Sialan! keadaan macam apa ini?
Pantas saja suasananya seperti damai dan tenang-tenang saja selama pertemuan keluarga. Renjun memang tidak diberitahu karena tidak ingin mengganggu masa pemulihannya. Tapi keluarga Jeno? Kenapa mereka menutupi kebenaran ini dari Keluarga Lee?
Jaemin ingin mencaci Jeno, tapi melihat Tuan Huang dan Mama Huang juga bungkam tentang masalah ini, Jaemin menahan diri. Walau bagaimanapun dia masihlah orang luar disini. Sampai kapanpun dia tidak berani menghapus batasan itu. Dibanding disini, dia lebih berani mengatur di jamuan keluarga besar Im. Walaupun rasanya ia lebih diterima disini, ia lebih memiliki kuasa di keluarga Im.
"Kapan kau berangkat? Astaga kenapa tidak memberitahuku?" Jaemin berusaha bersikap normal.
"Besok!" Renjun tertawa senang. "Maaf tidak sempat memberitahumu jauh-jauh hari karena memang aku mendadak memutuskan hal ini. Maka dari itu aku memaksamu untuk datang hari ini. Sebelum kita tidak bertemu selama satu bulan kedepan."
Jaemin tersenyum melihat Renjun tersenyum. Apapun, apapun demi membuat Renjun bahagia.
"Nanti bantu aku berkemas ya?"
"tentu," tanpa berpikir panjang Jaemin menyanggupi.
Kemudian acara makan siang itu pun di mulai. Rasanya semua makanan yang masuk ke mulut Jaemin terasa hambar. Ia masih memikirkan fakta yang terpampang di depan mata, serta ketidaktahuan beberapa pihak tentang hal ini.
Rasanya Jaemin sedang menjadi pendosa.
"Jaemin, apa sudah punya pacar?" tanya Nyonya Lee di tengah acara makan siang mereka.
"Belum nyonya. Tidak ada waktu untuk yang seperti itu."
"Eh padahal kau cantik.. Ngomong-ngomong, berhenti memanggilku dengan Nyonya. Panggil saja eomma seperti Renjun memanggilku."
Jaemin mendelik. Mark juga. Bedanya Jaemin hanya terkejut disuruh demikian tiba-tiba, sedang Mark tau kemana arah pembicaraan ini.
"Eh tidak." Jaemin buru-buru menambahkan jawaban spontannya. "Maaf, bukan saya mau bersikap kurang sopan karena menolak permintaan Nyonya Lee. Saya hanya tidak memiliki alasan untuk melakukannya."
"Kau kan saudaranya Renjun juga. Jadi tidak apa-apa memanggilku begitu."
"Saya hanya dianggap sebagai bagian dari keluarga baik ini saja Nyonya. Saya bukan benar-benar anggota keluarga Huang. Pasti akan terasa aneh dan lancang. Sekalipun saya memang saudara kandung Renjun, saya tetap tidak bisa memanggil Nyonya dengan sebutan itu. Renjun yang menikah dengan keluarga Lee, bukan saya."
Terkadang Jaemin ingin mengutuk otaknya yang terlalu logis, dan mulutnya yang akan mengatakan apapun yang ada di pikirannya. Melihat Mark yang hanya menghembuskan nafas, Jaemin sadar ia sudah keterlaluan.
"Eh, sebagai gantinya saya akan memanggil Nyonya dengan ahjumma saja agar tidak terkesan jauh. Saya juga akan mengganti saya dengan Nana ketika berbicara dengan ahjumma, seperti saya ketika berbicara dengan Mama Huang."
Walaupun tidak lega, Irene bisa agak tersenyum sekarang.
"Benarkan eomma, Nana sangat manis kan seperti yang Renjun ceritakan?"
Irene mengangguk menyetujui.
"Kau lebih manis sayang," celetuk Jeno tiba-tiba dengan wajah datar dan tetap menyantap makanannya. Jaemin agak tersedak kaget. Hey, memangnya disini ada yang butuh mendengar timpalan tidak bermutunya itu?! Tapi Renjun terlihat bersemu merah.
Dasar perayu ulung!
"Kau tidak apa-apa Nana?"
"Ah iya, Nana tidak apa-apa." Ia menepuk mulutnya pelan dengan tisu. "Hanya terkejut melihat bahwa pasangan yang baru menikah itu memang selalu menyebar keromantisan tidak kenal waktu dan tempat." Jaemin menatap Jeno seakan berbicara, kau mau saling serang sekarang? Siapa takut!
KAMU SEDANG MEMBACA
Both / Norenmin ☑
Fiksi PenggemarKatanya jika kamu mencintai dua orang disaat bersamaan, maka pilih yang kedua. Tapi bagaimana jika kau mencintai keduanya hingga rasanya bisa mati bila melepas salah satunya. ⚠️ GS Pair : Norenmin (Noren, Nomin, & Jaemren) 🔞 [Marriage life] Cover m...