Part 32 : final chap

6.8K 202 29
                                    

Jaemin menonton televisi di depannya tanpa minat. Tanpa mandi dan penampilan acak-acakan, serta bau bekas percintaannya semalam dengan Jeno dan Renjun yang ia abaikan begitu saja.

Renjun yang sibuk di dapur saja sampai merona saat melewati Jaemin yang berpenampilan berantakan begitu, membuatnya mengingat lagi malam panas yang mengorbankan cermin kesayangannya karena permainan Jeno semalam benar benar diluar kendali.

Berbeda Renjun, berbeda pula dengan Jaemin. Bukannya bahagia karena servis memuaskan, dia malah bersungut-sungut.

"Mau dengan Mommy, appa!!"

"Jangan sayang, mommy sedang lelah. Jadi dengan appa saja ya?"

"TIDAK MAU!"

"Jeno tenangkan anakmu!!" Teriak Jaemin marah.

Jeno menghela nafas lelah. Dia melihat Jaemin yang malas-malasan di ruang tengah. Tidak mau memandikan Heejin yang benar benar berubah menjadi berandal kecil jika bukan Jaemin yang ia temui saat pertama membuka mata.

Tidak pula membantu Renjun menyiapkan sarapan untuk keluarga mereka. Ataupun membantu dirinya menyiapkan keperluannya ke kantor.

Jangan tugasnya sebagai istri dan ibu. Jaemin saja enggan merawat dirinya sendiri. Membiarkan anak-anak mereka melihat penampilan ibunya setelah bercinta.

Sudah jelas membuat Jeno pusing bukan main.

"Nana, bisa kau mandikan Heejin? Dia benar-benar tidak mau denganku." Jeno sudah frustasi menghadapi anak perempuan dan istri keduanya yang membuat kepalanya hampir meledak.

Anak perempuannya, Heejin, itu sangat unik. Disaat seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya, entah kenapa Heejin kebalikannya. Ia hanya mencari diri Jeno disaat meminta sesuatu, selebihnya Jeno merasa anak perempuannya itu tidak ingat jika ia punya ayah tampan.

Hasil Jaemin menempelinya terus menerus saat hamil Heejin, tidak seperti saat hamil si kembar, malah membuahkan anak perempuannya yang tidak menyukainya saat lahir.

Renjun sudah sering menenangkan suaminya untuk tidak terlalu overthinking, dan mengatakan itu hanya salah satu tingkah pada masa pertumbuhan Heejin. Tentu Heejin tidak akan benar-benar membenci ayahnya, itu kalimat penenang Renjun. Jeno saja yang terlalu bersedih membayangkan bahwa sampai dewasa nanti Heejin akan tetap bersikap kemusuhan begitu padanya.

Di lain sisi, Jaemin malah selalu mengompori Heejin untuk semakin tidak menyukai Jeno, dan puas karena anak perempuannya benar-benar menjadi sekutu Jaemin yang paling loyal dalam hal merundung Jeno.

Jika ingat tingkah Jaemin yang seperti itu, rasanya dia mau membuang istrinya ke tengah lautan saja.

"Aku capek Jenoooo. Astaga apa kau ini tidak paham juga?! Aku lelah melayanimu semalam!"

Jeno melotot dengan kalimat frontal Jaemin padahal ada Heejin yang baru berusia tiga tahun di tengah mereka.

Jaemin tidak peduli dengan aura Jeno yang seperti mau meledak, dan meninggalkan ayah serta anak perempuannya yang masih menangis untuk menemui Renjun di dapur.

"Biar aku saja appa. Appa siap-siap saja."

Beruntung bala bantuan berupa anak tertuanya itu datang dan mengambil alih dalam mengurus Heejin.

Karena selain Jaemin, Heejin memang akan menurut pada Chenle saja. Dia akan langsung diam menghentikan tangisannya saat berhadapan dengan Chenle.

Kakak pertama yang galak, suka melotot, membuat Heejin takut. Tapi dia tampan, Heejin suka.

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang