Mulai Nampak

1K 156 15
                                    

"Hilangnya Taehyung dan kasus pembunuhan berantai ini ada hubungannya, jadi kami harus ambil bagian dalam pemecahannya." Namjoon terus mendesak Detektif Ji untuk mengikutkan member 007 dalam tim mereka.

Yoongi adalah satu-satunya orang yang hanya diam saja sedari tadi, pemuda itu sibuk dengan lipatan kertas di tangannya yang mulai membentuk burung kertas.

"Yoongi-ah." Detektif Ji yang secara tiba-tiba memanggilnya membuat Yoongi mendongakkan kepalanya.

"Wae?"

"Apa kau ingin bergabung dengan tim intel, kau hanya diam saja sedari tadi." Bukannya segera menjawab Yoongi kembali sibuk dengan burung kertasnya.

"Aku tak memiliki pendapat pribadi, terserah pada kalian saja." Namjoon menatap sejanak Yoongi dan kemudia kembali menatap Detektif Ji.

"Ji Hyung, apa kau mau membantu kami?"

***

"Makan lagi hyung, kau baru memakan dua suapan." Kai yang tengah duduk di samping brankar Jimin terus menyodorkan sendok berisi sup ke arah pemuda yang lebih tua darinya itu.

Jimin terus saja menolak, mulai dari menggoyangkan kepalanya hingga meniup-niup sendok di depan mulutnya.

Kai yang tadinya sabar mulai emosi sendiri, remaja itu bangkit dan berpindah duduk pada sofa di samping Beomgyu yang tengah mengerjakan tugas sekolahnya, karena ia dirawat tugas sekolahnya telah menumpuk sampai berdebu-debu.

"Apa yang kau lakukan?" Beomgyu menolehkan kepalanya menatap Kai yang tengah memakan sup yang seharusnya ia berikan pada Jimin untuk makan malam.

"Makan, apakah aku terlihat seperti sedang berenang?" Beomgyu mendenguskasar dan memberi pukulan pada kepala bocah itu.

"Mengapa kau yang makan, seharusnya kau berikan sup itu pada Jimin hyung."

"Jimin hyung tak mau makan, jadi kumakan saja."

Beomgyu beralih menatap Jimin yang tengah berbaring di atas brankar, pemuda Park itu memejamkankan matanya dengan mulut yang entah menggumamkan apa.

Baru saja Beomgyu mengalihkan pandangannya kepada tumpukan bukunya, terdengar suara pintu menutup dan Jimin sudah tak ada di tempatnya. Jarum infus menggantung begitu saja kelantai dengan bercak darah.

"Aish..... kemana Jimin hyung? Yak.. berhenti makan dan kita cari Jimin hyung." Beomgyu menarik mangkuk dari tangan Kai sebelum ia beranjak meninggalkan ruang rawat.

Ini sudah malam, dan kondisi Jimin yang belum baik tak memungkinkan pemuda itu akan pergi jauh.

Sementara itu Jimin tengah menyusuri lorong rumah sakit, entah apa yang pemuda itu cari hingga membuatnya harus pergi dengan menyelinap.

"Bogum-ssi!" Jimin meneriakkan sebuah nama, ketika langkahnya terhenti di ujung lorong.

Suara Jimin yang dapat dibilang cukup kencang, terutama di lorong yang sepi. Bogum merasa familiar dengan suara itu segera menghentikan langkahnya.

"Jimin, apa yang kau....."

'Bugh!'

Bogum yang tengah bicara tak siap dengan pukulan yang diberikan Jimin secara tiba-tiba dan membuat dokter muda itu tersungkur ke lantai.

Dapat dikatakan tidak hanya Bogum yang merasakan sakit tetapi begitu juga dengan tanggan Jimin yang mulai gemetar.

"Berhenti menipu ku, aku tak tau apa yang kau katakan siang tadi. Tapi jangan pernah melibatkan keluargaku dalam masalahmu, kita tak pernah bertemu jadi jangan bertindak seolah kau mengenalku." Pukulan Jimin ternyata menyisakan luka di sudut bibir Bogum. Tak ada niatan membalas, Bogum mulai bangkit sembari menyeka sudut bibirnya.

"Tapi aku mengenalmu, aku mengenal Tuan dan Nyonya Park. Aku sangat mengenal keluargamu." Jimin berdecih, membuang wajah dari pria dihadapannya.

"Jadi apa yang kau inginkan? Mengancam ku? atau membunuhku?"

"Jimin aku tidak....."

"Jangan kau pikir aku tak tau jika kau adalah bawahan Tuan Jeon. Bukankah kau snaper yang berusaha menembakku saat penyergapan rumah Tuan Jeon? lalu mengapa sekarang kau seakan peduli padaku?"

Tak ada kata yang dapat mewakilkan pikiran Bogum, ia tak dapat mengatakan segalanya pada Jimin. Tetapi, itu mungkin akan lebih sulit lagi.

"Aku bukanlah bawahan Tuan Jeon lagi."

"Dan kau pikir aku percaya?"

"Jimin hyung! astaga kami mencarimu sedari tadi." Beomgyu yang baru saja datang memecahkan keteganggan yang terjadi sebelumnya.

"Beomgyu-ah, mengapa kau biarkan Jimin pergi seorang diri, untung saja ia bertemu denganku disini." Bogum menarik senyum sembari menepuk pelan bahu Jimin. Kali ini Jimin hanya diam, ia tak mau mencari masalah terutama di hadapan Beomgyu.

"Aku akan lebih perhatian lagi, terutama pada Jimin hyung. Kalau begitu aku akan membawa Jimin hyung kembali ke ruang rawat, permisi Uisa-nim."

Tanpa mereka sadari anggota 007 yang lain sudah berada di ruang rawat Jimin dan tengah mengintrogasi Kai. Remaja itu hanya menunduk ketika rentetan perntanyaan keluar dari ke 5 pemuda, yang di pandangan Kai seakan siap menelannya jika jawaban yang ia berikan tak memuaskan.

"Jadi Jimin menghilang begitu saja dari ruang rawat? bagaimana bisa kalian tak menyadari saat Jimin pergi." Seokjin masih saja menatap kesal remja dihadapannya.

Namjoon sebenarnya merasa kasian pada Kai, tetapi ia juga masih sayang nyawa. Jangan sampai emosi Seokjin terlimpahkan padanya.

Baru saja Yoongi akan menimpali ucapan Seokjin, pintu rawat yang terbuka membuat semua orang mengalihkan pandangan mereka.

"Jimin." Namjoon mendekati pemuda itu dan membantu Beomgyu memapah tubuh Jimin menuju brankar.

"Aku akan memanggil perawat." Hoseok menekan tombol di atas brankar guna memanggil dokter dan perawat yang bertugas.

Semua orang menatap Jimin serius, mereka meminta penjelasan pada pemuda itu. Mengapa ia harus meninggalkan ruang rawat dengan cara tak manusiawi seperti ini.

"Aku hanya keluar sebentar karena merasa gerah." Jawaban yang tak masuk akal, dalam kondisi seperti ini Jimin beralasan pergi keluar karena merasa gerah. Sungguh pemuda aneh.

"Baiklah, istirahatlah sekarang. Besok kami akan mulai mencari Taehyung, Yeonjun dan Taehyun yang akan menemanimu." Yoongi berujar seraya membenahkan posisi selimut yang menutup sebagian tubuh Jimin.

"Hyung, bolehkan aku ikut mencari Tae. Aku merasa semakin khawatir."

"Tak hanya dirimu yang cemas, kami juga cemas. Jadi jangan menambah kecemasan kami dengan menghilang tiba-tiba."

Hoseok mungusap pelan kepala sang adik sebelum meniggalkan ruangan. Para member 007 kembali kerumah selain Jungkook, ia bersikeras ingin menemani Jimin.

"Hyung, aku takut jika ada dari kita yang harus pergi."

"Tidak akan ada yang pergi Jungkook-ah, kau percaya padaku bukan?"









Bersambung..........

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang