Me After You - 53

562 98 12
                                    

Sebesar apapun harapan Hyunjin agar matahari tidak terbit dengan cepat, tetap saja kehangatan benda langit tersebut akan segera hadir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebesar apapun harapan Hyunjin agar matahari tidak terbit dengan cepat, tetap saja kehangatan benda langit tersebut akan segera hadir. Dengan tubuh yang lemah dan kantung mata tebal, hal yang di dapat karena tak tidur, Hyunjin melangkahkan kakinya untuk tetap bersekolah.

Tungkai yang biasanya dapat berlarian selama berpuluh-puluh menit, kini serasa tak berdaya hanya untuk memasuki ruang kelasnya. Bahkan para fans yang sering mencari-cari kesempatan padanya, pagi ini tak ada yang berani untuk sekadar menyapa.

Yeji dan Chaeryeong kebingungan, tak biasanya Hyunjin seperti ini. Apalagi beberapa hari yang lalu dia bercerita tentang rencana makan malam bersama keluarga Heejin.

"Ada ap—" pertanyaan Chaeryeong terhenti ketika Hyunjin tiba-tiba duduk di bangku Ryujin yang kosong dan memeluknya. Menyandarkan kepala di pundak gadis tersebut, seperti anak kecil yang mengadu kesedihannya pada sang ibunda. Isakan tangis yang kecil terdengar di telinga dua sahabatnya.

Ryujin yang tiba entah dari mana menjatuhkan kantong plastik di genggamannya dengan dramatis. Matanya membulat, tangannya menutup mulut yang juga menganga dengan lebarnya. Tak tahu apa yang dia kejutkan, antara seorang Kim Hyunjin yang menangis atau Chaeryeongnya yang berada di pelukan orang lain.

Manik matanya bertatapan dengan Yeji, seolah menyiratkan pertanyaan tentang apa yang terjadi. Namun Yeji hanya memggendikkan bahu. Lalu mereka menatap Chaeryeong yang berusaha menenangkan sahabat mereka.

"Tak apa. Ketika semua sedang tidak baik-baik saja, menangis adalah hal yang wajar."

****

Seoyeon menatap heran pada satu diantara dua gadis yang sedang duduk di hadapannya.

"Kenapa wajahmu menyedihkan sekali? Menu makan siang hari ini daging."

Yanh diajak bicara hanya tersenyum dan menggeleng seadanya. Tangannya menyendokkan makanan yang sedari tadi hanya ditatapnya, memakannya tanpa minat.

Seoyeon meletakkan beberapa potongan daging di atas piring Heejin. Menggantinya dengan sepertiga nasi milik Heejin. "Paling tidak makan saja dagingnya."

Seoyeon berucap tanpa melihat Heejin. Matanya fokus pada makanan yang ada di hadapannya. Tanpa tahu bahwa Heejin sedikit tersentuh dengan perlakuannya. Bukan apa-apa, Heejin kira dia hanya dianggap sebagai orang asing bagi Seoyeon.

Chaewon yang duduk di samping Heejin merasa bersalah karena sedari tadi mengabaikan temannya. Sejak pagi dia hanya fokus dengan ponsel dan dunianya sendiri. "Maaf, aku terlalu asyik hingga mengabaikan orang lain."

"Apa Si Hijau-hijau itu menghubungimu?" sambar Seoyeon dengan cepat. Nadanya dingin dengan mata yang sama sekali tak lepas dari makanannya.

"Namanya Hyejoo!"

"Ya itulah, terserah."

Heejin yang mendengar nama Hyejoo seketika sadar dari lamunannya. "Hyejoo? Son Hyejoo?"

"Hmm," jawab Chaewon sambil mengangguk, menelan makanannya kemudian bertanya pada Heejin. "Kau mengenalnya?"

"Bisa aku pinjam ponselmu untuk menghubunginya? Akan ku ceritakan nanti."

Tanpa banyak bertanya Chaewon memberikan ponselnya pada Heejin.

"Halo, Chaewon? Ada apa—"

"Hyejoo."

"... Kak Heejin?"

"Ya ini aku, apa Hyunjin pulang dengan selamat kemarin malam?"

"Iya, kurasa."

"Bagaiamana keadaannya?"

"Fisiknya sih, baik-baik saja. Tapi kurasa tidak dengan kewarasan jiwanya. Apa kalian ada masalah?"

"Bukan apa-apa. Jangan mengadu padanya kalau aku bertanya.".

"Baiklah. Tapi bagaimana kau kenal Chae—"

Tanpa menunggu Hyejoo menyelesaikan kalimatnya Heejin memutuskan panggilan secara sepihak. Mengembalikan pada Chaewon sembari mengucap terima kasih.

Mendapat kabar Hyunjin yang pulang dengan selamat mengurangi kegelisahan yang menyelinap di hati Heejin. Meskipun dia tahu, mereka sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja.

Melihat tatapan penasaran dari dua orang temannya, Heejin menarik napas panjang bersiap untuk menceritakan kisahnya. Heejin beruntung bahwa kedua orang tersebut adalah pendengar yang sangat baik. Tak ada kalimat yang memojokkannya atau memperparah keadaan hatinya.

"Jadi, nantinya kau akan menjadi kakak iparku?" mulut Chaewon dengan mulusnya mengatakan hal tersebut. Membuat Heejin tertawa pelan mendengarnya.

Sedangkan dalam tatapan diamnya, Seoyeon hanya membatin, 'Padahal kak Gyuri sangat sering menyebutmu adik ipar, Chae.'

"Bukan hanya aku, kau akan memiliki banyak kakak ipar, Chae," ujar Heejin sedikit lesu.

****

Sejak pulang sekolah, hingga matahari kembali ke peraduannya. Hyunjin masih saja mengurung diri di kamar. Berbaring dengan mata terpejam, tapi lelehan air mata terus saja terjun bergantian.

"Kau kenapa sih, sebenarnya?!" tanya Hyejoo sedikit kesal banyak khawatirnya. Apalagi panggilan tiba-tiba dari Heejin semakin membuatnya kebingungan.

"Aku lapar," jawab Hyunjin dengan lirih, "tapi rotiku habis," lanjutnya. Alis Hyejoo semakin menyatu, tidak memahami sikap gadis yang setahun lebih tua darinya. Helaan napas pasrah keluar dari mulutnya.

Memang seperti itulah seorang Kim Hyunjin. Tak pernah berkata jujur tentang kesedihannya. Mungkin nanti akan ada waktunya untuk Hyunjin bercerita. Maka itu, Hyejoo membiarkan kakaknya untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
























"HYEJOO! SUDAH KUBILANG 'KAN UNTUK TIDAK MEMBAWA PULANG SEMANGKA DENGAN RANSELMU?!" teriakan dari Sooyoung menyambut Hyejoo yang baru saja keluar dari kamar.

Gadis tersebut membalasnya dengan berteriak kesal, "ITU UNTUK KAK HOSEOK!!"































To be Continued.

-

-

-

-








Emang bibisi doang yang bisa bikin kaget? 😏








Alias, babai semua. Saya mau ngilang sebulan xixixi

Me After You [2Jin/HyunHee] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang