Part 25

2.5K 204 6
                                    

Bahkan walaupun Jaemin sudah tinggal di negara ini selama bertahun-tahun, ia masih belum terbiasa dengan iklim yang ada. Terbiasa memiliki empat musim, Jaemin agak kebingungan menyikapi cuaca di Thailand yang terus berubah-ubah.

Dan Chiang Mai sepertinya tidak bersahabat hari ini. Ia sudah memakai jaket tebal, dan membawa payung, tapi mereka masih belum bisa keluar dari dalam mobil karena hujan sedang benar-benar deras diluar sana.

"Natal tinggal dua minggu lagi, dan aku masih tidak percaya aku akan melewati natal dengan hujan deras lagi, dan bukannya salju."

Jaemin menoleh pada Haechan yang terus menggerutu tentang hujan, natal, dan salju sejak tadi.

"Jaem, aku ingin bermain salju saat natal tahun ini." Haechan memberikan tatapan memelasnya pada Jaemin.

"Bukankah ayahmu memang kesini? Mungkin ia mau menjemputmu. Tidak apa Chan, kau rayakan saja natalmu di Chicago dengan keluargamu. Kau pasti juga rindu ibumu, sudah lama kau tidak menjenguk beliau. Jangan khawatirkan aku, lagipula aku tidak merayakan natal."

Haechan semakin menekuk wajahnya. Ia memang sudah lama tidak ke makam ibunya. Ya bahkan ia tidak pernah mengunjunginya lagi sejak menghadiri pemakamannya dua tahun yang lalu. Ia masih tidak terima bahwa ibunya sudah tidak berada di dunia yang sama dengannya. Ia lebih baik menghindar daripada pertahanan hatinya runtuh kembali.

"Bukan itu maksudku...." Ia mulai merengek sambil menggoyangkan lengan Jaemin.

"Lalu apa?" ia akhirnya jengah juga dengan Haechan. Padahal Jaemin sejak tadi sibuk bertukar pesan dengan salah satu bawahannya untuk membahas cabang restoran baru yang akan ia buka awal tahun ini.

"Ayo ke Korea."

Jaemin langsung menghentikan jari-jarinya yang mengetik diatas ponsel. Pandangannya terpaku ke depan.

"Aku ingin kita merayakan natal bersama di Seoul," lanjut Haechan lebih jelas.

Jaemin menoleh pada Haechan dan memberikan tatapan dinginnya. "Pembicaraan ini kuharap berakhir disini."

Dan Haechan tidak memiliki pilihan lain selain menelan kembali kalimat yang sudah berada di ujung lidahnya.


-0-


"Memangnya benar-benar butuh kehadiranku disana? Kukira aku hanya perlu datang ke Seoul saat peresmian saja."

Jaemin menghela nafas panjang saat mendengar penjelasan panjang Jungwoo di seberang sana mengenai tanah yang akan menjadi cikal bakal cabang restorannya di Korea.

Baru saja akan dibangung sudah menimbulkan masalah. Seoul memang tidak bersahabat dengannya.

Tapi jika dipikir, ini salahnya juga yang tidak ikut terjun langsung pada bisnisnya dan malah memasrahkan segala hal pada orang lain.

"Yasudah-yasudah aku akan ke Seoul. Mungkin sehari sebelum natal aku ada disana. Kuharap mereka tidak keberatan menyelesaikan masalah ini di waktu libur."

Disamping Jaemin yang pusing, Haechan terlihat memasang senyum sumringah.

Ia ada disana sejak awal Jaemin dihubungi oleh pengacara pribadi yang merangkap menjadi tangan kanannya untuk cabang restoran terbarunya.

Tentu ia juga mendengar keputusan Jaemin yang akan kembali ke Korea. Ia tau keputusan yang Jaemin ambil bukan semata-mata ia memang ingin kembali ke Korea. Tapi ia bersyukur atas entah masalah apa yang terjadi pada cabang restoran baru yang hendak dibuka sahabatnya di Korea itu. Ia hanya terlalu senang akhirnya ia akan kembali ke Korea setelah bertahun-tahun.

Both / Norenmin ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang