Aku tak tahu kapan akhir dari kata selamanya.
Entah seratus tahun, sepuluh tahun, atau bahkan esok?
Yang jelas, selagi waktu masih berjalan, aku akan selalu di sisimu.
Sincerely,
Kim Hyunjin.
[Completed 04/06/21]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Heejin menjalani hari-harinya tanpa gairah. Sangat membosankan tanpa ada Hyunjin yang menemani. Senyumnya benar-benar ditarik paksa untuk menghilang.
Gadis itu marah dengan sikap kasar ayahnya pada Hyunjin. Apalagi sifat protektifnya yang berlebihan, menurut Heejin. Tapi bagaimanapun, banyak hal yang harus dia syukuri ketika memiliki ayah seperti Hanseul. Apalagi ucapan Sojung kala pertemuan pertama mereka setelah berpisah bertahun-tahun.
"Kau tahu, ibumu selalu mengharapkan kau mendapat pendidikan yang baik. Dia wanita pekerja keras yang akan melakukan segalanya untuk putrinya. Syukurlah ayah dan bundamu merawat gadis kecil cengeng ini dengan sangat baik."
Disatu sisi, Heejin sebenarnya merasa bersalah karena tak menyukai sikap ayahnya. Tapi disisi lain, dia tetap berpendapat bahwa hal itu sudah kelewat batas. Apalagi dengan menyewa pria berbadan besar yang duduk di samping Seungwoo. Helaan napas keluar dari mulutnya dengan kasar.
Seungwoo yang mengemudi melirik sekilas melalui kaca spion. Mengetahui bahwa nonanya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, Seungwoo pikir dia harus melakukan sesuatu.
"Hoaamm," Seungwoo membuka mulutnya lebar-lebar kemudian menepuk pelan pundak pria di sampingnya, "apa kau tidak mengantuk?"
"Tidak. Biar aku saja yang menyetir kalau—"
"Heejin-ssi, apa kau ingin meminum kopi? Aku tahu kafe yang populer di dekat sini. Mau mampir?" Seungwoo sama sekali tak menggubris ucapan pria disebelahnya, bahkan sengaja memotong kalimat yang belum usai tersebut.
Mata Heejin yang sempat terpejam beberapa detik, terbuka perlahan. Senyuman tipis terbesit di wajahnya begitu mengetahui kafe mana yang dituju. Kepalanya mengangguk dengan lemah.
Setelah Seungwoo mengikuti jajaran rapi mobil yang terparkir, tanpa membuang waktu pria tersebut membukakan pintu mobil untuk nonanya. "Kami hanya mampir untuk beli kopi, kau disini saja!" ujarnya pada pria yang selalu memasang wajah datarnya.
Heejin memasuki kafe dimana sang kekasih bekerja. Seungwoo hendak menyusul masuk ke dalam, tapi merasa bahwa bodyguard sewaan Hanseul juga akan masuk, dia menghentikan langkahnya.
"Sudah kubilang 'kan? Nona kita hanya ingin membeli kopi. Tunggu saja disini! Tidak akan terjadi apa-apa!"
"Tapi ini perintah tuan Hanseul!"
"Kalau kau tetap memaksa, akan ku adukan pada tuan Hanseul bahwa kau membuat putri kesayangannya merasa tidak nyaman. Maka kau akan kehilangan pekerjaanmu ini!"
"Ck! Baiklah, kenyamanan klien adalah prioritas."
Seungwoo membiarkan pria kekar tersebut berdiri di depan pintu kafe, bak seorang penjaga pintu masuk, dan memilih untuk menyusul Heejin.
Setelah Heejin memutuskan kontak mata dengan kekasihnya, Seungwoo menarik lembut tangan gadis tersebut. Membawanya menuju meja yang menjadi titik buta dari bodyguard yang dijuluki Seungwoo 'Si Wajah Datar'.
Kedua orang tersebut lalu duduk. Mata Heejin memerhatikan orang suruhan ayahnya. Memastikan bahwa pria tersebut sedang lengah dalam mengawasinya.
"Pesan—" Belum sempat Hyunjin menyelesaikan kalimatnya, Heejin langsung saja menarik tangan kekasihnya menuju toilet.
Bruk!
Heejin menubrukkan tubuhnya begitu saja setelah pintu toilet tertutup. Memeluk tubuh tinggi gadisnya. Menghirup dalam aroma mint yang sangat dia rindukan. Tentu saja Hyunjin membalas pelukan tersebut.
Tak peduli dengan bilik-bilik yang entah terdapat seseorang atau tidak, Heejin menumpahkan tangisannya dalam dekapan sang kekasih. Usapan lembut di tengkuknya sama sekali tak meredakan lelehan air mata yang terus berjatuhan.
"Maaf."
Entah berapa kali Heejin mendengar kata tersebut keluar dari mulut kucingnya. Tapi untuk kali ini, gadis tersebut merasa muak.
"Maaf?" Heejin mendorong gadis di hadapannya lalu mengusap air matanya dengan kasar, "Apa hanya kata itu yang kau punya dalam kamusmu?!"
Hyunjin maju selangkah, hendak merengkuh kembali tubuh gadisnya, "Heejin, aku—"
"Kau bilang, kau akan selalu ada kapanpun ketika aku ingin bertemu dengan. Ketika aku membutuhkan pelukanmu. Atau sekedar untuk melepaskan rindu."
Gadis tinggi yang menjadi sasaran amarah Heejin tak menemukan satu carapun yang terlintas di otaknya untuk menenangkan sang kekasih. Kakinya melangkah satu demi satu, mengikis jarak antaranya dengan Heejin. "Heekkie-ah," panggilnya lembut.
Tapi Heejin tetap melanjutkan racauannya, "Kau juga berkata akan mendapatkan restu dari ayahku. Tapi kenapa kau malah menjadi seorang pengecut di hadapannya?!"
Satu hembusan napas yang kasar keluar dari mulut Heejin. Gadis tersebut memejamkan matanya, menarik kasar rambutnya ke belakang. "Kenapa semua yang kau ucapkan tak pernah sesuai dengan kenyataannya?" lirihnya.
"Kim Heekkie," kalimat Heejin barusan memang menyakitkan untuknya, tapi tak merubah sama sekali tutur halus yang dia ucapkan untuk Heejinnya. "Aku tak tahu apa kau akan percaya dengan ucapanku kali ini, tapi...." Hyunjin memotong ucapannya untuk membawa tubuh Heejin yang bergetar ke dalam dekapannya, "aku benar-benar mencintaimu."
Entah berapa lama mereka berpelukan. Tangis Heejin kini mereda, meninggalkan jejak kemerahan pada manik mata dan ujung hidungnya. Hyunjin menjauhkan dirinya agar dapat bertatapan dengan gadis tersebut. Tangannya terangkat perlahan menghapus sisa-sisa air mata Heejin.
Namun tanpa kata, Heejin malah pergi meninggalkannya. Dengan perasaan sedih dan kecewa yang menghinggapi dada gadis tinggi tersebut. Hyunjin menghembuskan napasnya perlahan, seiring satu lelehan air yang terjun dari matanya.
Tiba-tiba pintu terbuka, memperlihatkan Jiwoo dengan ekspresinya yang terkejut. Baru saja dia berpapasan dengan adik kelasnya, di dalam sini Jiwoo malah menemukan Hyunjin.
"Hyunjin...."
Cepat-cepat gadis yang dipanggil menghapus air matanya, "Ya?"
"Kau... barusan... dengan Heejin???"
To be Continued.
-
-
-
-
Saya libur bukannya semangat nulis malah sibuk atur jadwal nongkrong sana sini hehehe