Part 17

2.8K 249 43
                                        

Jeno meremat rambutnya kasar. Ia melampiaskan kekesalannya dengan memukul stir mobilnya beberapa kali.

Rasa sakit yang terasa nyata itu menamparnya pada kenyataan bahwa apa yang baru saja terjadi bukan sekedar mimpi atau khayalannya belaka.

Tidak cukup sampai disitu, bayangan wajahnya sendiri pada kaca mobil, memantulkan betapa kacaunya penampilannya saat ini. Dengan rambut berantakan, hidung dengan bekas darah kering, dan lebam keunguan di rahang kanannya.

Setelah menanam benihnya sembarangan karena ia sama sekali tidak menggunakan pengaman, Jaemin langsung memutus penyatuan mereka dan mendorong Jeno menjauh.

Jaemin antara meraung juga menangis saat memukul Jeno membabi buta. Sentuhan terakhirnya adalah pukulan telak di wajah yang menyasar hidungnya, juga rahangnya, sebelum menendangnya dengan tidak tau perasaan.

Untungnya Jaemin cukup waras membiarkan Jeno mengenakan pakaiannya asal-asalan, dibanding membabi buta menyeret pria itu keluar tanpa busana.

Jika sudah begini, apa Jeno masih punya muka untuk pulang ke rumah?


-0-


"Ini hari Minggu, berani-beraninya kau menarikku dari gravitasi kasurku Mark Lee?!"

Telinga Mark rasanya berdengung karena teriakan sahabatnya yang benar-benar berkekuatan lebih. Ia menggosok telinganya beberapa kali.

"Daripada berakhir kau marah-marah tidak jelas dan acaramu mendiamiku berlangsung makin lama, lebih baik kuseret saja untuk ikut sekalian. Agar kau tidak merasa kutinggal bersenang-senang. Agar kau tau aku ini benar-benar bekerja. Aku hanya bawahan yang tidak bisa menolak perintah atasan."

Haechan mencebikkan bibirnya.

"Tapi kau kan baru sampai kemarin. Masa hari ini sudah bekerja lagi. Mana ini hari Minggu Mark! Bos mu tidak pengertian sekali sih?!"

Mark hanya menggaruk kepala. Ia juga bingung sebenarnya. Jaemin sudah mewanti-wantinya untuk tidak merecokinya dengan urusan pekerjaan untuk tiga hari kedepan. Tapi baru juga berpisah semalam, Jaemin sudah menghubunginya pagi pagi buta.

Yang lebih anehnya adalah, isi pesan Jaemin. Minhyung, aku butuh kau. Tolong datang. 

Isi pesan singkat dan tidak jelas itu lah yang membuat Mark bangkit dari tempat tidurnya walau rasa jet lag masih menggelandotinya. Ia khawatir. Jelas. Jaemin juga tidak bisa dihubungi setelah mengirim pesan itu makin membuat Mark was-was.

Dan daripada sahabatnya yang sudah merajuk karena ditinggal berabad-abad - kata haechan - itu makin merajuk, Mark memilih menyeret Haechan ikut serta.

"Sumpah jika nanti ternyata tidak ada urusan yang begitu penting sampai dia menghubungimu pagi-pagi, jangan menghalangiku untuk mengacak-acak wajahnya yang mirip bintang bokep itu!"

Mark meringis membayangkan Haechan benar-benar melaksanakan niatnya itu.

"Jangan begitu, nanti aku kehilangan pekerjaanku.." cicit Mark.

Haechan makin menekuk mukanya. "Itu Mark! itu masalahnya! Kau ini putra sulung keluarga Lee! Bisa-bisanya kau ini bekerja pada orang lain. Menjadi bawahan orang lain. Takut dipecat orang lain. Hah! Kau itu seharusnya yang jadi atasan dan memecat karyawan, bukan jadi karyawan yang takut dipecat atasan!"

"Sudah kubilang aku bukan-

"Tidak tidak! Tidak menggunakan alasan itu lagi! Mereka sudah menganggapmu seperti anggota keluarga Lee yang sebenarnya. Tuan Lee bahkan selalu menawarimu untuk memimpin salah satu perusahaannya tapi selalu kau tolak. Berhenti bersikap rendah diri Mark.."

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang