Part 11

126 28 3
                                    

HAI SEMUANYA! AKU MINTA MAAF KARENA TELAT UP HUAA.

TAPI AKU DOUBLE UP DEMI KALIAN!!!

JANGAN LUPA TINGGAL KAN VOTMEN SAYANG!!!

—Hukuman yang menjadi hukum—

Duh ini perih banget batin Khanza.

Anjir gua gak boleh kalah! batin Raven.

Permainan memegang es batu sudah berlangsung sekitar 15 menit, dan salah satu dari mereka belum ada yang menyerah juga.

"Haha! pasti lo udah gak kuat kan?" ejek Raven.

"So? sekali pun tangan gua harus lecet, gua gak akan nyerah!" tantang Khanza.

"Okay buktikan!" ujar Raven.

Khanza tau, permainan ini konyol. Demi sabuah es batu ia merelakan tangannya lecet? wah ini bego!

Khanza tidak bisa diam begitu saja, ia harus mencari cara agar permainan ini cepat selesai. Raven juga tidak mau mengalah so, semuanya akan tetap seperti ini selamanya.

"Udah deh mending lo ngalah," saran Khanza.

"Bisa aja, tapi sayang gua gak bisa," songong Raven.

Astaga ini cowok kekuh juga.

Gak mikir apa tangan gua udah merah?

"Kenapa? sakit kan?" tanya Raven.

"Kalau iya kenapa?" tanya Khanza balik.

"Ya kalau sakit nyerah aja mbak," ujar Raven.

"Hm," Khanza sangat geram sekali dengan laki-laki di hadapan nya ini.

BRAKK!!

Gerbakan meja mengejutkan kedua manusia yang sedang berlomba di bawah nya.

"Kalian berdua ngapain di sini?!" tanya Bu Lida guru BK.

"Astagfirullah ibu ngagetin aja!" ujar Raven. "Tuh kan es batu nya jatoh!"

"Haha!" tawa Khanza.

"Es batu apaan? kalian ngapain hah?!" bentak bu Lida.

"Lagi latihan kekuatan bu," terang Raven.

"Kekuatan apaan?" tanya Khanza polos.

Bu Lida menyelidiki keduanya. Mata nya memancarkan bahwa ia sedang tidak main-main.

"Kenapa bu?" tanya Raven merasa guru satu ini menyelidiki nya.

"Ikut ibu kalian berdua!" ujar Bu Lida.

"Kita mau ke kelas bu," sahut Raven.

Khanza membelalakan mata nya bagaimana bisa Raven menjawab seenak jidat sedangkan ini guru BK!

Astaga Raven!

"Kenapa baru sekarang ke kelas? bukan kah bel berbunyi sejak satu jam yang lalu?" tanya Bu Lida menohok.

Mampos gua gak bisa jawab!

Raven melirik Khanza pertanda meminta bantuan untuk menjawab. Kedua nya saling memandang seolah berbicara lewat mata.

"Kalian ini kenapa?!" geram Bu Lida yang melihat tingkah keduanya. "Ikut ibu sekarang!" titah nya.

"Mampos!" ujar Khanza.

"Bego lo juga kena!" sahut Raven.

Disini lah mereka sekarang, ruangan neraka—sebutan siswa/siswi SMA Kusuma Bangsa— Sebenarnya ruangan BK tidak seburuk yang mereka pikirkan.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang