Part 28

60 10 0
                                    

Takdir sudah berkata, kita harus menerimanya.
—Tara Zachira.

—Alvino—

Tara turun dari mobilnya begitu juga dengan Davin. Davin tersenyum senang karena telah menemukan rumah orang tua kandung anak tunggalnya ini.

Tara menatap Davin tak percaya. Semoga yang dirinya pikirkan itu tidak benar. "Rumahnya yang mana pa?" tanya Tara.

Davin menunjuk rumah bercat krim, rumah Khanza. "Itu, ayok!" ajak Davin sambil menarik Tara untuk ikut dengannya.

"Nggak!" Tara melepaskan celakan tangan Davin dari dirinya. "Papa pasti salah alamat."

"Alamatnya benar, sayang." sahut Davin lembut. "Ayok kita temui mereka,"

"T—tapi pa...." rintih Tara.

Davin tidak mendengarkan ucapan Tara. Ia menarik Tara untuk mingukutinya menuju rumah yang berada dihadapannya itu. Davin mengetuk pintu. Lampu masih menyala, itu berarti ada orang didalam sana.

"Assalamualaikum," ujar Davin memberi salam.

tok tok tok

Pintu rumah terbuka menampakkan gadis yang seusia dengan Tara. Khanza membuka pintu menemukan Tara yang berada didepan rumahnya, Khanza tersenyum ramah.

"Wa'alaikumusalam, Tara?" sahut Khanza.

Tara hampir meneteskan air matanya. Ia mengusap pipinya dan kembali tersenyum kepada Khanza.

"Eh masuk om," ujar Khanza yang diangguki oleh Davin dan Tara.

Kini mereka bertiga duduk di ruang tamu. Khanza memanggil ibunya, Davin tadi bilang bahwa dirinya ingin bertemu dengan Lesti. Ada hal penting pastinya.

Khanza mendekati Tara, "gimana Tar udah ketemu sama orang tua lo?" ujar Khanza memulai percakapan.

Tara menggeleng, "nggak tahu." sahutnya pelan sangking pelannya Khanza harus meminta untuk diulang.

"Ha apa!?"

Belum sempat Tara akan menjawab Lesti datang menghampiri mereka. "Iyaa ada apa ini?" tanya Lesti.

Davin menjabat tangan Lesti, begitu pula Lesti sebaliknya. "Saya Davin ayah Tara," ujar Davin memperkenalkan diri.

"Lesti," sahut Lesti. "Ada apa pak?"

"Kedatangan saya ke sini bersama Tara, ingin membicarakan sesuatu hal penting bu." jawab Davin langsung pada intinya.

"Hal penting apa ya?" Lesti mulai gelisah.

"Apakah ibu masih mengenal gadis ini?" Davin menunjukkan foto dikala Tara masih berusia lima tahun.

Lesti menutup mulutnya. "Dia anak saya yang hilang,"

"Anak itu ada bersama saya bu,"

"Ha? siapa? anak ibu yang mana?!" tanya Khanza yang tidak mengerti.

"Dimana anak saya, pak?" tanya Lesti.

Davin mengusap puncak kepala Tara. Tara menundukan wajahnya. "Ini anak ibu, Tara."

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang