Pagi hari tak akan lebih baik tanpa secangkir teh dan pancake yang baru saja matang. Udara yang dingin membuat rasa nikmat ketika menyesap teh dari cangkirnya.
"Aku sudah selesai." Pemuda dengan lesung pipinya bangkit dari kursinya dan mulai beranjak.
Pemuda yang lebih tua darinya hanya menggangguk sekilas dan kembali menyuapkan pancake dengan sirup maple ke dalam mulutnya.
"Udara di luar cukup dingin sebaiknya hyung menyalakan penghangat." Pemuda dengan lesung pipi itu menginggatkan seraya mengambil mantel dari gantungan di dekat pintu.
"Aku bukan anak kecil Soobin-ah." Pemuda itu nampak sebal dengan perilaku pemuda yang lebih muda darinya.
"Ne....Jimine, Soobin hyung berangkat kerja dulu. Jaga rumah dengan baik." Soobin berucap seraya terkikik.
"Yak!" Jimin memekik seraya melemparkan pisau buah yang ada didekatnya.
"Hyung, aish.....!" Soobin terkejut bukan main saat pisau itu menancap sempurna pada pintu yang akan ia buka. Pisau itu hanya berjarak beberapa cm dari kepalanya, bukan hal yang baik jika pisau itu sampai menancap di kepalanya.
"Wae, masih mau bicara?"
"Kau melakukannya dengan tangan ki.......argh......" pintu dengan tiba-terbuka dan berhasil membentur pada kepala bagian belakang Soobin.
"Jimin hyung! Apa yang terjadi, kau baik-baik saja?" Dua orang pemuda yang menjadi tersangka utama pembukaan pintu, berlari kecil menuju Jimin dan meninggalkan bawaan mereka begitu saja di depan pintu.
"Yak, kalian menyakitiku!" Soobin mengusap kepalanya yang terasa pening.
Seakan tak peduli dengan Soobin, dua pemuda dengan cemas menatap Jimin.
"Kai, Taehyun apa yang kalian lakukan disini dengan semua tas dan koper itu." Jimin menatap tas yang tergeletak di ambang pintu."Ah.....itu, bolehkah kami tinggal di sini hyung?" Kai menggigit bibir bawahnya, pemuda itu menunggu jawaban Jimin dengan penuh harap.
"Kumohon hyung." Taehyun menambahkan seraya menangkupkan kedua tangannya.
"Eum....itu....."
"Sebenarnya kami juga ingi meminta izin untuk tinggal disini." Dua lagi pemuda yang masuk kedalam apartement Jimin tanpa permisi.
"Yak....kalian pikir ini panti sosial eoh..?!" Tidak, bukan Jimin yang berbicara melainkan Soobin yang menarasakan ketidak adilan.
"Kami tak meminta pendapatmu." Salah satu pemuda yang baru saja masuk menghimpit tubuh Soobin dengan meletakkan lengannya pada leher Pemuda lesung pipi itu.
"Yeonjun, Beomgyu hentikan dan kemarilah." kedua pemuda itu mengikuti intruksi Jimin serta mulai bergabung dengan Kai dan Taehyun.
"Ayolah hyung kumohon."Kai terus saja menarik-narik lengan Jimin. Remaja berusia 13 tahun itu terus saja merengek.
"Aku janji akan memakan habis monster brokoli." Kai menambahkan.
"Ne, aku janji tidak akan membolos jam pelajaran terakhir untuk tidur diperpustakaan." Kali ini Taehyun ikut bersuara.
"Dan hyung, kami juga handal dalam bersih-bersih. Di Panti kami sering melakukannya." Kai menambahkan.
"Aku janji hyung, tidak akan lagi membuat onar." Yeonjun mulai angkat bicara.
"Aku akan..........apa yang harus kulakukan? Intinya aku akan bersikap baik. Aku juga sudah belajar bagaimana cara membenarkan kran, dan tentunya tidak menggunakan dongkrak." Beomgyu tersenyum dan mulai mendekati Jimin saat ia menyadari jika Yeonjun menatapnya sebal.
"Aku juga akan mencari kerja paruh waktu, kumohon hyung." Beomgyu menatap Jimin lama. Sungguh Pemuda Park itu hanya bisa tertegun dan menalar apa yang sedang terjadi.
"Hyung segeralah buat keputusan, dan suruh mereka keluar." Soobin yang sedari tadi hanya diam, mulai menyampaikan pendapatnya.
"Ok baiklah, kalian bisa tinggal disini. Tapi dengan satu syarat, kalian harus membantuku." Jimin bangkit dari kursinya seraya merapikan piringnya.
"Yeyyyyy/andwaeeeee!"
***
"Kau yakin ini rumahnya hyung?" Pemuda dengan masker yang menutup hidung dan mulutnya menatap pemuda yang tengah berdiri disampingnya.
"Ini alamat yang kudapat."
"Sepertinya rumah ini kosong. Apakah Tuan Han tidak dirumah?" Kedua pemuda itu nampak mengintip dari jendela. Rumah yang tak terlalu besar itu nampak tak berpenghuni.
"Jungkook-ah coba kau ketuk pintunya." Pemuda dengan lesung pipi itu menjauh dari pintu dan nampak mengotak-atik ponselnya.
Beberapa jepretan gambar, pemuda itu ambil dari sekitar rumah.
"Woah....." Jungkook yang baru saja akan mengetuk pintu, terlonjak kebelakang karena pintu yang tiba-tiba terbuka.
"Aku tak menerima tamu, pergi kalian!" Pria paruh baya yang nampak dari balik pintu membentak kedua pemuda itu dengan suara seraknya.
"Permisi tuan kedatangan kami..........."
"Kubilang pergi dari rumahku!" Ucapan Namjoon terpotong begitu saja.
"Maaf jika kami menggganggu." Jungkook menjauhkan tubuhnya dari depan pintu.
"Sekarang cepat pergi dari sini!" Pria itu kembali berucap seraya menutup pintu rumahnya, dengnan kesan seperti membanting pintu tersebut.
"Jungkook-ah, kita jauh-jauh kemari. Setidaknya kita bicara sesuatu." Namjoon baru saja akan melangkahkan kakinya lagi mendekati pintu, namun dengan sigap pemuda Jeon itu menahan lengan sang kakak.
"Ia membawa senjata, sebaiknya kita pergi."
"Senjata?"
"Aku mendengar ia memasukkan amunisi dari balik pintu. Aku bisa saja menahannya, namun........"
"Kita belum tau apa ita dalang dari semua ini." Namjoon melanjutkan ucapan Jungkook.
Kedua pemuda itu menatap rumah yang berdiri dihadapan mereka, sebelum memutuskan untun beranjak.
"Akh.....!" Namjoon menghentikan langkahnya kala tubuhnya menabrak dua remaja yang tiba-tiba muncul dari sebuah gang.
"Apa kalian baik-baik saja?" Jungkook segera mendekat dan berusaha membantu para remaja itu mengumpulkan barang mereka yang tercecer.
"Ne, kami baik gomawo hyung." Salah seorang remaja itu tersenyum manis kearah Jungkook.
"Ah....mianhae, aku tak melihat kalian tadi." Namjoon menggaruk tengguknya canggung.
"Kalau begitu kami pergi dulu." Jungkook tersenyum seraya melanjutkan langkahnya.
Baru berapa langkah Namjoon kembali menghentikan langkahnya, pemuda itu menatap dua remaja yang memasuki pekarangan rumah Tuan Han.
"Permisi, apakah anda ingin membeli beberapa cookies?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger
FanfictionPara pemuda dengan sejuta mimpi yang telah hancur bersama kobaran api. Berusaha mengumpulkan kembali kepingan mimpi itu dan berharap dapat kembali utuh. Walaupun mereka tau sesuatu yang hancur tak dapat lagi sempurna. Suspicous season 2 ( bagi yang...