Part 15

84 25 0
                                    

Memory itu masih berputar baik di indera pemikiranku.
–Khanza Raqilla.

—Penculikan Khanza—

"Kalau tidak kita pacaran! kalau iya kita nikah." jelas Raven tersenyum manis.

"Anjir gak terima penolakan!" imbuh Farel.

"Gak ada obat ini mah!" ujar Erick.

"Tapi—"

"Tapi apa?"

"Bukannya lo pacar Elisa?" tanya Khanza. "Elisa kenal gua, gua gak mau cari masalah." jelas Khanza.

"Gak akan ada masalah." ujar Raven yakin.

Farel dan Erick saling pandang. Sejujurnya mereka berdua sendiri tidak tahu bagaimana hubungan Raven dan Elisa sekarang. Pasalnya Raven tidak pernah cerita.

Dan yang mereka ketahui hanyalah Raven suka Khanza dan akan menjadikannya menjadi miliknya.

"Maksudnya apa sih?" bisik Erick.

"Mana gua tau anjai!" sahut Farel ngegas.

"Gua ketinggalan info apa nih?" tanya Erick. "Keknya gua jarang kumpul makanya dongo."

"GOBLOK!" maki Farel.

"Tapi tetep aja gua gak bisa!" ujar Khanza.

"Terserah. Yang penting lo sekarang milik Alvino Ravendra!" terang Raven.

Mana bisa gitu anjai.

Gila nih orang.

Masa gak ada penolakan? dih pasaran banget.

Eh takut gak laku kali wkwk.

ASTAGFIRULLAH AUTHOR KAMU BERDOSA BANGET HIKSS-!!

Kringg... Kring...

Bel pulang sekolah berbunyi. Raven beranjak untuk menghantarkan Khanza pulang bersama. Tapi lagi dan lagi Khanza menolak.

"Gua bareng Tara!" elak Khanza.

"Ha? apa? kapan lo bilang?" samber Tara.

Khanza melototi Tara. Punya temen gak peka banget! Awas saja.

"Tadi gua bilang Tar, ah mungkin lo gak denger?" alibi Khanza.

"Gini-gini indera pendengaran gua masih berfungsi dengan baik Za!" terang Tara lalu pergi. "Gua deluan ya baybay!!"

"Anjim!" umpat Khanza.

"Sekarang alasan apa lagi?" tanya Raven enteng.

"Gak ada." sahut Khanza lalu pergi.

Raven tersenyum manis. Nampaknya ada sesuatu yang membuat Raven semakin tertarik kepada Khanza.

Raven berjalan beriringan dengan Khanza di tortoar. Sepanjang jalan senyum dibibir Raven tak pudar sedikit pun.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang