Part 19

2.3K 220 12
                                    

Jaemin jarang berada di apartemen yang disewanya selama berada di Hongkong.

Selalu pergi saat sepasang sahabat itu masih terlelap dalam dunia mimpi, dan pulang saat mereka berdua sudah kembali ke alam mimpi.

Mark saja tidak tau bos nya itu melakukan apa. Ia hanya berada di apartemen sepanjang hari mengerjakan berkas-berkas perusahaan yang seperti dilimpahkan padanya begitu saja oleh Jaemin.

Pernah sekali Mark ingin tetap terjaga hingga Jaemin kembali, tapi pada akhirnya ia tetap dikalahkan rasa kantuk karena lelah mengurus berkas perusahaan dan beberapa masalah yang tidak dapat ia selesaikan secara langsung. 

Jaemin benar-benar lepas tanggung jawab pada perusahaan dan tidak mau repot-repot bertanya tentang kelanjutan perusahaan pada Mark.

Entah mungkin hanya perasaannya saja atau Jaemin memang menghindarinya sejak malam itu.

Kalimat Jaemin di keesokan pagi itu adalah percakapan terakhir mereka hingga satu minggu ini. 

"Aku dan Jeno sudah terlalu jauh Minhyung. Atau mungkin aku yang sudah melangkah keluar batas. Menurutmu separah apa hubunganku dan Jeno hingga aku selalu kabur seperti ini?"

"Minhyung jika suatu saat kau tau yang sebenarnya, jangan benci aku. Kumohon. Setelah persahabatanku dan Renjun merenggang, hanya kau satu-satunya teman yang kupunya sekarang."

Jaemin memang selalu berhasil membuat Mark khawatir.

"Mark?"

Mark menoleh dan mendapat sahabatnya dengan rambut berantakan dan berpiyama sedang berjalan sambil menguap lebar.

"Tutup mulutmu jika menguap Haechan." Mark reflek menutup mulut Haechan dengan punggung tangannya.

Haechan bergumam tidak jelas lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Mark.

"Minum air dulu." Mark menyodorkan gelasnya yang masih utuh karena belum sempat ia minum.

Haechan menerima gelas itu dan menegak isinya dengan mata tertutup.

"Mark, sampai kapan kita disini?"

"Aku juga tidak tau."

Dan memang benar Mark tidak tau apapun tentang rencana bosnya ini. Sehingga ia pun tidak bisa memastikan kapan mereka bisa kembali ke Korea.

Minggu lalu saja Jaemin bisa menghabiskan waktu dua minggu penuuh di Singapura tanpa alasan yang jelas.

Sekarang, melihat suasana hati Jaemin yang  buruk, rasanya Jaemin tidak memiliki niatan untuk cepat kembali ke Korea.

Mark sendiri tidak mungkin pulang sendiri bersama Haechan sebelum berbicara dengan Jaemin.

Dan Jaemin semakin hari semakin mustahil untuk ditemui.

"Rasanya aku semakin menjadi pemalas dan sangat terlihat tidak berguna setelah satu minggu disini dan tidak melakukan apapun."

"Kau kan bisa jalan-jalan."

"Jalan-jalan sendiri itu tidak seru Mark!"

"Tapi aku tidak bisa menemani Haechan. Pekerjaanku banyak. Kau tau sendiri Jaemin sudah lepas tangan dari tanggung jawabnya. Itu membuat pekerjaanku semakin menumpuk saja."

Haechan menyebik. "Ngomong-ngomong aku berpapasan dengan Jaemin semalam!"

Mark mendelik. "Bagaimana bisa?"

"Ya bisa. Aku haus. Jadi aku ke dapur untuk minum. Saat itu Jaemin masuk ke apartemen. Kira-kira pukul tiga atau empat. Aku tidak yakin. Dan dia terlihat baik-baik saja untuk ukuran orang yang kau kira sedang banyak pikiran. Memang dia bau alkohol sedikit. Tapi selebihnya dia oke. Dia bahkan menyapaku sambil mengusap kepalaku."

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang