Part 21

70 14 0
                                    

Persahabatan bukan tentang tolak ukur lama keduanya saling mengenal, namun bagaimana sikap kita dalam menyempurnakannya.
-Khanza Raqilla.

—Marko—

"Bagaimana apakah ada informasi baru?" tanya Alvino.

Surya mengambil sebatang rokok dan menghisapnya. "Entahlah. Kantorku sedang berantakan sekarang," sahut Surya.

"Tanyakan saja kepada Marko." ujar Abdi.

"Kenapa jadi sulit begini?!" bentak Vino.

Lalu Alvino mengambil ponselnya dan menghubungi Marko untuk segera datang menuju markas mereka.

"Segera ke sini!" ujar Alvino diakhir telepon.

tut tut tut

Sambungan langsung terputus. Alvino geram melihat tingkah ke dua sahabatnya yang malah santai-santai tanpa memikirkan masalah besar yang akan mereka hadapi nanti.

"Jangan terlalu terobsesi, banyak hal lain yang lebih penting," nasihat Surya.

Abdi menyahut, "jujur saja aku lelah dengan semua ini."

"Tapi aku tidak akan dipenjara atas kasus ini." lanjut Abdi.

"Segampang itu berbicara ha?! lakukan saja jika kalian ingin aman!" murka Alvino.

Suara mobil dari luar terdengar jelas. Sepertinya itu Marko. Alvino duduk dikursi khusus miliknya. Duduk membelakangi semua orang, dan meminum minuman keras disana.

Marko masuk ke dalam markas, ia memandangi ke tiga orang yang berada didalam sana. Jujur saja Marko sangat benci situasi seperti ini. Seharusnya ia tidak terlibat dalam kasus ini. Sial sekali, umpatnya.

"Ada apa?" ujar Marko to the point.

"Santai minumlah dulu," saran Surya.

"Aku banyak urusan." kilah Marko tidak mau berlama-lama.

Abdi menepuk pundak Marko. Lelaki paruh baya dengan usia 40 tahun ini paham apa yang Marko dan mereka cemaskan.

"Santai, kita bisa menangani ini." ujar Abdi.

"Vino, ayolah!" ajak Surya.

Alvino mendengus kesal. Ia menatap ke tiga lelaki yang menunggunya berbicara sekarang. "Apa yang perlu aku jelaskan? kalian semua sudah tahu penyebabnya."

Ketiganya menatap Marko tanpa jeda. Marko mengeram kesal. Lagi dan lagi ia yang harus menjalankan dan menjelaskan.

"Baiklah, anak itu sudah menemukan satu bukti!" ujar Marko dengan santai.

Surya sedikit terkejut, "lalu apakah ia sudah mengetahui? dan bagaimana sekarang?!" tanya Surya tidak henti.

"Lesti membuangnya." sahut Marko.

"Tapi kenapa Lesti membantu kita?" pertanyaan ini keluar dari mulut Abdi.

"Karena Lesti tidak akan membiarkan anaknya bermasalah." jelas Alvino.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang