." Seorang pemuda yang tengah menikmati tehnya menoleh kearah pintu yang terbuka.
Dua orang remaja tengah berdiri disana dengan membawa sekeranjang kue.
"Memangnya apa lagi yang harus kami lakukan hyung?"
"Anni tidak ada, mengapa kalian bawa kembali keranjang itu?"
"Oh, Tuan Gong memberi kita beberapa kue." Salah satu remaja itu baru saja akan mengambil almomd dari mangkuk digenggaman pemuda yang lebih tua.
"Kai cuci tanganmu lebih dulu." Sontak hal itu mendapatkan tatapan kecewa dari Kai. Remaja itu menghentakkan kakinya seraya berjalan ke arah dapur.
"Jimin hyung!" Jimin menolehkan kepalanya pada remaja lain yang tengah duduk dihadapannya dengan mulut terbuka.
Beberpa kali remaja itu menunjuk mulutnya. Jimin hanya tersenyum tipin sebelum ia beranjak.
"Cuci tanganmu dan makan ini bersama Kai. Hyung akan pergi sebentar, dan Beomgyu jaga Kai dengan baik jangan bertengkar apa lagi membuat apartement ini rubuh." Jimin menyambar mantelnya pada gantungan dekat pintu.
Pemuda itu melangkah menyusuri trotoar sebelum ia berhenti di sebuah cafe.
Lonceng bertenting kala pemuda itu membuka pintu kaca. Sapaan ramah ia dapatkan kala kakinya mulai menginjak lantai cafe dengan nuansa caramel.
"Tolong satu gelas coklat panas dan sekotak kue almod untuk dibawa pulang." Jimin beranjak kesalah satu meja setelah mengucapkan pesanan dan memberikan beberapa lembar uang.
Pemuda itu duduk di sebuah meja dekat jendela, pandangannya menerawang keluar memperhatikan lalu lalang jalan raya yang jauh dari kata lengang.
"Tuan ini pesanan anda." Seorang pramusaji datang dengan membawa pesanan Jimin.
"Ah terimakasih, bisakah aku minta selembar kertas?"
"Tentu saja." Jimin yang telah menerima kertas mulai mencoretkan beberapa kalimat dan meletakkan kertas itu dibawah mug coklatnya.
"Bisa aku minta tolong, tak lama lagi akan ada pemuda yang datang memesan kopi dan coklat panas ia akan duduk disini."
"Ah.....ia selalu datang kemari dan meminta hal yang sama."
"Begitukah? Tolong katakan padanya untuk menerima coklat ini."
"Tentu, apakah saya harua memberitahukan tentang anda?" Pramusaji itu menatap Jimin dengan tersenyum.
"Tidak perlu, aku sudah menuliskannya di kertas. Kalau begitu aku permisi." Jimin mengambil kotak kuenya dan berjalan keluar dari dalam kafe.
***
Hari beranjak siang, Namjoon dan Jungkook baru saja tiba setelah menemui Detektif Ji. Mereka kembali dengan tangan kosong, raut kecewa tentu saja tercetak jelas pada wajah kedua pemuda itu."Kalian sudah kembali?" Suara Seokjin menghentikan langkah kedua pemuda itu.
"Tuan Han benar-benar tak dapar diajak bicara." Namjoon menghempaskan tubuhnya pada sofa.
"Kurasa lebih baik bicara dengan Yeontan." Jungkook mengusap anjing coklat yang mendekat kearahnya.
"Kalau begitu bicara saja dengannya." Pemuda lain yang baru saja datang dengan membawa mangkuk berisikan sereal. Mangkuk itu ia letakkan begitu saja diatas meja dan mulai mengangkat anjing coklat yang menyelinap di sela kakinya.
"Tolong jaga Tanie, aku akan segera kembali." Kedua pemuda itu berlalu meninggalkan Jungkook dan Namjoon diruang tengah.
Jungkook turut menghempaskan tubuhnya di atas sofa dekat dengan namjoon yang telah memejamkan matanya.
Pemuda Jeon itu meraih mangkuk diatas meja dan mulai memakan sereal didalamnya. Sejenak Jungkook berhenti mengunyah dan menatap mangkuk itu sebelum ia kembali melanjutkan aksi mengunyahnya.
Anjing coklat itu naik keatas pangkuan Jungkook mulai menggonggong.
"Tanie, kita bicara nanti saja, aku lelah sekarang." Ujar Jungkook seraya menelan makanannya.Tak segera diam Yeontas semakin gencar mengeluarkan suaranya. Bahkan ia mulai naik kepundak Jungkook dan berusaha meraih wajah pemuda Jeon itu.
"Tanie hentikan!" Jungkook yang merasa risih menyuap beberapa sereal lagi sebelum ia meletakkan mangkuknya dan meraih Yeontan.
Taklama pemuda pemilik anjing itu kembali dan segera memanggil anjingnya.
"Tanie, kemarilah." Pemuda itu meraih mangkuk diatas meja dan memberikannya pada Yeontan.
Jungkook yang sudah lelah tak peduli lagi.
Merasa isi mangkuk itu berkurang banyak, pemuda itu menatap sang adik yang tengan memejamkan matanya.
"Cooky, apakah Tanie sudah memakan ini tadi?" Jungkook yang merasa di panggil membuka matanya."Ani, dia terus menggangguku tadi, bahkan ia tak mengijinkanku makan dengan tenang."
"Kau memakan ini?"
Sejenak kedua pemuda itu saling menatap, berusaha membaca situasi. Hanya hening diantara mereka selama beberapa detik sampai.
"Seokjin hyung.......!! Tae-tae hyung ingin membunuhku!!" Jungkook berlari menuju dapur dengan menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger
FanfictionPara pemuda dengan sejuta mimpi yang telah hancur bersama kobaran api. Berusaha mengumpulkan kembali kepingan mimpi itu dan berharap dapat kembali utuh. Walaupun mereka tau sesuatu yang hancur tak dapat lagi sempurna. Suspicous season 2 ( bagi yang...