Egois

953 130 13
                                    

Ruangan begitu sunyi, suara detikan jam terdengar begitu jelas. Tak ada yang ingin membuka suara diantara ke dua orang yang tengah berintraksi itu. Jimin mengayunkan kakinya seirama sementara Bogum sibuk dengan kasa di tangannya.

Mereka tak saling pandang sejak beberapa waktu lalu, ada rasa mengganjal yang hanya mereka tau sendiri. Jimin kian mempercepat ayunan kakinya hingga gerakan itu berhenti. Bogum meletakkan kasa yang ia pegang dan membantu Jimin mengancingkan kemejanya.

"Bogum-ssi." Suara pertama Jimin sejak ia datang ke ruangan dokter muda itu. Bogum hanya menatapnya ada rasa aneh saat Jimin memanggilnya.

Mungkin sedikit egois saat Bogum berharap Jimin akan memanggilnya dengan sebutan 'hyung'.

"Apakah ada masalah." Jas putih Bogum letakkan bigitu saja di atas kursinya, tak memikirkan mungkin nanti benda itu akan tertinggal atau kusut disana.

"Pergilah dari sini, pergi sejauh mungkin yang kau bisa." Nada suara yang begitu lirih, mungkin saja tak akan terdengar jika kondisi cukup ramai, Bogum tak membalas ia hanya menarik senyum dan mendudukkan tubuhnya di samping brankar.

"Aku tau ini salah, tapi...... aku ingin kau pergi dari sini. Lupakan semua ini dan lupakan diriku." Pandagan Jimin terfokus pada ujung jari tangannya, sangat sulit mengatakannya walaupun Jimin sudah memeikirkan semuanya ribuan kali.

"Aku tak akan pergi tanpamu." Sentuhan lembut Jimin terima di bahunya, tangan Bogum beranjak memijit pelan telapak tangan kanan Jimin.

"Kau membuat banyak masalah, aku tau kau berusaha memperbaikinya dengan menyelamatkan Taehyung. Tapi Taehyung akan mengenalimu, karena kau telah membunuh Tuan Nam." Tangan Bogum melepaskan tangan sang adik, seakan ia sadar dengan apa yang ia perbuat dengan tangannya yang begitu kotor itu.

"Asal kau menjauhi para member 007 dan aku saat aku yakin kau akan baik-baik saja, pada saat itu aku akan pergi."

"Behenti bersikap seakan kau peduli padaku! Aku akan baik-baik saja saat bersama para member!" Jimin turun dari brankar, berniat pergi dari ruangan itu.

"Aku membencimu." Ucapan terakhir yang Jimin utarakan sebelum pergi keluar.

***

"Bogum-ah...." Suasana malam tenang Bogum terusik dengan ke datangan seseorang dengan kantung plastik di tangannya.

Pria itu datang dengan wajah ceria seraya meletakan kantung plastik yang ia bawa di samping Bogum.

"Kau ingin mati? Tapi sayangnya ini bukan waktu yang tepat." Pria yang tak lain adalah Do Hwan mengeluarkan pemantik dari dalam saku jaketnya, menyalakan rokok dan menjepinya diantara dua jari.

Bogum tak menanggapi omong kosong pria disampingnya itu, tatapanya tertuju pada lalu lalang kendaraan di bawah kakinya.

"Sepertnya kau sangat peduli pada orang yang bahkan tak peduli padamu." Do Hwan membenahi letak duduknya dan meraih kaleng soda di dalam kantung plastik yang terbuka.

Dengan rakus ia menuguk soda itu dan menawarkan sisa sodanya pada Bogum.

"Mengapa kau memberi sisa sodamu padaku?" Bogum menepis tangan pri itu dan beralih mengambil kaleng soda yang masih penuh.

"Karena kau terlalu serakah, aku hanya ingin memberikan ini padamu. Tapi kau mengambil soda yang lebih banyak tanpa ada tawaran dariku." Kalimat itu sekan sangat menyindir Bogum, tak lagi berminat dengan soda yang sudah ia buka, Bogum meletakkannya begitu saja.

"Wae? Kau tak meminumnya?"

"Kau merusak moodku." Bogum baru saja akan beranjak sampai suara Do Hwa menghentikannya.

"Anggap saja dua kaleng soda ini adalah Jimin." Netra Do Hwan menatap kaleng soda yang yang Bogum letakkan begitu saja.

"Ada dua hal yang sangat berarti bagi Jimin saat ini, yang pertama adalah para member 007 dan yang kedua adalah pekerjaannya serta reputasinya sebagai sniper." Bogum membalikkan badanya, mendengarkan dengan saksama apa yang akan Do Hwan katakan selanjutnya.

"Tapi sekarang Jimin berusaha mengambil sedikit bagian dari hal yang ia miliki untuk diberikan padamu, tetapi rupanya kau terlalu serakah. Kau ingin semuanya dari Jimin, kau tak ingin Jimin bersama para member dan hanya akan bersamamu."

"Apa maksudmu sebenarnya?" Bogum mulai terpancing emosinya, berjalan kembali mendekati Do Hwan yang kini meletakkan kaleng sodanya yang bersisa setengah.

"Kau meninggalkan sodamu, dan menurutmu siapa yang ingin meminumnya. Hal itu juga berlaku untuk Jimin, ia akan kehilangan segalanya, entah itu perkerjaan ataupun para member dan tentunya kebahagiaan." Do Hwan bangkit dari duduknya, menepuk belakang celananya untuk menghilangkan debu halus disana.

Menatap Bogum yang kini tertunduk dalam, sebelum beranjak dari tempat itu meninggalkan Bogum dengan segala penyesalannya.

***

"Buka mulutmu Tae, ini yang terakhir." Jimin yang bertugas menjaga Taehyung malam ini, para member pergi ke kantor NIS, dan sejak 20 menit lalu ia tengah berjuang memberikan obat kepada Taehyung yang sangat keras kepala.

"Sudah, kau puas?" Taehyung menegak airnya hingga tandas, Jiminpun tersenyum sembari mengemasi bekas tabung obat yang tergeletak di atas meja.

"Kudengar, kau pergi keluar hari ini untuk mengurus pasport." Jimin menarik kursi dan menghela napas sejenak sebelum meng iyakan ucapan Taehyung.

"Mengapa tiba-tiba? Kau akan pergi kemana?"

"Eum... mungkin aku akan pergi ke Jerman untuk beberapa tahun." Jimin menyisihkan selang infus yang melilit jari kelingking Taehyung, pemuda itu takut hal itu akan melukai saudaranya.

"Saat itu kau juga mengatakan padaku akan pergi, tetapi kau benar-benar membuatku hampir gila." Protes Taehyung tak setuju dengan rencana Jimin.

"Aku akan melakukan beberapa terapi disana, itu juga atas usul Minhyun hyung. Aku akan sering pulang menemuimu jangan terlalu khawatir." Taehyung terdiam sejenak, merasa masih sangat berat untuk membiarkan Jimin pergi begitu saja.

"Ijinkan aku menjadi egois kali ini." Ujar Taehyung sebelum menarik selimut untuk menutup tubuhnya.













Bersambung.........

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang