Part 31

4.5K 206 37
                                    

Beneran lupa udah terlalu lama nganggurin work ini, parah banget yang nulis emang WKWK

Warning : lebih panjang dari part sebelum-sebelumnya


-0-


"Nana, Lele dan Jisung sudah selesai mandi?"

Jaemin menoleh dan mendapati kepala Renjun yang menyembul dari balik pintu. Ia tersenyum kecil, "Sudah. Tadinya aku ingin memakaikan mereka pakaian, tapi mereka berkata mereka bisa melakukannya sendiri."

Renjun tersenyum. Kini ia membuka pintu lebih lebar agar bisa masuk ke dalam kamar putra kembar mereka. "Mereka sudah besar. Memang sejak beberapa hari ini mereka selalu menolak bantuanku jika urusan mandi dan memakai baju. Katanya mereka harus lebih dewasa karena sebentar lagi mereka mempunyai adik."

Senyum Jaemin meluntur. Tangannya otomatis bergerak ke arah perutnya yang masih rata itu.

Renjun menyadari perubahan suasana hati sahabatnya itu segera mendudukkan diri di samping Jaemin. "Hei, apa yang kukatakan padamu tentang aku menyayangimu dan jangan pikirkan apapun lagi secara berlebihan. Kita hanya harus fokus pada kehamilanmu."

Jaemin menunduk tetapi tangannya menggenggam tangan Renjun lebih erat. "Aku tidak tau kenapa aku begitu bodoh mengulang kesalahan yang sama. Maafkan aku."

"No no. Tidak ada kata maaf dan penyesalan disini. Bukankah itu perjanjian kita? Anak yang ada di dalam kandunganmu adalah berkah Nana. Dia adalah hadiah terindah. Tidak ada yang tidak bahagia saat menyambut kehadirannya. Jadi aku mohon, Nana sebagai ibu yang mengandungnya jangan pernah merasa bersalah atas kehadirannya. Jangan mengulangi yang dulu pernah terjadi."

Renjun meraih sisi wajah Jaemin, membuat Jaemin menatap matanya untuk meyakinkan perempuan itu tentang betapa Renjun bersungguh-sungguh atas kalimatnya tadi. "Kita besarkan bersama-sama hm? Kau, Jeno, aku, Jisung, dan Chenle. Kita akan menjadi keluarga yang luar biasa!"

Walau Jaemin masih sedikit ragu dan masih tersisa rasa bersalah pada Renjun yang sama seperti kehamilan pertamanya dulu, Jaemin mengangguk. Untuk kali ini ia akan mencoba percaya pada Renjun. Ia ingin egois. Bahwa sebenarnya ia juga menginginkan anak dalam kandungannya dan ingin membesarkan darah dagingnya sendiri bersama dengan ayah kandungnya. Ia ingin merasakan rasanya menjadi ibu yang utuh. Kesempatan yang ia sia-siakan saat pertumbuhan si kembar dulu, ia ingin membayarnya pada kehamilannya yang sekarang.

"Terima kasih banyak Renjun."

Renjun menarik Jaemin dalam pelukannya. Menyandarkan kepala perempuan itu pada pundak sempitnya dan membubuhi kecupan-kecupan ringan pada puncak kepala Jaemin.

"Kau tau kan kalau aku sangat menyayangi Nana? Bahkan ini sudah lebih dari sekedar sayang. Aku mencintai Nana. Sebanyak aku mencintai Jeno, Chenle, dan Jisung. Kita adalah keluarga sekarang. Satu kesatuan. Nana percaya padaku kan?"

Jaemin mengangguk lemah.


-0-


Tentu saja Jaemin sudah berkali-kali memukul kepalanya sendiri karena ia sangat gemas padanya dirinya sendiri.

Apa gunanya ia pergi selama lima tahun ini, mengorbankan perasaannya sendiri sebagai seorang ibu yang harus berpisah dari anak kandungnya. Semua ia lakukan agar ia terhindar dari sebuah kebodohan bernama Lee Jeno.

Tapi semua itu langsung tersapu bersih begitu ia bertekuk lutut pada pria itu.

Jaemin tidak pernah menyangka bahwa ia begitu bodoh sekali ia menemukan seseorang yang dapat membuat hatinya menghangat.

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang