Seorang gadis berdiri di depan sebuah pintu rumah yang sangat asing baginya. Hanya bermodalkan uang seadanya dan secarik kertas yang digenggam erat sepanjang hari, akhirnya dia berhasil menemukan alamat tersebut.
Jantungnya berdegup kencang, ragu untuk mengetukkan pintu. Keringat dingin meluncur melalui dahinya kala tangannya mengetuk pintu. Dia berusaha mengatur napas serta menetralkan jantungnya saat mendengar suara pintu terbuka.
Akhirnya pintu di hadapannya terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya dengan senyum ramahnya sambil bertanya, "Ada yang bisa saya bantu?"
"Maaf mengganggu, apa benar ini tempat tinggal tuan Jo Hanseul?"
"Jo Hanseul?" wanita tersebut berpikir sejenak, "ah, dia pemilik rumah sebelumnya. Sudah setahun yang lalu dia pindah ke ibukota. Apa kau kerabatnya?"
Gadis tersebut, atau yang kita ketahui Hyunjin, kecewa mendengar pernyataan wanita paruh baya di hadapannya.
"Bukan. Apa anda tahu tempat tinggalnya sekarang?"
"Maaf, hanya itu yang aku ketahui."
"Tak apa, terimakasih. Sekali lagi, maaf mengganggu."
Hyunjin beranjak pergi dari rumah tersebut, mendesahkan napas kekecewaannya. Merasa sia-sia karena meminta hari libur di tempat kerja paruh waktunya.
Tak ingin berlama di kota asing tersebut, Hyunjin kembali menuju kotanya menggunakan bus. Di perjalanan dia menghindari kebisingan dengan menyumpal handsfree di telinganya. Matanya menatap jendela dan pikiran menerawang kenangan bersama orang yang dicarinya.
Flashback On
Dekapan hangat yang selalu membuat Heejin merasa sangat aman dan nyaman, entah kenapa kini terasa menyesakkan.
Dengan terpaksa Heejin melepaskan pelukkannya dan menunjukkan senyumnya. Hyunjin dibuat bingung dengan sikap gadis tersebut. Sebelumnya dia terlihat murung dan kini dia tersenyum seperti tidak terjadi sesuatu.
"Maaf," ucap Heejin.
"Apa kau lagi-lagi menghabiskan rotiku?" pertanyaan Hyunjin disambut oleh anggukkan kepala dan senyum tanpa dosa milik Heejin.
Hyunjin menghela napas, mungkin karena dia lega tidak ada hal buruk yang terjadi pada gadisnya. "Kau membuatku khawatir," ucap Hyunjin seraya kembali memeluk gadis di hadapannya.
"Maaf."
"Berhentilah meminta maaf."
"Apa kita harus pergi ke taman?"
"Seperti ini dulu, sebentar saja," jawab Hyunjin. Meski tahu bahwa tak terjadi apapun pada Heejin, berbeda dengan perasaannya. Mungkin inilah yang dinamakan ikatan batin.
****
Hyunjin dan Heejin berjalan di sekitar taman, tangan mereka seperti menemukan jalannya agar menggenggam tangan satu sama lain. Bukannya risih, melainkan rasa nyaman yang mereka rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You [2Jin/HyunHee] ✔️
Fiksi PenggemarAku tak tahu kapan akhir dari kata selamanya. Entah seratus tahun, sepuluh tahun, atau bahkan esok? Yang jelas, selagi waktu masih berjalan, aku akan selalu di sisimu. Sincerely, Kim Hyunjin. [Completed 04/06/21]