Part 28

2.6K 224 61
                                    

Niatnya update pas ultahnya Haechan, apa daya ide lagi nggak mengalir deras..


-0-


"Jaemin?" 

Jeno tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat sekarang ini. Terutama karena ia baru saja dibangunkan secara paksa oleh sang anak, Jeno takut bahwa ia masih setengah sadar saat melihat sesosok Na Jaemin berdiri di dapur rumahnya.

Jaemin menoleh, terlihat sedikit terkejut, lalu seakan tidak peduli, Jaemin kembali berbalik untuk memecahkan beberapa telur ke  dalam mangkuk. 

Renjun benar-benar meninggalkannya sendiri di dapur dengan bahan masakan berserakan. Sebagai seorang yang berhati lapang Jaemin akhirnya mengalah untuk membuatkan sarapan bagi keluarga besar ini. Lagipula ia juga sudah sangat lapar.

"Na, aku tidak salah lihat kan? Kau.. benar-benar berada di hadapanku? Kau nyata?"

Sedikit Jaemin merasakan bulu kuduknya berdiri karena Jeno berada tepat di belakangnya dan hembusan nafasnya mengenai leher jenjangnya.

"Yang kau lihat adalah arwah Jaemin. Dia kan sudah pergi sejak lima tahun lalu." Ucapan sarkas dengan nada ketus itu berbanding terbalik dengan kondisi hatinya yang berdegub kencang dan keringat  dingin yang sudah membasahi seluruh tubuhnya. Jujur saja Jaemin masih belum siap untuk bertemu Jeno. Namun ia sudah sedikit melupakan keberadaan Jeno karena euforia memandikan Jisung. Sekarang ia benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya saat bertemu Jeno.

Jaemin melebarkan mata begitu  merasakan sepasang lengan melingkar di pinggangnya.

"Jeno-"

"Aku sangat rindu padamu Na."

Jeno membenamkan wajahnya pada lekukan lehernya sambil sesekali mengecupinya. Jaemin ingin memberontak. Ia tidak paham mengapa sepasang suami istri ini sangat suka meletakkan wajah mereka di perpotongan lehernya? Tidak sadarkah mereka apabila itu adalah area sensitif Jaemin?

"Lepaskan Jen. Renjun ada diluar."

Sial. Ucapannya seperti menegaskan bahwa ia memang ada suatu hubungan dengan Jeno di belakang Renjun. Padahal bukan itu maksudnya!

"Kau tidak merindukanku?" tanya Jeno, sama sekali tidak mempedulikan jemari-jemari lentik Jaemin yang berusaha melepas kaitan lengannya di pinggang wanita itu.

"Dalam mimpi!"

"Jadi kau selalu memimpikanku?"

Jaemin terdiam. Ia entah tidak sanggup menyangkal, karena beberapa kali memang Jeno dan apa yang terjadi diantara mereka selama semalam itu mampir dalam bunga tidurnya.

"Jadi benar begitu? Kau memimpikanku?"

"Sama sekali tidak!" 

Jaemin kelepasan berteriak karena ia sangat kesal pada Jeno yang menggodanya, juga pada jantungnya yang tidak bisa mengkondisikan debarannya. Demi Tuhan bagaimana Jaemin bisa tetap tenang jika ia sedang dipeluk oleh seorang Lee Jeno, sosok yang entah sejak kapan masuk dalam hidupnya mengusik hari-harinya. Dan terlebih sosok itu sedang topless. Apa Jeno bahkan sadar?

Renjun tergopoh-gopoh masuk ke dalam dapur. "Ada apa Na?" 

Jaemin melotot saat mengetahui Renjun yang masuk ke dalam dapur. Ia lantas melepas paksa pelukan Jeno dan sedikit memberi jarak antara dirinya dan suami dari sahabatnya itu.

"Ada apa Na?" Renjun langsung menyentuh wajah Jaemin.

Ia mendelik. Jaemin yakin sekali saat Renjun masuk ke dapur, Jeno masih memeluknya, dan sahabatnya itu sama sekali tidak memiliki masalah penglihatan sampai tidak bisa melihatnya. Tapi sekarang, lihatlah Renjun yang benar-benar hanya terlihat mengkhawatirkan Jaemin. Seakan fakta bahwa suaminya memeluk perempuan lain bukan sebuah masalah.

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang