Part 18

2.3K 226 12
                                    

Ini bukan april mop. Isinya beneran kok. Serius :')


-0-



Mark mengikuti para pekerja yang sibuk mengemasi barang-barang Jaemin ke dalam kardus dengan bingung.

Ia kembali masuk ke dalam kamar bosnya dan menemukan Jaemin yang tertidur dengan memeluk sahabatnya.

"Kau benar sudah tanya Jaemin kalau dia memesan jasa pengangkut barang?"

Haechan memutar bola matanya jengah. "Kau sudah tanya itu lima kali ya Mark. Dan aku jawab sekali lagi, aku bisa pastikan Jaemin cukup sadar tadi saat mengatakan ia memang sudah memesan jasa pengangkut barang untuk diantar ke apartemennya yang baru."

Mark menghembuskan nafas. Ia melihat Jaemin yang tertidur karena obat pereda pusing yang diberikan Haechan tadi. Dalam semalam saja ia berpisah dengan Jaemin sudah banyak kejadian tidak terduga walau Mark juga belum tau lengkap ceritanya.

Ia jadi termenung lagi memikirkan mobil yang mirip dengan milik adiknya saat baru masuk ke area apartemen Jaemin. Mobil itu terlihat baru saja keluar dari apartemen Jaemin. Tapi Mark juga tidak yakin apa itu benar mobil Jeno karena ia juga kurang jelas melihat pengemudi di baliknya.

"Bos mu ini dari luar terlihat seperti buldozer yang siap meratakan siapa saja yang menghalangi jalannya. Tapi di dalam, dia hancur parah. Kira-kira kenapa ya dia sampai seperti ini?"

Haechan dengan lembut mengelus rambut Jaemin yang membuat Jaemin semakin rapat memeluk Haechan. 

Mark tersenyum melihat bagaimana keibuannya sahabatnya itu. Seringnya memang Haechan selalu membuatnya sakit kepala karena sikapnya yang suka semaunya sendiri. Tapi jika sudah dalam mode seperti ini, ah Mark tidak bisa berkata-kata bagaimana drastisnya perubahan Haechan.

Sekalipun sahabatnya ini satu tahun lebih muda, Mark bisa mendapat banyak curahan kasih sayang darinya. Entah itu dalam bentuk sebagai sahabat, saudara, bahkan sosok ibu yang dulu sempat kurang di dapat oleh pemuda itu.

Ia menunduk untuk mengecup puncak kepala Haechan beberapa saat. 

Setelah melepas kecupannya, Haechan mendongak untuk menatap Mark dengan dua bola mata bulatnya itu. Mark tersenyum dan mengusak rambut Haechan. "Terima kasih ya. Sudah menolong Jaemin dan sabar menghadapinya tadi. Kau sudah memberi sedikit kasih sayang untuk Jaemin. Aku senang melihatnya. Jaemin itu bukan hanya bos, aku juga dekat dengannya seperti sahabat."

"Oh jadi derajat Jaemin sama denganku?" tanya Haechan.

Mark hanya tersenyum tanpa menjawab. Pemuda itu duduk di lantai samping tempat tidur Jaemin, kepalanya ia letakkan di paha Haechan. Otomatis satu tangan Haechan yang tidak mengusap kepala Jaemin, kini mengusap rambut Mark.

"Kau sayang sekali ya dengan Jaemin?" tanya Haechan dengan nada agak getir. "Kau menyukai Jaemin?"

Mark menyembunyikan wajahnya pada perut sahabatnya, diam-diam menghela nafas. "Dia bos ku."

Haechan mencibir. "Memangnya tidak boleh sekretaris menyukai bosnya? Banyak tuh kasus seperti itu, seperti di novel-novel yang pernah dibaca Lami."

Mark terkekeh sedikit. "Di novel itu hanya karangan Chan. Di dunia nyata mana ada. Jarang sih. Atau jangan dijadikan tolak ukur bahwa bos dan sekretaris pasti menjalin kisah romansa. Lagipula Jaemin tidak memperbolehkanku menyukainya."

"Abaikan Jaemin yang tidak memperbolehkanmu, kalau kau sendiri? Perasaanmu bagaimana?"

Mark menggenggam tangan Haechan yang mengusap kepalanya membuat pergerakan Haechan terhenti. Mark tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada Haechan.

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang