VOTE DULU BIAR BERKAH
•••••••••••••••••
Setelah beberapa prosesi yang menurut gue ngga penting, akhirnya gue keluar dari aula.
Tepat pintu aula dibuka gue langsung bisa ngeliat Johnny lagi ngerokok sambil salah satu tangannya masuk saku celana. Setelah mata kita ketemu, Johnny langsung matiin rokoknya yang masih panjang dan langsung mendekat.
"Udah?"
Sebelum gue jawab pertanyaan Johnny, tiba-tiba Haechan dan mami papinya nyamperin gue.
"Nak Mary sehat? Maaf ya mami Haechan ngga bisa nemenin kamu kemaren" katanya sambil nepuk pipi gue.
Gue lihat Johnny sedikit mundur tapi matanya ngga henti mengidentifikasi keluarga Haechan, seakan-akan mereka berbahaya.
Haechan melirik Johnny ragu.
"Saya denger kamu mahasiswa lulusan terbaik?" Tanya Johnny.
Dibalas dengan anggukan kecil dari Haechan yang pipinya masih lebam.
"Good"
"Oh? Siapa ini? Om nya Mary ya?" Kata Maminya Haechan saat melihat Johnny.
"Bukan" - "iya"
Jawab gue bersamaan dengan Johnny, jelas gue bilang iya, kalau bukan Om memangnya mau dikenalin sebagai apa?
Gue dan Johnny saling melirik, "ini Ka Johnny mam, tetangga unit apart-nya Mary bukan Om nya, kalau ngomong suka asal deh" kata Haechan santai.
Setelah obrolan basa basi gue sama mami dan papinya Haechan, mereka pun pamit.
"Jangan macem-macem sama Mary. Gue ngga akan tinggal diem kalau dia kenapa napa" kata Haechan dan Johnny hanya mengangkat alisnya.
"Bye" Kata Haechan singkat.
"Kasian, pipinya masih ungu" kata Johnny.
"Itu kan karena lo pukul kemaren" balas gue.
•••
Di dalam mobil Tesla-nya Johnny dan gue hanya diam, bahkan ngga ada musik atau apapun yang di putar.
"Kita makan sandwich" buka nya memecah keheningan.
"Pulang dulu, ganti baju"
"You looks gorgeous on that dress tho"
"I know" jawab gue dan Johnny malah ketawa.
"Or we should have a romantic dinner tonight?"
Gue ngelirik Johnny, "I have party with my friends tonight"
"No" balas Johnny santai.
Gue ngga ngerti, apa maksudnya dengan no? Gue ngga boleh join party sama temen-temen gue atau gimana?
"No? Maksudnya?"
"Kamu ngga boleh kemana mana tanpa izin saya"
"Who you think you are sir?"
Gue mulai kesal, gue ngerti Johnny mau mastiin gue aman tapi bukan berarti ngelarang ini itu, apalagi ini hari wisuda gue, rasanya wajar gue gabung sama temen-temen.
Johnny memarkirkan mobilnya di depan restoran mewah tanpa membalas apa yang gue tanya, tuli kali.
Dia melepas seatbeltnya sedangkan gue masih diam, mencoba bikin dia paham kalau gue ngga suka dilarang kayak gitu. Gue lihat di jalan muter ke arah depan dan ngebukain pintu mobil buat gue, gue cuma malingin muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOHNNY'S (COMPLETE)
FanfictionApa Tuhan emang ngirim dia buat gue? Buat jagain gue atau buat hidup gue tambah ribet? He is a destroyer, killers, gunners or whatever I hate those mafia shit thingy! But I have to learn about it. And suddenly I... 🫶🏻 Disclaimer 🫶🏻 Halo, selamat...