Johnny membawa gue ke satu ruangan dengan jakuzi yang terisi air hangat berwarna kuning keemasan, beer. Kami berdua masuk ke dalam sana.
"Rileks" katanya.
Gue duduk didalam beer hangat itu dan Johnny duduk di belakang gue sambil melingkarkan tangannya diperut gue, dia menarik kepala gue buat bersandar di dadanya.
"Let's talk here."
"Johnny im so--"
"Stop saying sorry, Im not mad at you. Im too afraid to mad at you"
"I have no power, what are you afraid for?"
"Losing you"
Deg!
Gue melepas pelukan tangan Johnny dan berbalik, menatapnya lekat-lekat, rambutnya basah terkena cipratan gelembung jakuzi, matanya yang sayu tetapi tajam, hidungnya, bibirnya. Gue hanya memandanginya bahkan ngga menyentuhnya tapi jantung gue berdebar dengan hebat sampai nafas gue berburu seperti orang yang baru lari puluhan kilometer.
"Promise me" Johnny mengusap rambut basah gue, "don't get hurt anymore"
Johnny mengambil handuk basah disampingnya, menyeka luka di pipi gue dengan lembut dan perlahan.
"Im Johnny Suh, this is my world --criminals."
Jemarinya mengusap mata gue yang bengkak dan memerah.
"Aku ngga akan paksa kamu untuk stay kalau kamu memang ngga mau"
Tangannya mengusap pundak gue, membasuhnya dengan beer yang hangat. Kita lelaki dan perempuan dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benangpun tapi yang gue rasain disini adalah ketenangan bukan hal yang berbau nafsu. Johnny is Johnny, dia bisa mengontrol dirinya dengan hebat saat bersama dengan gue sangat berbeda dengan Johnny yang gue lihat di gudang utara.
"Johnny is criminals and criminals is Johnny, semua yang kamu lihat di gudang utara, jual beli manusia? Penculikan? Lelang organ? Apapun itu, that's Johnny's businesses" lanjutnya sambil tetap mengusap badan gue dengan handuk ditangannya.
"Dan kamu masuk tanpa bisa aku usir kecuali kamu yang pergi dengan sendirinya. I love you Mary"
Gue terdiam, ngga bisa berkata apa-apa lagi. Pergi? Bagaimana bisa? Bahkan dari awal gue jatuh hati meski gue tau Johnny seorang mafia, gue sama sekali ngga bisa menghindari perasaan ini.
Gue ambil handuk di tangan Johnny lalu menyimpannya, gue dekatkan tubuh gue dan duduk dipangkuannya. Gue lihat Johnny sedikit kaget dengan hal itu. Gue mengalungkan lengan dilehernya, menatap kedua matanya bergantian lalu memeluknya dengan erat, menenggelamkan kepala di ceruk lehernya dan sesekali mengecupnya dengan lembut.
I don't wanna lost him too, I love him.
Johnny bergerak, sepertinya posisinya sedikit kurang nyaman because I can feel something weird down there. Lalu gue menatapnya sambil menganggkat alis.
"I love you Johnny, love you so much"
Gue mendaratkan bibir gue di bibirnya, tanpa menunggu lama Johnny segera membalasnya dengan lumatan. Nafas kita berdua berpacu, dia menarik badan gue untuk menempel dengan badannya. Gue ngga bisa menahan lenguhan gue saat lidahnya bermain menjilati setiap inci bibir gue.
Johnny melepas ciumannya, ia tersenyum lalu mengecup pipi gue pelan. Ia bergerak lagi membetulkan posisinya, benar-benar terlihat ngga nyaman.
"Sorry" kata gue lalu menjauhkan badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOHNNY'S (COMPLETE)
FanfictionApa Tuhan emang ngirim dia buat gue? Buat jagain gue atau buat hidup gue tambah ribet? He is a destroyer, killers, gunners or whatever I hate those mafia shit thingy! But I have to learn about it. And suddenly I... 🫶🏻 Disclaimer 🫶🏻 Halo, selamat...