"Honey" panggil Prilly pelan"Hmm?"jawab Ali singkat
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi kamu jangan tersinggung ya" ucap Prilly.
Ali mengerutkan keningnya bingung sambil menatap ke arah Prilly.
"Mau ngomong Apa?"tanya Ali.
"Aku mau kamu pake uang tabungan aku dulu buat bayar administrasi kampus, nanti kamu bisa bayar kapan aja, aku ga mau kamu nyia-nyiain kesempatan ini Li" ucap Prilly menawarkan dengan tulus.
Ali tersenyum mendengar ucapan Prilly, ia menarik kepala Prilly di dadanya, aroma shampo khas Prilly dapat tercium olehnya.
"Makasih buat perhatian dan support kamu, tapi aku ga mau sampe kamu juga ikutan berkorban, kamu tenang aja, aku akan usahakan untuk itu" ucap Ali menempelkan kepalanya di kepala Prilly.
"Kamu yakin ga mau pake uang aku dulu?" Tanya Prilly sambil mendongakkan wajah manjanya pada Ali. Ali tak menjawab, ia hanya tersenyum dan memeluk Prilly dari belakang. Tiba-tiba handphone Ali berdering, panggilan dari Teo, ia segera mengangkatnya.
"Hallo bang?oh gitu?ok, sipp, udah siap ko, oke" ucap Ali lalu menutup teleponnya.
"Siapa?abang ya?" Tanya Prilly.
"Iya, dia udah dibawah sama Dita, kita standby aja yuk" ajak Ali menggandeng tangan Prilly dan membawanya ke tempat mereka bersembunyi menunggu kedatangan Teo dan Dita.
Tak berapa lama, Teo sudah masuk membawa Dita yang matanya sengaja ditutup.
"Bang, kamu mau bawa aku kemana sih?ko pake acara ditutup segala matanya?" Tanya Dita penasaran.
"Nanti kamu juga tau, nah, kamu berdiri disini ya, sebentar aku buka penutupnya" ucap Teo lalu perlahan membuka penutup mata Dita.
Prilly langsung menekan tombol saklar lampu yang memang tadi sengaja mereka padamkan. Seketika lampu ruangan menyala secara berurutan dan membuat Dita yang sudah membuka matanya langsung terpana.
"AAAAA, Oh Em Jehhh " serunya kaget melihat dekorasi ruang private kafe om Farid malam itu.
"Ini abang yang buat?wow, romantis banget sih" ucapnya lagi memuji Teo.
Teo tersenyum lalu mempersilakan Dita duduk di kursi yang sudah ia geserkan. Dita baru menyadari di meja tersebut sudah ada lilin berwarna merah satu batang dengan hiasan pita di tengahnya, serta hidangan makan malam yang sudah tersaji sesaat sebelum mereka tiba diruangan tersebut. Perlahan Ali memainkan musik waltz yang mengalun lembut membuat suasana ruangan tersebut semakin romantis.
"Kita makan yuk" ajak Teo setelah duduk di kursi di hadapan Dita.
"Oke" jawab Dita singkat.
Teo tersenyum lalu memberi isyarat agar Dita menyantap makanannya.
"Ko kamu tau sih bang, aku suka banget seafood?" Tanya Dita.
"Aku kenal kamu itu dari kamu masih TK, keterlaluan banget malah kalau aku ga tau" ucap Teo.
Di balik tembok tertutup tanaman, Prilly mencibir pelan.
"Hmm, modus lo bang, orang lo juga taunya dari gue, mana lo tau menu makanannya apa malam ini" bisiknya pelan membuat Ali yang berada di sebelahnya tertawa lalu menutup mulut Prilly dengan tangannya.
"Aduhhhh, apaan nih" seru Dita kaget saat ia selesai dengan makanannya dan mencoba orange juice yang disediakan di sana.
"Kenapa?" Tanya Teo panik.
"Ini, masa diminumanku ada.......cin....cin...?" Ucap Dita terbata saat mengetahui benda asing di minumannya adalah sebuah cincin.
Dita menatap ke arah cincin tersebut dan berganti menatap Teo yang sudah tersenyum padanya.
YOU ARE READING
Bukan Romeo & Juliet
FanfictionBernyanyi di dalam bus ataupun pinggir jalan, berpanas-panasan atau basah terguyur hujan, di usir tanpa diberikan uang, sudah menjadi hal yang biasa bagi Ali yang bekerja sebagai pengamen jalanan demi biaya hidupnya dan mamanya, serta tabungan yang...