"Dia keguguran," ujar Tuan Huang sesaat sebelum Jaemin memasuki ruang inap Renjun.
Tentu saja. Batin Jaemin. Entahlah, dia tidak begitu terkejut.
Operasi kemarin saja berlangsung sangat lama, jadi pasti sangat parah.
Jaemin menengok ke dalam dimana terdapat Jeno yang tertunduk sedih sambil menggenggam tangan Renjun yang menangis histeris. Mama Huang yang ada di sisi satunya ikut menangis bersama anaknya.
"Tolong hibur mereka. Aku.. aku.." ucapan Tuan Huang terputus akibat air matanya yang merangsak keluar.
Jaemin tidak tega. Tuan Huang, orang yang begitu tegar, sabar, penyayang, sekarang berada diambang batasnya. Jaemin ragu-ragu merangkul Tuan Huang. Dia masih terlalu sungkan bersikap terlampau dekat seperti yang dilakukannya pada Mama Huang. Tapi saat ini, ia benar-benar tidak tega. Tuan Huang yang seharusnya jadi penopang keluarganya sedang tidak baik-baik saja.
"Anggap Jaemin seperti anak Tuan untuk kali ini. Tuan bisa bersandar dan mencurahkan semua kesedihan Tuan Huang padaku."
Dan tidak lama Jaemin merasakan jas nya basah. Yah, setidaknya ia harus memberikan kekuatan pada pilar keluarga Huang sebelum menemui orang yang paling terpukul atas semua ini.
-0-
Baik Jeno maupun Mama Huang meninggalkan Jaemin sendiri bersama Renjun. Entah kenapa mereka semua menganggap dirinya bisa menenangkan Renjun.
Demi Tuhan, Jaemin ini memang perempuan tapi ia jarang menggunakan perasaan dalam segala hal. Ia saja kesusahan mengekspresikan emosinya dengan benar kecuali ketika ia marah.
Bagaimana ia bisa menenangkan seorang calon ibu yang baru kehilangan calon bayinya?!
Untuk beberapa saat, Jaemin hanya memandangi Renjun yang sedang berbaring menyamping sambil terus menangis.
"Renjun-ah.." panggil Jaemin. "Bisa lihat aku sebentar?"
Renjun perlahan berbaring terlentang dan menjatuhkan tatapan mata penuh air mata itu pada Jaemin.
"Aku memang tidak berhak berbicara seperti ini walau aku sudah pernah mengalami kehilangan yang besar. Hanya ingin memberitahu, sesedih apapun dirimu, hidup harus terus berlanjut. Kau baru bangun dari kondisi antara hidup dan mati. Jangan menangis terlalu keras. Nanti jahitan-jahitanmu terbuka lagi. Aku takut kau mati."
Melihat airmata Renjun yang malah berlomba-lomba untuk keluar, Jaemin menggaruk kepalanya bingung.
"Aku tidak paham kenapa mereka bodoh sekali memberitahu dia tentang anaknya disaat dia baru membuka mata," gumam Jaemin yang masih bisa didengar Renjun.
"Bukan.. hiks.. mereka yang.. hiks.. memberi tahu.. Aku hiks.. tau.. saat memegang perutku.. hiks.. itu ada bekas jahitan..! Huaa Jaemin!!"
Renjun kini malah menangis makin kencang sambil meronta-ronta. Bahunya naik turun, dan dadanya kembang kempis berusaha memasok udara disela ingusnya.
Jaemin mendengus dan segera menghampiri Renjun. "Kubilang jangan menangis malah makin kencang!" Jaemin memeluk Renjun. "Jangan menangis kencang-kencang Huang! Nanti jahitannya terbuka lagi. Lalu kau mati. Aku tidak punya siapa-siapa lagi disini!"
Tangisan Renjun berangsur-angsur berkurang dan jadi hanya sesenggukan kecil. Huft, Jaemin tau, caranya menenangkan orang yang sedang bersedih memang aneh, tapi entah kenapa sangat efektif. Setidaknya untuk Renjun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Both / Norenmin ☑
FanfictionKatanya jika kamu mencintai dua orang disaat bersamaan, maka pilih yang kedua. Tapi bagaimana jika kau mencintai keduanya hingga rasanya bisa mati bila melepas salah satunya. ⚠️ GS Pair : Norenmin (Noren, Nomin, & Jaemren) 🔞 [Marriage life] Cover m...