"Kami akan pulang sore nanti," ujar Jeno saat mereka sarapan bersama di hari ketiga pasangan suami istri itu berada di Jepang.
Suasana agaknya canggung pagi ini. Semalam, Mark memergoki pemandangan dimana Jeno masih memegang salah satu kaki Jaemin dan mereka berdua itu saling beradu tatap.
Jaemin bukannya membiarkan atau terpanah dengan Jeno yang memerlakukannya begitu. Ia hanya bingung dan tidak mengerti. Tapi saat Mark menjerit, kewarasannya langsung terkumpul. Tidak kira-kira Jaemin menendang perut Jeno menggunakan kaki yang masih Jeno pegang. Jeno langsung terkapar di lantai sambil memegangi perutnya kesakitan.
Tanpa menunggu lagi, Jaemin pergi memasuki kamar Mark yang ia tempati berdua dengan sekretarisnya karena kedatangan Jeno dan Renjun.
Dan pagi ini tentu suasananya terasa berbeda. Jaemin bukan orang yang bisa berpura-pura menyembunyikan emosinya. Ketika ia benci akan terlihat. Jika ia marah terlihat. Jika ia sedang jijik akan terlihat. Dan ketiga emosi itu terlihat bersamaan di pagi hari ini.
Renjun juga sedari tadi hanya diam, tidak berusaha memecah kecanggungan. Mark lah yang menjadi pihak paling bingung disini. Ia tidak tau harus berbuat apa.
Jaemin yang pertama kali menghabiskan sarapannya. Ia berdiri dan menghampiri Renjun yang berada di hadapannya. Ia memeluk Renjun yang masih di posisi duduknya. Ia mengecup puncak kepala Renjun dua kali.
"Hati-hati saat pulang nanti ya. Langsung kabari aku saat sampai di Seoul. Jika tidak kau lakukan, aku akan meneror semua orang yang berhubungan dengan kewajiban mengantarmu sampai selamat hingga tujuan. Jangan lupa makan siang, atau makanlah kapanpun kau lapar. Maaf aku tidak bisa mengantarmu nanti. Mark akan tetap di rumah dan mengantarmu ke bandara. Sayangnya aku harus menghadiri rapat dengan Dewan Direksi pagi ini. Dan aku tidak yakin bisa menyempatkan pulang sebelum keberangkatanmu nanti."
Renjun mendongak kemudian tersenyum kecil. Ia mengatakan tidak apa-apa lewat sorot matanya.
Jaemin membalas senyum Renjun. Ia memeluk sahabatnya sekali lagi dan mengecup pipinya. "Aku menyayangimu," bisik Jaemin.
Selepas itu Jaemin pergi untuk mengambil tas dan beberapa berkas untuk rapat pagi ini.
"Bos--"
Mark berdiri dan hendak menghampiri Jaemin. Tapi Jaemin menghentikan pergerakannya. "Instruksi hari ini untukmu sesuai dengan yang kuucapkan pada Renjun. Selengkapnya akan ku-email. Aku pergi dulu."
Jaemin pergi begitu saja dengan benar-benar mengacuhkan keberadaan Jeno.
-0-
Penyebab murungnya Renjun pagi ini adalah karena ia melihat semua yang terjadi semalam.
Sebenarnya ia sudah terbangun saat Jaemin memindahkan tubuhnya pada Jeno. Namun karena ia merasa lelah, ia jadi tetap pada posisi memejamkan mata. Ia langsung merasa aneh saat Jeno buru-buru keluar setelah meletakkan dirinya diatas kasur.
Ia mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Untungnya itu adalah posisi strategis untuk melihat apa yang sedang terjadi di ruang tengah.
Renjun agaknya merasa bersalah pada sahabatnya karena harus menggendong dirinya. Ia tidak seringan itu tentu saja. Apalagi Jaemin menggunakan high heels. Jaemin terlihat sangat kelelahan disana.
Tapi kenapa mereka sedang terlibat beberapa pertengkaran kecil? Walau bisa melihat, Renjun tidak bisa mendengar dengan jelas.
Kemudian saat kakak iparnya berteriak setelah mengucapkan berdarah dan obat, lalu berlarian ke kamar disebelah, Renjun semakin menajamkan matanya pada dua objek disana. Rasanya agak menyesakkan melihat Jeno berduaan dengan sahabatnya. Apalagi mereka tampak menatap satu sama lain dalam diam. Jaemin menatap Jeno tanpa emosi apapun. Tapi Renjun tidak bisa melihat tatapan suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Both / Norenmin ☑
FanfictionKatanya jika kamu mencintai dua orang disaat bersamaan, maka pilih yang kedua. Tapi bagaimana jika kau mencintai keduanya hingga rasanya bisa mati bila melepas salah satunya. ⚠️ GS Pair : Norenmin (Noren, Nomin, & Jaemren) 🔞 [Marriage life] Cover m...