Part 25

62 14 0
                                    

he is perfectly
–Khanza.

—Pencarian—

Khanza sudah menunggu sekitar 15 menit yang lalu diluar ruang UGD. Namun belum ada tanda-tanda pintu ruangan terbuka. Ia sangat cemas saat ini. Khanza tidak dapat menghubungi Marko maupun Lesti, kedua orang tua itu entah berada dimana sekarang. Bahkan Lesti belum pulang dari kemarin.

"Dyraaa...." gumam Khanza terus menerus memanggil nama adiknya itu.

Khanza berjalan mundar-mandir didepan ruangan itu. Sedari tadi indera penglihatannya tidak luput menatap pintu itu agar segera dibuka, Khanza benar-benar khawatir. Bagaimana jika keadaan Dyra parah? Ah Khanza tidak bisa memikirkan hal itu terjadi kepada adiknya.

"Kamu baik-baik aja kan Ra?" gumam Khanza berceloteh untuk menenangkan dirinya sendiri.

Pintu UGD terbuka, menampakkan seorang lelaki dengan jas putih melekat ditubuhnya. Dokter keluar, Khanza langsung mendekati Dokter itu dan menodongnya dengan begitu banyak pertanyaan.

"Dok gimana adik saya?"

"Dyra baik-baik saja kan dok?"

"Dokter tolong jawab!"

Dokter itu menghela nafas, menatap Khanza. "Demamnya tinggi, suhu tubuhnya tidak menurun sedari tadi. Tenang kita tunggu sampai besok, apabila tidak ada perubahan akan kami tindak lanjutkan." ujar Dokter tersebut.

"Saya permisi," pamitnya lalu pergi.

Air mata Khanza turun begitu juga dengan tubuhnya yang jatuh ke lantai. gadis itu mengusap air matanya dan membuka pintu, memasuki ruangan Dyra yang sekarang sedang diopname.

Khanza duduk dikursi samping brankar dimana Dyra berada. Ia menggenggam tangan gadis mungil itu, mengecupnya dengan air mata yang terus mengalir tanpa hentinya. Khanza sangat takut jika terjadi sesuatu kepada adiknya yang membuatnya ah sudahlah, pikiran negatif terus berputar dibenaknya.

"Ra, bangun ini kak Khanza." ujar Khanza.

"Kamu gak suka sakit kan?"

"Ayo bangun, peluk kak Khanza lagi!"

Namun lawan bicaranya hanya berbaring lemah disana. Ia dapat mendengar namun tidak bisa menjawab. Khanza menangis tiada hentinya, bisa-bisanya kedua orangtua mereka tidak ada disaat seperti ini. Apa yang lebih penting dari keselamatan Dyra? kemana mereka semua? apakah mereka benar-benar tidak peduli dengan keadaan anak mereka?

Khanza tersenyum, "Cepat sembuh ya, kak Khanza nunggu kamu disini." ujar Khanza.

Hening. Khanza menatap wajah Dyra lekat tanpa jeda. Ia jadi teringat masa-masa dimana Dyra selalu mengganggu tidurnya tengah malam. Kini gadis cantik yang mengganggu dirinya, terbaring lemah tanpa bisa bicara sepatah kata pun. Banyak kenangan antara kedua adik kakak ini.

Khanza mengakui bahwa Dyra kurang kasih sayang dari Marko maupun Lesti. Dyra masih terlalu kecil untuk menerima semua ini, Khanza dapat merasakan Dyra pasti sangat terpukul. Belum lagi akhir-akhir ini Khanza sibuk dengan urusannya sendiri. Dyra tidak memiliki teman, kecuali saat ia berada di sekolah.

Kantuk Khanza datang. Ia lelah juga seharian ini pergi mencari tahu hal-hal yang menjanggal dihidupnya. Khanza menaruh kepalanya disamping tempat Dyra tertidur. Gadis itu terlelap dalam mimpinya sendiri.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang