Part 30

3.2K 221 20
                                    


jujur udah lama nggak buka work ini, kangen juga akhirnya wkwk


-0-


Cabang barunya di Seoul ternyata bermasalah lebih banyak daripada yang Jaemin duga. Ia hanya bisa tertawa kering jika mengingat ia tertahan disini sudah satu bulan lamanya. Sangat-sangat diluar prediksi dan rencana awalnya yang hanya berada disini selama dua hari.

Seoul memang tidak pernah berbaik hati padaku..

Tapi jika boleh jujur, entah pada siapa dia ingin mengatakan kejujuran ini, mungkin pada dirinya sendiri, Jaemin sangat menyukai disini. Maksudnya bukan di Seoul yang penuh kenangan buruknya. Tapi berada di tempat yang sama bersama dua anak kandungnya.

Sebuah ikatan dan sumber kebahagiaan dalam hidupnya yang selalu ia sangkal, ternyata sangat berarti untuknya.

Tidak ada yang bisa melepas ikatan batin antara ibu dan anaknya. Jaemin baru menyadari hal itu sekarang, ketika ia telah menjadi seorang ibu, yang berpisah sama sekali selama lima tahun, dan akhirnya dapat merengkuh anak-anak manisnya dalam dekapannya lagi. Ikatan itu memang ada, dan tidak akan pernah bisa dihilangkan oleh apapun. Bagaimanapun ia yang mengandung mereka selama sembilan bulan. Memberi mereka kehangatan dan kasih sayang. Mengambil resiko untuk membiarkan mereka melihat dunia. Jika anak-anaknya sampai tidak merasakan ikatan itu setelah semua pengorbanan yang telah ia lakukan, Jaemin tidak akan segan-segan memberi tendangan bebas pada kepala anaknya.

Untuk hal-hal lainnya, ia tidak terlalu mempedulikannya lagi. 

Bahkan ketika Haechan memutuskan untuk meninggalkannya sendiri di Seoul sedang ia harus terbang sendiri -sebenarnya, Mark ikut- ke Chicago karena ayahnya benar-benar rewel akibat alphanya putri kesayangannya selama natal, Jaemin ternyata tidak terlalu terusik.

Awalnya Jaemin merasa sangat keberatan akan hal itu. Haechan sudah seperti penyangga dirinya selama ini. Menemaninya 24 jam utuh selama masa rentannya mengandung buah hati dari suami sahabatnya sendiri. Mengikutinya di masa rapuhnya yang lain ketika ia harus berpisah dari anak-anaknya. Haechan terlalu banyak berada disekitarnya dan membantu dirinya melewati masa-masa sulitnya. Sehingga, merasa dilepaskan sendiri oleh Haechan di titik permulaan semua kerentanannya terjadi, Jaemin hampir merasa frustasi.

Tetapi lagi-lagi, dua malaikatnya adalah penyelamat yang sesungguhnya.

"Mommy, kau ada dimana?"

Jaemin memutar dua bola matanya mendengar serentet kalimat itu ketika ia baru saja mengangkat panggilan dari sahabatnya.

"Berhenti memanggilku seperti itu, kau bukan anakku juga Renjun."

Tawa Renjun langsung terdengar berderai. Dan Jaemin jadi membayangkan bagaimana jika ia bisa melihat tawa Renjun secara langsung. Pasti cantik sekali.

"Mommy, aku akan tetap memanggilmu seperti itu. Kau kan mommy nya anak-anak kita."

"Entah mengapa saat kau mengatakan anak-anak kita, rasanya kitalah yang menikah." Dan Jaemin hanya berniat mengatakan hal itu dalam hati sebenarnya, akan tetapi ia tanpa sadar malah mengucapkannya secara lantang.

"Oh my God! Lee Jaemin berhenti membuatku  tersipu! Kau mau menikah denganku?! Kapan? Sekarang? Aku akan segera meluncur ke tempatmu."

Renjun dan segala tingkah absurdnya selama satu bulan ini..

"Renjun berhenti berbicara omong kosong. Cepat katakan kenapa kau menghubungiku? Jika tidak ada yang penting kututup-

"TUNGGU! Ih, Nana kenapa kau sekarang kaku sekali? Aku hanya bercanda. Kau sibuk tidak?"

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang