Part 23

2.4K 229 13
                                    

Hari berganti menjadi minggu, dan minggu berganti menjadi bulan.

Tidak terasa kehamilan Jaemin sudah memasuki bulan ke enam. Jaemin masih sesekali mual di pagi hari juga masih lemas seperti tidak memiliki tenaga. 

Keinginan mengidamnya juga tidak macam-macam. Ia hanya ingin memakan masakan Renjun. Itu saja.

Tapi jika tidak dituruti, semua makanan tidak ada yang bisa masuk ke mulutnya dan ia tidak akan bisa tidur nyenyak sebelum keinginananya terpenuhi.

Itu mengapa Renjun hampir setiap hari pergi ke apartemen Jaemin, dan tidak bisa pergi kemanapun selama masa kehamilan Jaemin.

Renjun senang-senang saja sebenarnya. Hubungannya dan Jaemin mulai dekat seperti dulu. Hampir tidak terasa tembok pembatas yang dibangun oleh Jaemin itu. Mereka bahkan akan pergi berbelanja bersama bila Haechan berhalangan ikut atau memang sedang malas menemani ibu hamil itu.

Dan karena Jaemin hanya mengijinkan Haechan, Mark, dan Renjun yang berada di sekitar wanita itu, hampir setiap kunjungan Renjun ke apartemen Jaemin, ia selalu membawa banyak barang titipan dari orangtuanya dan mertuanya.

Tentu saja sepasang orang tuanya itu juga sangat menantikan kehadiran bayi yang dikandung Jaemin. Karena bayi itu adalah keturunan Jeno yang disetujui oleh istri sahnya.

Untung saja walau menolak kehadiran orang lain, Jaemin tidak menolak hadiah-hadiah pemberian dari Nyonya Huang dan Nyonya Lee yang kerap kali dititipkan pada Renjun.

Melihat peluang ini, Renjun pernah mengusulkan pada Jeno apabila suaminya itu ingin memberikan sesuatu pada Jaemin, ia bisa memberikannya pada Renjun, dan Renjun itu akan mengatakan bahwa barang itu adalah dari ibu mertuanya.

Tapi Jeno bahkan tidak menggubris sama sekali saat itu yang membuat Renjun jengkel dan mereka terlibat percekcokan sedikit. 

"Jeno, sudah kubilang, buang jauh-jauh rasa takutmu untuk menyakitiku. Aku baik-baik saja! Aku yang mengusulkan ini. Aku yang memberimu izin. Jadi tidak perlu berpikir kau akan menyakitiku jika memperhatikan Nana. Dia itu sedang mengandung anakmu Jen!"

"Lama-lama aku akan berpikir bahwa dibandingkan takut menyakitiku, kau sebenarnya memang tidak peduli pada Nana dan bayimu."

Setelah mendengar ucapan menohok istrinya, keesokan harinya Jeno memberanikan diri menitipkan barang yang sejak lama sudah dibeli Jeno untuk Jaemin tapi tidak berkesempatan memberikan pada wanita yang mengandung anaknya itu.

"S-sayang, a-aku titip ini untuk Jaemin.."

Jeno menyodorkan barang itu di suatu pagi pada istrinya yang sudah bersiap akan berangkat ke apartemen Jaemin dengan rantang masakan di tangannya.

Renjun mengerjap beberapa saat menatap barang yang Jeno titipkan untuk Jaemin. Setelah itu menatap suaminya yang sedang menunduk. Lalu menatap barang itu lagi.

"Kau keberatan ya? Ya sudah lebih baik tidak ja-

"Bukan begitu!!" potong Renjun buru-buru. "Tapi Jeno kau yakin ingin memberikan ini pada Nana?"

Jeno mengangguk polos. 

Renjun menghela nafas. "Jeno, kau tau kan Nana itu anti dengan segala macam hal romansa? Untuk kehidupan romansa di kehidupan nyata saja dia tidak berminat. Apalagi membaca kisah romansa orang lain dalam bentuk novel fiksi seperti ini? Aku tidak yakin Nana bahkan tertarik untuk melihatnya barang sedetik. Kalau buku seperti ini seharusnya menjadi hadiah untukku."

Jeno menunduk pada satu set novel trilogi romansa yang sedang menjadi best seller di toko buku.

Awalnya Jeno bahkan tidak menaruh minat untuk memasuki toko buku. Tapi saat melihat buku itu terpajang apik di depan toko dengan tulisan best seller bulan itu, Jeno entah teringat Jaemin dan kakinya tergerak masuk ke dalam toko untuk membeli set buku itu.

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang