Part 7

2.4K 273 29
                                    

Karena memang sedang musim panas, Jaemin selalu menggunakan pakaian agak terbuka ketika di Jepang. Lagipula jiwanya sebagai perempuan yang gemar belanja sedang diuji ketika disini. Terlalu banyak pakaian lucu yang sesuai seleranya sehingga ia tanpa sadar selalu membawa setidaknya satu potong pakaian baru setiap pulang dari kantor. Kalau pakaian yang sudah dibelinya itu tidak dipakai seperti sekarang harus dikemanakan?

Renjun membujuk Jeno agar tinggal sedikit lebih lama di Tokyo. Ia sangat merindukan sahabatnya, dan ingin menghabiskan waktunya dengan Jaemin.

Alhasil satu hari ini Jeno harus bekerja dari jarak jauh, dan Mark menghandle pekerjaan Jaemin. Sekretarisnya tadi agak mengomel ketika mengetahui hal ini. Tapi saat tau itu ide adik iparnya, Mark langsung berhenti protes.

Jaemin dan Renjun menghabiskan waktu seharian untuk girls time. Dari membeli pakaian bersama, makeup, menonton film, mencoba street food, hingga sekarang mereka berdiam diri di salah satu cafe.

Renjun baru benar-benar memperhatikan penampilan fisik sahabatnya sekarang. Ia baru sadar bahwa sahabatnya ini memang memiliki paras diatas rata-rata. Tubuh tinggi semapai, memiliki lekuk tubuh, rambut panjang, kulit putih, mata besar, hidung kecil lancip, bibir kecil yang merah merekah. Benar-benar tipikal wajah seperti Bae Suzy dan Im Yoona yang digadang sebagai visual terbaik korea.

"Injunnie kenapa melihatku seperti itu sejak tadi? Ada yang salah dengan pakaianku? Makeupku?" Jaemin sedikitnya agak khawatir karena dia ini bukan orang yang suka mematut penampilannya setiap saat. Ia hanya melihat sekali penampilannya saat sebelum keluar rumah, setelah itu ia tidak peduli lagi. Ia takut ada sesuatu yang aneh padanya sekarang.

Renjun menggeleng sambil tersenyum kecil. "Nana cantik."

Jaemin mendesah lega. "Itu sih sejak dulu."

Renjun tertawa. Inilah yang ia sukai dari sahabatnya, yang membuatnya jatuh hati, dan terkadang juga iri. Jaemin sangat penuh rasa percaya diri, bisa berpijak pada kakinya sendiri. Ia tidak membutuhkan bantuan siapapun untuk tetap berdiri kokoh dan tegak.

Sangat berbeda dengan dirinya, yang banyak menyusahkan orang lain sejak dulu. Ia tidak bisa ditinggal sendiri di dunia ini. Dan sangat tidak bisa menghadapi kehilangan sedikitpun.

Lihatlah sahabatnya. Entah berapa kali Jaemin menghadapi rasa kehilangan dan ditinggal sendiri di dunia. Tapi Jaemin tetap Jaemin yang ia ketahui sejak sepuluh tahun lalu. Sejak dua puluh tahun yang lalu. Atau sejak mereka tumbuh bersama bahkan. 

Jaemin tetap seperti ini. Tidak terkalahkan. Tidak peduli berapa kali dunia berusaha menumbangkannya.

"Njun.. Renjun?" Renjun tersadar dari lamunannya ketika Jaemin mengibaskan tangannya di depan wajahnya.

"Eh iya?"

"Kau sedang memikirkan apa sih? Bukan sesuatu yang buruk kan?"

Renjun menggeleng masih dengan senyum di wajahnya. "Hanya sedang mengingat persahabatan kita. Kita sudah tumbuh bersama sejak kita baru lahir di dunia. Kurasa itu hebat sekali aku bisa terus bersama Nana selama ini. Aku tidak tau akan bagaimana jika tidak memiliki Nana di hidupku."

Jaemin membalas senyum Renjun dengan tidak kalah manisnya. "Huang Renjun adalah hal terbaik yang kupunya." Jaemin menggenggam tangan Renjun. "Setelah eomma tentunya!" imbuh Jaemin.

Renjun tertawa. "Tentu saja!"

Ia memandang tautan tangannya dan Jaemin dengan perasaan tidak menentu. Raut wajahnya sedikit berubah menjadi agak sendu.

"Na, aku punya pertanyaan."

"Hm? Pertanyaan? Tanyakan saja. Ada apa?"

Renjun memainkan tangan Jaemin di genggamannya. "Menurutmu, Jeno itu orang yang seperti apa?"

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang