WAJIB BACA 🫶🏻
Halo, selamat datang. Terimakasih sudah mampir, aku harap kalian menikmati cerita ini. Sebelumnya aku mau disclaimer dulu; aku bukan penulis profesional, aku menulis untuk kesenangan semata, tanpa target atau bayaran.Bahasa yang aku pakai jauh dari tatanan bahasa baku atau non baku dan kepenulisan yang benar, aku hanya menuangkan imajinasiku ke dalam bentuk tulisan dengan kosakata yang aku tau dan aku mengerti saja.
Jadi buat kalian yang tidak berkenan ngga apa-apa kok berhenti baca di tengah cerita, toh ga ada yang dirugikan 🫶🏻 tapi buat kalian yang mau koreksi sekata atau dua kata, silahkan di komen dan yang mau koreksi beberapa paragraf ataupun keseluruhan cerita silahkan DM aku.
Makasih 🫶🏻☆☆☆
Gue berdiri tepat di depan makam kakak gue, iya kakak gue meninggal. Mata gue udah merah dan sembab, gue sedih, kesal sekaligus benci. Mereka semua, ya mereka semua yang berdiri mengitari makam kakak gue, semua orang-orang tolol!
Jung Jaehyun si keparat itu bahkan
ngga datang ke pemakaman istrinya, dia cuma ngirim beberapa bodyguardnya. Ngga masuk akal mengingat Jaehyun memohon-mohon ke gue 4 tahun lalu saat gue masih SMA untuk bawa kakak gue hidup bareng di London dan ninggalin gue sendirian disini."Nona ini ada titipan dari Tuan Jung" kata salah satu bodyguard dengan badan layaknya petinju dunia.
Gue melirik benda yang orang itu sodorkan, black card, "ngga, gue ngga butuh" kata gue lemes.
Tenaga gue habis dengan semua emosi yang gue tahan. Gue buru-buru masuk ke mobil sedan warna hitam milik gue dan ngga sengaja ngeliat seseorang bersembunyi di balik bangunan di ujung gerbang area pemakaman, bajunya serba hitam tapi gue ngga sempet lihat wajahnya, gue yakin orang itu merhatiin setiap gerak gerik gue dari tadi, karena sedikit takut gue langsung tancap gas untuk pulang ke apartemen.
Kakak gue, Elaina Jung meninggal dengan satu tembakan di kepala saat dia baru menginjakan kaki di Seoul. Jauh-jauh dia terbang dari London untuk mati di bunuh musuh suaminya sendiri, padahal tujuannya adalah untuk ketemu gue, untuk datang ke acara wisuda gue minggu depan.
Harusnya gue ngga usah ngundang Ela untuk datang ke acara wisuda, gue udah terbiasa sendiri tapi entah kenapa gue kangen kakak gue.
Air mata berhasil lolos gitu aja dari pertahanan gue, ngerasa bersalah dan sedih.
Gue coba telfon Jaehyun tapi ngga aktif. Jung Jaehyun emang brengsek, sekarang gue paham dunia kriminal, orang-orang kayak mereka emang pantas mati di bui.
Sambil ngelap pipi gue yang basah gue geser gorden untuk liat situasi di bawah, bodyguard kiriman Jaehyun masih disana dengan tujuan ngejagain gue.
Haha gue tertawa garing, percuma! Terlambat! Kakak gue keburu di bunuh, kemana aja bodyguard ini kemaren? Tolol.
•••
H-1 wisuda, gue sama sekali ngga semangat padahal ini adalah hal yang gue tunggu-tunggu.
"Mary!" Teriak seseorang dari luar.
Buk! Buk! Buk!
"Iya sabar dong! Ngga usah gedor-gedor gitu!"
Sedetik setelah gue buka pintu apartemen, orang itu otomatis nyelonong masuk tanpa permisi.
"Haechan! Ngga sopan banget sih lo?!"
"Baby maaf gue baru datang dari busan, jadi gue ngga sempet nemenin lu, turut berduka cita" katanya sambil meluk gue.
"Baby? Babi maksud lo? Lo ngatain gue babi?"
"Lo cakep kalau marah Mar" balasnya terkekeh.
Haechan ini sahabat gue yang paling baik, dia keliatan nakal dan bodoh tapi dia pinter banget bahkan akselerasi waktu SMA, makanya sekarang usianya 2 tahun lebih muda dari gue dan yang paling penting Haechan ngga tau apa-apa soal suami mendiang kakak gue, dia cuma orang awam, ya gue juga awam sebenernya.
"Chan gue mau nyobain dress buat wisuda besok, lo komenin ya kurangnya apa"
Haechan ngangguk sambil buka game di ponselnya.
Dipikir-pikir kayaknya di dunia ini yang gue punya cuma Haechan. Mama, papa dan kakak gue udah ngumpul bareng disana, keluarga gue yang lain rasanya ngga pernah anggap gue ada dan gue juga ngga masalahin hal itu, who's care tho.
Gaun warna biru dongker ini udah gue siapin dari jauh-jauh hari, cocktail dress tanpa lengan dengan ikat pinggang kulit warna hitam.
Sial resleting nya jauh banget di belakang punggung gue, mau ngga mau harus minta bantuan Haechan. Gue buru-buru buka pintu kamar dan langsung minta Haechan bantuin.
"Chan bantuin, susah" kata gue sambil nunjukin punggung polos gue.
Haechan keliatan agak kaget, "gila lo? Emang ga ada harga dirinya gue sebagai laki-laki" balasnya sambil pura-pura nangis.
"Ih cepetan dingin!"
Haechan melempar ponselnya ke sofa dan segera berdiri bantuin gue.
"Eh kok susah?" Katanya, sambil berusaha narik resleting dress yang gue pake.
"Aw! Yang bener dong Chan kena rambut gue!" Balas gue saat beberapa helai rambut panjang gue ketarik.
"Eeeuuggh!"
"Bisa ga sih? Pelan-pelan"
"Ah susah Mar"
"Ah cepetan dingin" balas gue.
"Ah susah, bentar-bentar gue licinin du-"
Brak!!!
BUUUUGH!
Tanpa di duga sebuah pukulan dilayangkan kearah Haechan oleh seseorang yang mendobrak pintu secara brutal, pintunya sampai rusak ngga berbentuk.
"AH?!" Teriak Haechan yang hilang keseimbangan sambil mengusap pipinya.
"Apa yang kamu lakuin ke Maryanna?!" Kata lelaki yang baru masuk.
"What?! Hei who the fuck are you? Gila!" Teriak gue.
Bersambung
FIRST OF ALL:
JANGAN SIDER! VOTE YAAA!
YANG NGGA VOTE NANTI NGGA KETEMU BIAS HAHAHAHA
VOTE! And comment ofc hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
JOHNNY'S (COMPLETE)
FanfictionApa Tuhan emang ngirim dia buat gue? Buat jagain gue atau buat hidup gue tambah ribet? He is a destroyer, killers, gunners or whatever I hate those mafia shit thingy! But I have to learn about it. And suddenly I... 🫶🏻 Disclaimer 🫶🏻 Halo, selamat...